Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna ๐Ÿ‘‰ Download!

IJMAโ€™ (KESEPAKATAN)

IJMAโ€™ (KESEPAKATAN)

(ูˆูŽุงูู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ููŽู‡ููˆูŽ ุงูุชู‘ูููŽุงู‚ู ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุงูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุตู’ุฑู ุนูŽู„ูŽู‰) ุญููƒู’ู…ู (ุงู„ู’ุญุงูŽุฏูุซูŽุฉู) ููŽู„ุงูŽ ูŠูุนู’ุชูŽุจูŽุฑู ูˆูููŽุงู‚ู ุงู„ู’ุนูŽูˆูŽุงู…ู ู„ูŽู‡ูู…ู’ (ูˆูŽู†ูŽุนู’ู†ูู‰ ุจูุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกู) ููŽู„ุงูŽ ูŠูุนู’ุชูŽุจูŽุฑู ู…ููˆูŽุงููŽู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ุงูุตููˆู’ู„ููŠู‘ููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ (ูˆูŽู†ูŽุนู’ู†ูู‰ ุจูุงู„ู’ุญูŽุงุฏูุซูŽุฉู ุงู„ู’ุญูŽุงุฏูุซูŽุฉูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุฑู’ุนููŠู‘ูŽุฉูŽ) ู„ูุงูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽุญูŽู„ู‘ู ู†ูŽุธูŽุฑู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกู ุจูุฎูู„ุงูŽูู ุงู„ู„ู‘ูุบูŽูˆููŠู‘ูŽุฉู ู…ูŽุซูŽู„ู‹ุง ููŽุงูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูุฌู’ู…ูุนู ูููŠู’ู‡ูŽุง ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุงู„ู„ู‘ูุบูŽุฉู

Pengertian ijmaโ€™ adalah kesepakatan ulama pada masa tertentu atas hukum sebuah masalah baru. Tidak dipertimbangkan sepakatnya orang awam pada mereka. Yang saya maksud dengan ulama adalah para ahli fiqh. Tidak dipertimbangkan sepakatnya ahli ushul pada mereka. Yang saya maksud dengan masalah baru adalah masalah baru syarโ€™iyyah (jenis syarโ€™i), karena masalah ini adalah bidang ijtihad para ahli fiqh. Beda halnya semisal masalah lughawiyah (jenis bahasa), maka kesepakatan dalam hal ini dilakukan oleh ahli lughat.

Penjelasan :
Ijmaโ€™ merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Qurโ€™an dan As-Sunnah yang disepakati umat Islam. Ijmaโ€™ secara bahasa memiliki dua makna. Pertama, azm (mengazam;bertekad bulat melakukan), seperti ucapan;
ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนูŽ ููู„ุงูŽู†ูŒ ุนูŽู„ู‰ูŽ ูƒูŽุฐุงูŽ
โ€œFulan mengazam atas sesuatuโ€
Terkadang kata ini mencapai (mutaโ€™adi) pada mafโ€™ul (obyek) tanpa huruf jar, termasuk contohnya QS. Yunus:71:
ููŽุฃูŽุฌู’ู…ูุนููˆุง ุฃูŽู…ู’ุฑูŽูƒูู…ู’
โ€œKarena itu bulatkanlah keputusanmuโ€
Kedua, memiliki makna sepakat.
Secara istilah ijma adalah kesepakatan ulama yang ahli berijtihad dari umat Muhammad saw atas sebuah masalah baru di suatu masa selain masa hidupnya Nabi saw.
Uraian definisi:
1.        Maksud kesepakatan adalah sama dalam keyakinan hukum yang ditunjukkan oleh ucapan, perbuatan, ketetapan, atau susunan dari seluruh atau sebagian unsur-unsur ini. Contoh sebagian mengucapkan, yang lain menjalankan.
2.        Maksud ulama yang ahli ijtihad adalah seluruh mujtahid mutlak dari ahli fiqh. Mengecualikan ahli ushul atau fiqh yang belum mencapai taraf mujtahid, serta orang awam, dimana kesepakatan maupun tidak sepakatnya mereka tidak dipertimbangkan.
3.        Maksud masalah baru adalah masalah syarโ€™iyyah (jenis syarโ€™i), karena masalah ini adalah bidang ijtihad para ahli fiqh. Menurut pendapat lain, ijmaโ€™ terjadi dalam masalah syarโ€™iyyah, lughawiyah (jenis bahasa), โ€˜aqliyah (jenis akal) atau dunyawiyah (jenis dunia).
4.        Kalimat โ€˜umat Muhammad sawโ€™, mengecualikan mujtahid dari umat-umat terdahulu seperti Yahudi dan Nasrani. Kesepakatan mereka tidak disebut ijmaโ€™.
5.        Kalimat โ€˜di suatu masa selain masa hidupnya Nabi sawโ€™, mengecualikan ijmaโ€™ di masa Nabi saw, maka tidak dianggap sah. Karena seandainya ijmaโ€™ itu cocok dengan sabda Nabi saw, maka sabda Nabi lah yang dipakai, dan seandainya tidak cocok, maka yang dianggap adalah sabda Nabi, ucapan yang lain tidak dipertimbangkan [1][57].

Penukilan ijma dilakukan secara mutawatir (banyak), masyhur dan ahad (satu jalur). Urutan kuatnya ijmaโ€™ yang dinukil secara mutawatir adalah sebagai berikut;
1.      Ijmaโ€™ shahabat. Statusnya paling kuat dibanding ijmaโ€™ lain. Dimana posisinya sejajar dengan ayat al-Qurโ€™an, dan selain yang berbentuk ijmaโ€™ sukuti, maka bagi yang mengingkarinya dihukumi kufur.
2.      Ijmaโ€™ mujtahid setelah shahabat yang tidak diperdebatkan. Posisinya sejajar dengan hadits masyhur, dan bagi yang mengingkari dihukumi tersesat.
3.      Ijmaโ€™ yang diperdebatkan. Posisinya sejajar dengan hadits ahad yang shahih, namun orang yang mengingkari tidak dihukumi tersesat[2][58].
Pertanyaan :
Apakah ijmaโ€™ merupakan hujjah qathโ€™i atau dhanni?
Jawab :
Menurut pendapat shahih, yang dijadikan pijakan jumhur, kehujjahan ijmaโ€™ bersifat qathโ€™iyyah (pasti), sebagaimana al-Kitab dan as-Sunnah, dimana hukum-hukum syariat ditetapkan secara yakin dan didahulukan dari dalil-dalil dhanni lainnya jika bertentangan.
Referensi :
ุงูŽู„ุตู‘ูŽุญููŠู’ุญู ุงูŽู„ู‘ูŽุฐููŠ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุฌูู…ู’ู‡ููˆู’ุฑู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุญูุฌููŠู‘ูŽุฉูŽ ุงู„ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ู‚ูŽุทู’ุนููŠู‘ูŽุฉูŒ ูƒูŽุญูุฌููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ูƒูุชุงูŽุจู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูู†ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุชูŽุซู’ุจูุชู ุจูู‡ู ุงู„ุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ู ุดูŽุฑู’ุนุงู‹ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ู ูˆูŽูŠูู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽุฏูู„ู‘ูŽุฉู ุงู„ุธู‘ูŽู†ู‘ููŠู‘ูŽุฉู ุฅูู†ู’ ุนูŽุงุฑูŽุถูŽุชู’ู‡ู  ุงู‡ู€ (ุงูŽู„ูˆูŽุฌููŠู’ุฒู ุตู€ 336)
โ€œMenurut pendapat shahih, yang dijadikan pijakan jumhur, bahwa kehujjahan ijmaโ€™ bersifat qathโ€™iyyah (pasti), sebagaimana al-Kitab dan as-Sunnah. Hukum-hukum syariat ditetapkan dengan ijmaโ€™ secara yakin dan didahulukan dari dalil-dalil dhanni lainnya jika bertentanganโ€.

Pertanyaan :
Apakah pelaku ijmaโ€™ harus mencapai โ€˜adad at-tawatur (jumlah banyak)?
Jawab :
Tidak disyaratkan, namun menurut pengarang dalam kitab lain disyaratkan.
Referensi :
ูˆูŽุนูู„ูู…ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุนู’ุฑููŠู’ูู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูุดู’ุชูŽุฑูŽุทู ููŠู ุงู„ู…ูุฌู’ู…ูุนููŠู’ู†ูŽ ุนูŽุฏูŽุฏู ุงู„ุชู‘ูŽูˆูŽุงุชูุฑู ู„ูุตูุฏู’ู‚ู ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุนูŽุตู’ุฑู ุนูŽู„ู‰ูŽ ู…ูŽุง ุฏููˆู’ู†ูŽ ุนูŽุฏูŽุฏู ุงู„ุชู‘ูŽูˆูŽุงุชูุฑู ูˆูŽุฎุงูŽู„ูŽููŽ ุงู„ู…ูุตูŽู†ู‘ููู ููŠู ุจูŽุนู’ุถู ูƒูุชูุจูู‡ู ููŽุดูŽุฑู‘ูŽุทูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู†ูŽุธู’ุฑู‹ุง ู„ูู„ู’ุนูŽุงุฏูŽุฉู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€123)
โ€œDari definisi difahami bahwa tidak disyaratkan para pelaku ijmaโ€™ mencapai bilangan tawatur (banyak), karena kata-kata ulama pada suatu masa dapat mencakup bilangan yang tidak mencapai tawatur. Namun pengarang berbeda pendapat di sebagian kitab-kitabnya, dan mensyaratkan hal tersebut karena memandang kebiasaan yang terjadiโ€.

Pertanyaan :
Apakah dalam mencapai kesepakatan hukum, para pelaku ijmaโ€™ disyaratkan memiliki sandaran dalil?
Jawab :
Disyaratkan memiliki sandaran dalil. Namun menurut sebagian ulama tidak disyaratkan.
Referensi :
ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุจูุฏู‘ูŽ ู„ูู„ุฅู’ูุฌู’ู…ูŽุงุนู ู…ูู†ู’ ู…ูุณู’ุชูŽู†ูŽุฏู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู‚ูŽูˆู’ู„ูŽ ุจูู„ุงูŽ ู…ูุณู’ุชูŽู†ูŽุฏู ุฎูŽุทูŽุฃูŒ ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ ูŠูŽุฌููˆู’ุฒู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ุตูู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽุณู’ุชูŽู†ูŽุฏู ุจูุฃูŽู†ู’ ูŠูู„ู’ู‡ูŽู…ููˆู’ุง ุงู„ุงูุชู‘ูููŽุงู‚ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽูˆูŽุงุจู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€124)
โ€œKetahuilah, bahwa sesungguhnya diharuskan pada ijmaโ€™ adanya sandaran dalil. Karena pendapat dalam agama tanpa sandaran adalah salah. Menurut sebagian ulama, boleh tanpa sandaran dalil, seperti halnya para pelaku ijmaโ€™ diilhami untuk bersepakat dalam kebenaranโ€

(ูˆูŽุงูุฌู’ู…ูŽุงุนู ู‡ูŽุฐูŽู‡ู ุงู„ู’ุงูู…ู‘ูŽุฉู ุญูุฌู‘ูŽุฉูŒ ุฏููˆู’ู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ู„ูู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุฌู’ุชูู…ูุนู ุงูู…ู‘ูŽุชูู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุถูŽู„ุงูŽู„ูŽุฉู) ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุงู„ุชู‘ูุฑู’ู…ูุฐูู‰ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู
(ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽุฑู’ุนู ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ุจูุนูุตู’ู…ูŽุฉู ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุฃูู…ู‘ูŽุฉู) ู„ูู‡ูŽู€ู€ุฐูŽุง ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ุซู ูˆูŽู†ูŽุญู’ูˆูู‡ู (ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ุญูุฌู‘ูŽุฉูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูŽุตู’ุฑู ุงู„ุซู‘ูŽุงู†ูู‰) ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ู (ูˆูŽููู‰ ุฃูŽู‰ู‘ู ุนูŽุตู’ุฑู ูƒูŽุงู†ูŽ) ู…ูู†ู’ ุนูŽุตู’ุฑู ุงู„ุตู‘ูŽุญูŽุงุจูŽุฉู ูˆู…ูŽู†ู’ ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ูู…ู’

Ijmaโ€™ umat ini (umat Muhammad saw) adalah hujjah (sumber hukum), tidak selain umat Muhammad saw. Karena sabda Nabi saw, โ€œUmatku tidak bersepakat dalam kesesatanโ€, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan selainnya. Dan syaraโ€™ telah menjelaskan terjaganya umat ini, karena adanya hadits ini dan hadits-hadits lain.
Ijmaโ€™ menjadi hujjah bagi (orang-orang) di masa kedua dan orang-orang setelahnya. Serta di setiap masa, yakni masa shahabat dan orang-orang setelahnya.

Penjelasan :
Ijmaโ€™ adalah sumber hukum yang khusus diberlakukan bagi umat Muhammad saw. Ijmaโ€™ bagi umat Muhammad saw adalah hujjah. Dalil ijmaโ€™ sebagai hujjah adalah;
1.      Firman Allah swt QS. An-Nisa:115:
ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุดูŽุงู‚ูู‚ู ุงู„ุฑู‘ูŽุณููˆู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุจูŽุนู’ุฏู ู…ูŽุง ุชูŽุจูŽูŠู‘ูŽู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽู‰ ูˆูŽูŠูŽุชู‘ูŽุจูุนู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ู†ููˆูŽู„ู‘ูู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽูˆูŽู„ู‘ูŽู‰ ูˆูŽู†ูุตู’ู„ูู‡ู ุฌูŽู‡ูŽู†ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุณูŽุงุกูŽุชู’ ู…ูŽุตููŠุฑู‹ุง
โ€œDan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembaliโ€

2.      Sabda Nabi saw riwayat At-Tirmidzi dan selainnya;
ู„ูŽุง ุชูŽุฌู’ุชูู…ูุนู ุงูู…ู‘ูŽุชูู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุถูŽู„ุงูŽู„ูŽุฉู
โ€œUmatku tidak bersepakat dalam kesesatanโ€
Ijmaโ€™ menjadi hujjah bagi (orang-orang) di masa kedua dan orang-orang setelahnya. Serta di setiap masa, yakni masa shahabat dan orang-orang setelahnya.

Pertanyaan :
Apa maksud ijmaโ€™ menjadi hujjah bagi orang-orang tersebut di atas?
Jawab :
Maksudnya adalah mereka wajib mengambil ijmaโ€™ sebagai sumber hukum dan dilarang berbeda pendapat, baik bagi mujtahid maupun muqallid (pengikut). Karena terdapat larangan merusak ijmaโ€™.
Referensi :
ูˆูŽุงู„ู…ูุฑูŽุงุฏู ุจููƒูŽูˆู’ู†ู ุงู„ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ุญูุฌู‘ูŽุฉู‹ ุนูŽู„ู‰ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฐููƒูุฑูŽ ูˆูุฌููˆู’ุจู ุงู„ุฃูŽุฎู’ุฐู ุจูู‡ู ูˆูŽุงู…ู’ุชูู†ุงูŽุนู ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุชูู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู…ูุฌู’ุชูŽู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู…ูู‚ูŽู„ู‘ูุฏููŠู’ู†ูŽ ู„ูุนูŽุฏูŽู…ู ุฌูŽูˆูŽุงุฒู ุฎูŽุฑู’ู‚ู ุงู„ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€121)
โ€œMaksud ijma sebagai hujjah atas orang-orang tersebut adalah mereka wajib mengambil ijmaโ€™ sebagai sumber hukum dan dilarang berbeda pendapat, baik bagi mujtahid maupun muqallid (pengikut). Karena tidak diperbolehkan merusak ijmaโ€™โ€
Pertanyaan :
Apa yang dikehendaki dengan โ€˜ (orang-orang) di masa keduaโ€™?
Jawab :
Maksudnya adalah orang-orang yang ada setelah ijmaโ€™ terjadi, baik mujtahid maupun selain mujtahid.
Referensi :
ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู…ูุฑูŽุงุฏูŽ ุจูุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุนูŽุตู’ุฑู ุงู„ุซุงู‘ูŽู†ูŠู ู…ูŽู†ู’ ุทูŽุฑูŽุฃูŽ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุฅูุฌู’ู…ุงูŽุนู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู…ูุฌู’ุชูŽู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูู…ู’ (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€121)
โ€œBahwa sungguh yang dimaksud orang-orang di masa kedua adalah orang-orang yang ada setelah ijmaโ€™ terjadi, baik mujtahid maupun selain mujtahidโ€.

Pertanyaan :
Apakah ijmaโ€™ juga menjadi hujjah bagi orang-orang yang hidup di saat ijmaโ€™ terjadi?apa dasar alasannya?
Jawab :
Ya, ijma juga menjadi hujjah bagi orang-orang yang hidup saat ijmaโ€™ terjadi. Mereka adakalanya para pelaku ijmaโ€™ atau orang awam. Ijmaโ€™ menjadi hujjah bagi pelaku ijmaโ€™, karena mereka telah melakukan iqrar (pengakuan). Dan iqrar seseorang adalah hujjah bagi dirinya sendiri. Ijmaโ€™ juga menjadi hujjah bagi kaum awamnya karena mereka wajib bertaqlid.
Referensi :
ูˆูŽุฃูŽู…ุงู‘ูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุนูŽุตู’ุฑู ุงู„ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ููŽูŠูŽุญู’ุชูŽุฌู‘ููˆู’ู†ูŽ ุจูู‡ู ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ุฅูู…ุงู‘ูŽ ุงู„ู…ูุฌู’ู…ูุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽูˆู’ ุงู„ุนูŽูˆูŽุงู…ู ุฃูŽู…ุงู‘ูŽ ูƒูŽูˆู’ู†ูู‡ู ุญูุฌู‘ูŽุฉู‹ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู…ูุฌู’ู…ูุนููŠู’ู†ูŽ ููŽู„ูุฅูู‚ู’ุฑูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ุจูู‡ู ูˆูŽุฅูู‚ู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ุดู‘ูŽุฎู’ุตู ุญูุฌู‘ูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆุฃูŽู…ุงู‘ูŽ ูƒูŽูˆู’ู†ูู‡ู ุญูุฌู‘ูŽุฉู‹ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ุนูŽูˆูŽุงู…ู ููŽู„ููˆูุฌููˆู’ุจู ุงู„ุชู‘ูŽู‚ู’ู„ููŠู’ุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€121)
โ€œOrang-orang yang hidup di masa ijmaโ€™ terjadi juga (wajib) mengambil ijmaโ€™ sebagai hujjah. Mereka adakalanya para pelaku ijmaโ€™ atau orang awam. Ijmaโ€™ menjadi hujjah bagi pelaku ijmaโ€™, karena mereka telah melakukan iqrar (pengakuan). Dan iqrar seseorang adalah hujjah bagi dirinya sendiri. Ijmaโ€™ juga menjadi hujjah bagi kaum awamnya karena mereka wajib bertaqlidโ€.

(ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูุดู’ุชูŽุฑูŽุทู ููู‰ ุญูุฌู‘ููŠู‘ูŽุชูู‡ู ุงูู†ู’ู‚ูุฑูŽุงุถู ุงู„ู’ุนูŽุตู’ุฑู) ุจูุงูŽู†ู’ ูŠูŽู…ููˆู’ุชูŽ ุงูŽู‡ู’ู„ูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽุญููŠู’ุญู ู„ูุณููƒููˆู’ุชู ุงูŽู‡ู’ู„ู ุงูŽุฏูู„ู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ุญูุฌู‘ููŠู‘ูŽุฉู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ ูŠูุดู’ุชูŽุฑูŽุทู ู„ูุฌูŽูˆูŽุงุฒู ุงูŽู†ู’ ูŠูŽุทู’ุฑูŽุฃูŽ ู„ูุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ูŠูุฎูŽุงู„ููู ุงูุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏูŽู‡ู ููŽูŠูŽุฑู’ุฌูุนู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽุงูุฌููŠู’ุจูŽ ุจูุงูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆู’ุฒู ู„ูŽู‡ู ุงู„ุฑู‘ูุฌููˆู’ุนู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู„ูุงูุฌู’ู…ูŽุงุนูู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู
(ููŽุงูู†ู’ ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง ุงูู†ู‘ูŽ ุงู†ู’ู‚ูุฑูŽุงุถูŽ ุงู„ู’ุนูŽุตู’ุฑู ุดูŽุฑู’ุทูŒ ูŠูุนู’ุชูŽุจูŽุฑู) ููู‰ ุงู†ู’ุนูู‚ูŽุงุฏู ุงู„ู’ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู  (ู‚ูŽูˆู’ู„ู ู…ูŽู†ู’

Untuk menjadikan ijma sebagai hujjah tidak disyaratkan habisnya pelaku ijmaโ€™ dalam satu masa. Artinya, para pelaku ijmaโ€™ telah wafat semuanya, menurut pendapat Shahih. Kerena pakar penilai kelayakan dalil sebagai hujjah tidak mempersoalkan hal ini. Menurut pendapat lain, hal tersebut disyaratkan. Karena bisa jadi muncul pertimbangan baru bagi sebagian pelaku ijmaโ€™ yang berbeda dengan ijtihadnya, hingga kemudian mencabut ijmaโ€™nya. Hal ini ditanggapi bahwasanya mereka tidak boleh mencabut ijmaโ€™, karena adanya ijmaโ€™ tentang larangan ini.
Apabila saya mengatakan bahwa habisnya pelaku ijmaโ€™ dalam satu masa menjadi   persyaratan,    maka   keabsahan

ูˆูู„ูุฏูŽ ููู‰ ุญูŽูŠูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุชูŽููŽู‚ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽุตูŽุงุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ุฅูุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏู ูˆูŽู„ูŽู‡ูู…ู’) ุนูŽู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู (ุงูŽู†ู’ ูŠูŽุฑู’ุฌูุนููˆู’ุง ุนูŽู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ู) ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุฃูŽุฏู‘ูŽู‰ ุงูุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏูู‡ูู…ู’ ุงูู„ูŽูŠู’ู‡ู

ijmaโ€™ akan mempertimbangkan ucapan seseorang yang dilahirkan saat para pelaku ijmaโ€™ masih hidup yang kemudian mendalami fiqh hingga menjadi ahli ijtihad. Dan bagi mereka menurut pendapat ini diperbolehkan mencabut hukum yang telah dihasilkan dari ijtihadnya.

Penjelasan :
Salah satu persyaratan untuk menjadikan sah dan tetapnya ijmaโ€™ yang diperdebatkan adalah inqiradh al-โ€˜ashr (habisnya pelaku ijmaโ€™ dalam satu masa) atau wafatnya semua pelaku ijmaโ€™.
Menurut pendapat shahih hal tersebut tidak disyaratkan. Karena dalil yang menetapkan ijmaโ€™ sebagai sumber hukum tidak mensyaratkan apapun kecuali hanya adanya kesepakatan dalam hukum. Sehingga pendapat ulama yang mensyaratkan hal tersebut sebenarnya tidak memiliki landasan dalil.
Menurut pendapat ulama lain, seperti Ibn Faurak, Ahmad dan Salim ar-Razi, hal tersebut disyaratkan. Karena bisa jadi muncul pertimbangan baru bagi sebagian pelaku ijmaโ€™ yang berbeda dengan ijtihadnya, hingga kemudian mencabut ijmaโ€™nya. Berpijak pada pendapat ini, maka ucapan dari orang yang dilahirkan saat para pelaku ijmaโ€™ masih hidup yang kemudian mendalami fiqh hingga menjadi ahli ijtihad dapat mempengaruhi keabsahan ijmaโ€™. Dan menurut versi ini para pelaku ijmaโ€™ diperbolehkan juga mencabut hukum yang telah dihasilkan dari ijtihad mereka dalam ijmaโ€™ [3][59].

Pertanyaan :
Mengapa menurut pendapat kedua para pelaku ijmaโ€™ diperbolehkan mencabut hukum yang telah dihasilkan dari ijtihad mereka dalam ijmaโ€™?
Jawab :
Karena pada saat mereka masih hidup ijmaโ€™ belum istiqrar (tetap). Hal ini disebabkan ada kemungkinan mereka melihat dalil baru yang bertentangan dengan ijmaโ€™ yang sudah ada.
Referensi :
(ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฑู’ุฌูุนููˆู’ุง) ุฃูŽูŠู’ ุฅูู„ู‰ูŽ ู…ูŽุง ูŠูู†ูŽุงูููŠ ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนูŽู‡ูู…ู’ ู„ูุนูŽุฏูŽู…ู ุงุณู’ุชูู‚ู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ููŠู ุญูŽูŠุงูŽุชูู‡ูู…ู’ ู„ูุฅูู…ู’ูƒุงูŽู†ู ุฅูุทู’ู„ุงูŽุนูู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ู‰ูŽ ู…ุงูŽ ูŠูู†ูŽุงูููŠ ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนูŽู‡ูู…ู’ (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€123)
โ€œ(Ucapan pengarang: mereka boleh merujuk), artinya menuju perkara yang menafikan ijmaโ€™ mereka. Karena ijmaโ€™ belum istiqrar (tetap) pada saat mereka masih hidup. Sebab ada kemungkinan mereka melihat dalil baru yang bertentangan dengan ijmaโ€™ merekaโ€.

(ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ูŠูŽุตูุญู‘ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุจูููุนู’ู„ูู‡ูู…ู’) ูƒูŽุงูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ููˆู’ุง ุจูุฌูŽูˆูŽุงุฒู ุดูŽูŠู’ุกู ุงูŽูˆู’ ูŠูŽูู’ุนูŽู„ููˆู’ู‡ู ููŽูŠูŽุฏูู„ู‘ู ููุนู’ู„ูู‡ูู…ู’ ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽูˆูŽุงุฒูู‡ู ู„ูุนูุตู’ู…ูŽุชูู‡ูู…ู’ ูƒูŽู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ูŽ
(ูˆูŽุจูู‚ููˆู’ู„ู ุงู„ู’ุจูŽุนู’ุถู ูˆูŽุจููู’ุนูŽู„ู ุงู„ู’ุจูŽุนู’ุถู ูˆูŽุงู†ู’ุชูุดูŽุงุฑู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงูŽูˆู ุงู„ู’ููุนู’ู„ู ูˆูŽุณููƒููˆู’ุชู ุงู„ู’ุจูŽุงู‚ููŠู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู) ูˆูŽูŠูุณูŽู…ู‘ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุงู„ู’ุฅูุฌู’ู…ุงูŽุนู ุงู„ุณู‘ููƒููˆู’ุชูู‰

Ijmaโ€™ sah dilakukan dengan ucapan dan perbuatan pelaku ijmaโ€™. Seperti mereka mengatakan, โ€˜boleh melakukan sesuatuโ€™, atau mereka melaksanakan sebuah perbuatan. Maka pelaksanaan mereka menunjukkan bolehnya perbuatan tersebut, karena mereka terjaga sebagaimana keterangan terdahulu.
Dan (sah juga) dengan ucapan dan perbuatan sebagian pelaku ijmaโ€™, kemudian tersebar luas, dan yang lain mendiamkan hal tersebut. Itulah yang dinamakan ijmaโ€™ sukuti.

Penjelasan :
Ijmaโ€™ terjadi dan dianggap sah apabila terdiri dari unsur sebagai berikut;
1.      Ucapan seluruh pelaku ijmaโ€™
2.      Perbuatan seluruh pelaku ijmaโ€™
3.      Ucapan sebagian pelaku, dan perbuatan dari sebagian yang lain
4.      Ucapan sebagian pelaku, dan diamnya sebagian yang lain.
5.      Perbuatan sebagian pelaku, dan diamnya sebagian yang lain.

Ijmaโ€™ model ketiga dan keempat dinamakan ijmaโ€™ sukuti. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi;
1.      Ucapan atau perbuatan sebagian pelaku ijmaโ€™ harus tersebar luas.
2.      Sebagian mendiamkan dan tidak mengingkarinya.

Pertanyaan :
Apa maksud tersebar luas dalam persyaratan di atas?
Jawab :
Maksudnya adalah ucapan atau perbuatan dari sebagian pelaku ijmaโ€™ kabar beritanya sampai pada mujtahid yang lain dan telah melewati masa yang memungkinkan mujtahid yang lain secara kebiasaan (adat) melakukan analisa. Serta masalah yang ada berupa masalah yang boleh diijtihadi dan bercorak taklif (tuntutan).
Referensi :
ูˆูŽุงู„ุงูู†ู’ุชูุดูŽุงุฑู ูููŠู’ู‡ูู…ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุจูุญูŽูŠู’ุซู ูŠูŽุจู’ู„ูุบู ุงู„ุจูŽุงู‚ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽูŠูŽู…ู’ุถูู‰ ุฒูŽู…ูŽุงู†ูŒ ูŠูŽุชูŽู…ูŽูƒู‘ูŽู†ููˆู’ู†ูŽ ูููŠู’ู‡ู ุนูŽุงุฏูŽุฉู‹ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุธูŽุฑู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุงู„ุญุงูŽุฏูุซูŽุฉู ุงูุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏููŠู‘ูŽุฉู‹ ุชูŽูƒู’ู„ููŠู’ูููŠู‘ูŽุฉู‹ (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€124)
โ€œMenyebarnya ucapan atau perbuatan terjadi sekira kabar beritanya sampai pada mujtahid yang lain dan telah melewati masa yang memungkinkan mujtahid yang lain secara kebiasaan melakukan analisa. Serta masalah yang ada berupa masalah yang boleh diijtihadi dan bercorak taklif (tuntutan)โ€.

Pertanyaan :
Apa maksud sebagian mendiamkan dan tidak mengingkari dalam persyaratan di atas?
Jawab :
Maksudnya adalah tidak mengingkari serta tidak ada tanda-tanda ridlo atau tidak suka dari mereka. Sebab apabila ada tanda-tanda ridlo, maka dipastikan hal itu merupakan ijmaโ€™. Dan apabila ada tanda-tanda tidak suka, maka dipastikan hal itu bukan ijmaโ€™.
Referensi :
(ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ูˆูŽุณููƒููˆู’ุชู ุงู„ุจูŽุงู‚ููŠู’ู†ูŽ) ุฃูŽูŠู’ ููŠู ุงู„ู…ูŽุณู’ุฆูŽู„ูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุจูุฃูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูู†ู’ูƒูุฑููˆู’ู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ุธูŽู‡ูŽุฑูŽ ุงูŽู…ูŽุงุฑูŽุฉู ุงู„ุฑู‘ูุถูŽู‰ ุฃูŽูˆ ุงู„ุณู‘ูุฎู’ุทู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุฅูุฐูŽุง ุธูŽู‡ูŽุฑูŽ ุงูŽู…ูŽุงุฑูŽุฉู ุงู„ุฑู‘ูุถูŽู‰ ููŽู‡ููˆูŽ ุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนูŒ ู‚ูŽุทู’ุนู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุงูŽู…ูŽุงุฑูŽุฉู ุงู„ุณู‘ูุฎู’ุทู ููŽู‡ููˆูŽ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุจูุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนู ู‚ูŽุทู’ุนู‹ุง (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€124)
โ€œ(Ucapan pengarang: mujtahid yang lain diam), yakni dalam dua masalah (ucapan dan perbuatan dari sebagian pelaku ijmaโ€™). Dengan cara mereka tidak mengingkari serta tidak ada tanda-tanda ridlo atau tidak suka dari mereka. Apabila ada tanda-tanda ridlo, maka dipastikan hal itu merupakan ijmaโ€™. Dan apabila ada tanda-tanda tidak suka, maka dipastikan hal itu bukan ijmaโ€™โ€.

ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุงุญูุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุญูŽุงุจูŽุฉู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุญูุฌู‘ูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽู‰ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ู’ุฌูŽุฏููŠู’ุฏู) ูˆูŽููู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู’ู…ู ุญูุฌู‘ูŽุฉูŒ ู„ูุญูŽุฏููŠู’ุซู ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‰ ูƒูŽุงู„ู†ู‘ูุฌููˆู’ู…ู ุจูุงูŽูŠู‘ูู‡ูู…ู’ ุงูู‚ู’ุชูŽุฏูŽูŠู’ุชูู…ู’ ุงูู‡ู’ุชูŽุฏูŽูŠู’ุชูู…ู’ ูˆูŽุงูุฌููŠู’ุจูŽ ุจูุถูุนู’ููู‡ู

Ucapan satu orang dari shahabat Nabi bukan hujjah bagi orang lain menurut qaul Jadid. Menurut qaul Qadim, merupakan hujjah, karena berdasar hadits:
ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‰ ูƒูŽุงู„ู†ู‘ูุฌููˆู’ู…ู ุจูุงูŽูŠู‘ูู‡ูู…ู’ ุงูู‚ู’ุชูŽุฏูŽูŠู’ุชูู…ู’ ุงูู‡ู’ุชูŽุฏูŽูŠู’ุชูู…ู’
โ€œPara sahabatku seperti bintang-bintang, kalian mengikuti siapapun dari mereka, pastilah kalian mendapatkan petunjukโ€

Ditanggapi, bahwa hadits ini dhaif.

Penjelasan :
Ucapan satu atau beberapa orang ulama dari golongan shahabat Nabi, bukan hujjah bagi shahabat lainnya menurut kesepakatan ulama. Juga bukan hujjah bagi selain shahabat menurut qaul Jadid. Namun menurut qaul Qadim, merupakan hujjah

Pertanyaan :
Ucapan shahabat yang bagaimana yang tidak bisa dijadikan hujjah?
Jawab :
Yaitu ucapan yang keluar dari hasil ijtihad mereka.
Referensi :
ูˆูŽู…ูŽุญูŽู„ูู‡ู ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูู‚ูŽุงู„ู ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฃู’ูŠู ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ููŽู‡ููˆูŽ ุญูุฌู‘ูŽุฉูŒ ุฅูุฐู’ ู‡ููˆูŽ ููŠู ู…ูŽุญูŽู„ู ุงู„ู…ูŽุฑู’ูููˆู’ุนู ูƒูŽู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ุตู‘ูŽุญูŽุงุจูŠ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽู†ุงูŽ ุจููƒูŽุฐูŽุง ุฃูŽูˆู†ูู‡ููŠู’ู†ุงูŽ ุนูŽู†ู’ ูƒูŽุฐูŽุง ุฃูŽูˆู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูู†ู‘ูŽุฉู ูƒูŽุฐูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฑูŽุฎูŽุตูŽ ููŠู ูƒูŽุฐูŽุง  (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€124-125)
โ€œTempat dari tidak adanya hujjah adalah pada hukum yang diucapkan dari hasil ijtihadnya. Sedangkan selain hal tersebut (hasil ijtihad) dapat dijadikan hujjah, karena hal ini dihukumi sama dengan hadits marfuโ€™. Seperti ucapan seorang shahabat; โ€œNabi telah memerintahku beginiโ€, โ€œKami dilarang melakukan baginiโ€, โ€œTermasuk sunnah adalah baginiโ€, atau โ€œNabi meringankan dalam hal beginiโ€








Dokumen Terkait

0 Komentar untuk "IJMAโ€™ (KESEPAKATAN)"

Jual beli online dan menyusui anak orang kafir

*SOAL* Bahsulmasail# 1_ *bagaimana hukum orang jual beli online, kalo di bolehkan bagaimana cara akadnya apakah sah hanya melewati telpon sa...