MENGENAL SYI’AH DARI KITAB-KITAB SYI’AH
Definisi Syi’ah:
Menurut Bahasa
Menurut Bahasa
شِيْعَةُ الرَّجُلِ بِالْكَسْرِ أَتْبَاُعُهُ
وَأَنْصَارُهُ. (القاموس: مادة ش)
Kata Syi’ah berarti pengikut atau
penolong. (al-Qamus huruf syin).
Definisi Syi’ah Menurut Istilah:
Syaikh al-Mufid, seorang ulama Syi’ah abad ke 5 H berkata:
Syaikh al-Mufid, seorang ulama Syi’ah abad ke 5 H berkata:
الشِّيْعَةُ أَتْبَاعُ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
عليه السلام عَلَى سَبِيْلِ الْوَلاَءِ وَالاِعْتِقَادِ بِإِمَامَتِهِ بَعْدَ
الرَّسُولِ صلى الله عليه واله بِلاَ فَصْلٍ, وَنَفْيِ الاِمامَةِ عَمَّنْ تَقَدَّمَهُ
فِي مَقَامِ الخِلاَفَةِ, وَجَعَلَهُ فِي الاِعْتِقَادِ مَتْبُوْعًا لَهُ غَيْرَ
تَابِعٍ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ عَلىَ وَجْهِ الاِقْتِدَاءِ (اوائل المقالات : 2-4)
“Syi’ah adalah
pengikut Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) AS atas dasar mencintai dan meyakini kepemimpinannya sesudah Rasul SAW tanpa terputus (oleh orang lain). Tidak mengakui kepemimpinan (imamah) orang sebelumnya (Ali)
sebagai pewaris kedudukan khalifah dan hanya meyakini Ali sebagai pemimpin,
bukan mengikuti salah satu dari orang-orang sebelumnya (Abu Bakar, Umar dan
Utsman).” (al-Mufid,
Awa’il al-Maqaalaat, hal. 2-4).
Asal Usul Ajaran Syi’ah
يَرَى اِبْنُ المُرتَضىَ أَنَّ أَصْلَ
الشِّيْعَةِ مَرْجَعُهُ اِلىَ ابْنِ سَبَاءٍ, لاَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ أَحْدَثَ
القَوْلَ بِالنَّصِّ فيِ الاِمَامَةِ (تاج العروس : 5-6).
Ulama
syi’ah, Ibn al-Murtadha berpendapat bahwa asal usul Syi’ah disandarkan kepada
Abdullah bin Saba’, karena dialah orang yang pertama kali mengatakan tentang
konsep imamah (Taj al-’Arus, hal. 5-6).
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ سَعْدُ بْنُ عَبْدُ الله
الْقُمِّي (301 هـ): إِنَّ عَبْدَ للهِ بْنُ سَبَاءٍ أَوَّلُ مَنْ أَظْهَرَ
الطَّعْنَ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَالصَّحَابَةِ وَتَبَرَّأَّ
مِنْهُمْ, وَادَّعَى أَنَّ عَلِيًّا أَمَرَهُ بِذَلِكَ, (المقالات والفرق, ص/20).
Ulama
syi’ah, Abul Qosim bin Sa’ad bin Abdullah al-Qummy (301 H) berkata: bahwa
Abdullah Bin Saba’ adalah orang pertama yang menghujat Abu Bakar, Umar Dan
Utsman dan para sahabat secara terang terangan. Serta tidak mengakui mereka. Dan dia mengatakan bahwa Ali RA yang
memerintahkan berbuat hal itu. (Al-Maaqolaat wal Firoq, hal. 20).
عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ عُمَر الَكشي (عام 340 هـ)
قال: وَذكَرَ بَعْضُ أَهْلِ العِلْمِ أنّ عبد الله بن سَبَأٍ كان يَهُودِيًّا
فَأَسْلَمَ وَوَالَى عَلِيَّا (ع), وكَانَ يقُولُ – وَهُوَ عَلَى يَهُودِيَّتهِ – في يُوشَعَ بِنْ نُونٍ
وَصِيُّ مُوسَى بالْغُلُوِّ, فقال فيِ
إِسْلاَمِهِ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم في عَلى (ع) مِثْلَ
ذَلِكَ, وكَانَ أَوَّلُ مَنْ أَشْهَرَ بِالْقَوْلِ بِفَرْضِ إِمَامَةِ عَلِي (ع) وأَظْهَرَ
البَرَاءَةَ مِنْ أَعْدَائِهِ وَكَاشَفَ
مُخَالِفِيْهِ وَأَكْفَرَهُمْ, (رجال الكشي, ص/ 108 ). وَبِمثل ذلك أقر الحسن بن
موسى النوبختي في كتابه ("فرق الشيعة", ص/22)
Diriwayatkan
dari Ulama syi’ah, Muhammad Bin Umar Al-Kasyiy (340 H): telah menyatakan
sebagian orang yang berilmu bahwa sesungguhnya Abdullah Bin Saba’ itu orang
beragama yahudi kemudian masuk islam dan mendukung sayyidina Ali AS. Dia
berkata ketika masih beragama yahudi bahwa Yusya’ Bin Nun itu adalah pewaris
nabi Musa AS dengan cara yang berlebihan, ketika dia sudah beragama islam,
setelah wafatnya Rasulullah SAW dia mengatakan hal yang sama bahwa sayyidina
Ali AS itu adalah penerima wasiat dari nabi. Abdullah Bin Saba’ adalah terkenal
sebagai orang yang pertama kali mewajibkan keyakinan sayyidina Ali AS sebagai
imam, dan dia tidak mengakui orang yang memusuhi Ali AS, serta memberantas para
penentangnya dan mengkafirkan mereka (Rijal al-kasyiy, hal 108) hal
yang sama diucapkan oleh Hasan bin Musa al-Naubakhti dalam kitabnya (Firaqus
Syi’ah, hal 22).
Sumber Otoritatif Ajaran Syi’ah
Ulama Syi’ah Abdul Husain bin
Syarafuddin al-Musawi berkata :
وَأَحْسَنُ مَا جُمِعَ مِنْهَا الْكُتُبُ
الأَرْبَعَةُ الَّتِي هِيَ مَرْجِعُ الإِمَامِيَّةِ فِي أُصُولِهِمْ
وَفُرُوْعِهِمْ مِنَ الصَّدْرِ الأَوَّلِ إِلَى هَذَا الزَّمَانِ, وَهِيَ:
الْكَافِي, وَالتَّهْذِيْبُ, وَالاِسْتِبْصَارُ, وَمَنْ لاَيَحْضُرُهُ
الْفَقِيْهُ, وَهِيَ مُتَوَاتِرَةٌ وَمَضَامِيْنُهَا مَقْطُوْعٌ بِصِحَّتِهَا,
وَالْكَافِي أَقْدَمُهَا وَأَعَظْمُهَا وَأَحْسَنُهَا وَأَتْقَنُهَا (المراجعات
ص419)
Sebaik-baik
himpunan fatwa Imam Ja’far Shodiq ialah empat kitab yang menjadi rujukan utama
syi’ah imamiyah dalam masalah-masalah pokok dan cabang sejak generasi syi’ah
yang pertama sampai dengan zaman ini yaitu al-Kafi, al-Tahdzib,
al-Istibshor, dan Man La Yahdluruhu al-Faqih. Kitab-kitab tersebut mutawatir isinya dipastikan
shohih, sedangkan al-kafi ialah yang paling dahulu, paling agung, paling baik,
paling teliti (al-Muroja’aat, hal 419)
RUKUN ISLAM SUNNAH-SYIAH
عَنْ أَبِي جَعْفَرَ (ع) قَالَ: بُنِيَ اْلإِسْلَامُ
عَلَى خَمْسَةِ أَشياءَ عَلَى الصَّلاَةِ وَالزكَاةِ والحَجِّ والصَّوْمِ
وَالْوِلاَيَةِ قَالَ زُرَارَةُ قُلْتُ: وَأَيُّ شَىءٍ مِنْ ذَلِكَ أفْضَلُ؟
فَقَالَ: الْوِلاَيَةُ أَفْضَلُ.[ الكافي (2/ 18) ]
RUKUN ISLAM (SYIAH) ADA 5:
- Shalat
- Puasa
- Zakat
- Haji
5.
Wilayah (hanya mengakui kepemimpinan Ali dan anak cucunya)
===
RUKUN IMAN -SYIAH
Rukun iman syiah ada 5
- al-Tauhid
- al-Nubuwwah
- al-Imamah
- al-’Adlu (Keadilan)
- al-Ma’aad (akhirat)
Imam Dua Belas Syi’ah
1.
ali bin abi
tholib
2.
al-hasan
bin ‘ali az-zaky
3.
al-husain
bin ali asy-syahid
4.
ali bin
husain zainil abidin
5.
muhammad
bin ali al-baqir
6.
ja’far bin
muhammad ash-shodiq
7.
musa bin
ja’far al-kadhim
8.
ali bin
musa al-ridho
9.
muhammad
bin ali al-jawwad
10. ali bin muhammad al-hady
11. al-hasan bin ali al-‘askari
12. muhammad bin hasan al-mahdy
syahadat syiah
•
Bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah SWT
•
Bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah
•
Bersaksi bahwa imam-imam yang
dua belas adalah para pemimpin yang wajib ditaati
AQIDAH-AQIDAH SYI’AH
ULAMA SYI’AH:
MENGKAFIRKAN SELURUH SAHABAT
MENGKAFIRKAN SELURUH SAHABAT
Al-Kulaini (Ulama Syiah) mengatakan dalam kitabnya al-Raudhah
mina al-Kafi, juz 8, hal. 245, bahwa seluruh sahabat RA itu murtad (keluar
dari Islam) setelah Nabi SAW wafat,
kecuali tiga orang, al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman
al-Farisi.
ULAMA SYIAH:
MENGKAFIRKAN SELURUH UMAT ISLAM
Al-Kulaini (Ulama Syiah), berkata dalam al-Ushul mina al-Kafi,
juz 1, hal. 373, bahwa orang yang menganggap Sayidina Abu Bakar RA dan Sayidina Umar RA itu Muslim akan masuk neraka.
AL-MAJLISI (ULAMA SYIAH):
UMAT ISLAM SELAIN SYIAH ANAK ZINA
UMAT ISLAM SELAIN SYIAH ANAK ZINA
Muhammad Baqir al-Majlisi (Ulama Syiah), berkata dalam kitabnya Bihar
al-Anwar al-Jami’ li-Durar Akhbar al-Aimmat al-Athhar, juz 101, hal. 85,
bahwa umat Islam yang wuquf di Arofah itu anak zina, sedangkan yang wukuf di
Karbala, anak suci.
AL BAHRANI (ULAMA SYIAH)
SELAIN ORANG SYIAH KAFIR DAN BUKAN
MUSLIM
Yusuf al-Bahrani (Ulama Syiah), menjelaskan dalam kitabnya, al-Hadaiq
al-Nadhirah fi Ahkam al-’Itrah al-Thohirah, hal. 136, bahwa orang yang
tidak ikut Syiah adalah bukan Muslim sedikit pun dan termasuk kafir
MENURUT SYIAH:
AL-QUR’AN YANG ADA TIDAK ASLI
AL-QUR’AN YANG ADA TIDAK ASLI
Al-Qummi (Ulama Syiah) dalam mukaddimah Tafsir-nya, hal. 79,
menegaskan bahwa ayat-ayat al-Qur’an ada yang dirubah, ada yang tidak sesuai
dengan ayat aslinya seperti ketika diturunkan oleh Allah
Al-Nuri al-Thabarsi (ulama Syiah), menulis kitab berjudul Fashl
al-Khithab fi Itsbat Tahrif Kitab Rabb al-Arbab, yang membeberkan nama-nama
ulama Syiah yang berpendapat bahwa al-Qur’an telah mengalami tahrif. Dalam
kitab tersebut, al-Nuri al-Thabarsi,
halaman 211, menjelaskan bahwa dalam al-Qur’an ada ayat-ayat tolol dan tidak
masuk akal
Versi Syi’ah
Ayat al-Qur’an 17.000 ayat
Ayat al-Qur’an 17.000 ayat
علي بن الحكم, عن هشام بن سالم, أن ابي عبد الله
عَلَيْهِ السَّلاَم قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جِبْرِيْلُ
عَلَيْهِ السَّلاَم إِلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْه وَسَلَّمَ سَبْعَةَ
عَشَرَةَ أَلْفَ آيَةٍ.
Dari Abi Abdillah AS, beliau berkata : “Sesungguhnya ayat-ayat
al-qur’an yang dibawa oleh Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW adalah sebanyak
17.000 ayat” (Al-Kafi, Juz 2 Hal. 634 )
Contoh Ayat Al-Qur’an versi Syiah
وَعَنْ أَبِي بَصِيْرٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ الله
فِي قَوْلِ للهِ عَزَّ وَجَل (وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فِي وِلاَيَةِ
عَلي وَوِلاَيَةِ الأَئِمَّةِ مِنْ بَعْدِهِ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا)
هكَذا نُزِلَت؟ (الكافي 1/ 414)
وعَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ (ع) فِي قَوْلِ للهِ
عَزَّ وَجَلَّ (فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِيْن أَيَا مَعْشَرَ الْمُكَذِّبِيْنَ حَيْث
أَنْبَأْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي فِي وِلاَيَةِ عَلّي عَلَيْهِ السَّلاَمَ
وَالْأَئِمَّةِ مِنْ بَعْدِهِ مَنْ هُوَ فِي ضَلاَلٍ مُبِيْن) هَكَذَا نُزِلَتْ.
(الكافي 1/ 421 )
وَيَرْوِى الكُلَيْنِي بِــإِسْنَادِهِ عَنْ أبِي
الْحَسَنِ (ع) قَالَ: وِلاَيَةُ عَلي مَكْتُوبَةٌ فِي جَمِيْعِ صُحُفِ
الْأَنْبِيَاءِ وَلَنْ يَبْعَثَ اللهُ رَسُولاً إِلَّا بِنُبُوَّةِ مُحَمَّدٍ
صَلَى الله عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَوَصِيَّةِ عَلّي عَلَيْهِ السَّلاَمُ. (الكافي 1/
437 )
Membaca
al-Qur’an Sekedar Taqiyyah
عَنْ سَالِمْ بنُ سَلَمَهْ قَالَ: قَرَأَ رَجُلٌ
عَلَى أَبِي عَبْدِ اللهِ عَلَيْهِ السَّلاَم وَأَنَا أَسْتَمِعُ حُرُوْفًا مِنَ
الْقُرْآنِ لَيْسَ عَلَى مَايَقْرَؤُهَا النَّاُس, فَقَالَ أَبُو عَبْدِ اللهِ
عَلَيْهِ السَّلاَم : كُفَّ عَنْ هَذِهِ الْقِرَاءَةِ ! اِقْرَأ كَمَا يَقْرَأُ
النَّاسُ حَتىَّ يَقُوْمَ الْقَائِمُ فَإِذَا قَامَ الْقَائِمُ, عَلَيْهِ
السَّلاَم قَرَأَ كِتَابَ اللهِ عَلَى حَدِّهِ. (الكافى, 2/ 633)
Artinya: Dari salim bin salamah, dia berkata seorang laki-laki membaca
(al-Qur’an) dihadapan Abu Abdillah AS (Ja’far al-Shadiq). Aku mendengarkan beberapa bacaan yang tidak sama dengan bacaan
orang-orang. Maka Abu Abdillah AS berkata berhentilah membaca qiro’at ini!
Bacalah seperti yang biasa dibaca oleh
kebanyakan orang! Hingga datang Al-Qa’im (Al-Mahdi). Bila al-Qa’im datang, dia akan membaca al-Qur’an aslinya. (Al-Kulaini, al-Kafi, juz. 2, hal. 633).
Arti Taqiyyah
Menurut al-Mufid (ulama syi’ah):
التَّقِيَّةُ كِتْمَانُ الْحَقِّ وَسَتْرُ
الإِعْتِقَادِ فِيْهِ ومُكَاتَمَةُ الْمُخَالِفِيْنَ وَتَرْكُ مُظَاهَرَتِهِمْ
بِمَا يَعْقِبُ ضَرَرًا فِي الدِّيْنِ أَوِ الدُّنْيَا.(شرح عقائد الصدوق, ص 261).
Taqiyyah adalah menyimpan kebenaran dan menyembunyikan keyakinan, serta
merahasiakannya terhadap orang-orang yang tidak se-akidah dan
tidak minta bantuan mereka dalam hal-hal yang dapat mengakibatkan bahaya, baik
dalam urusan agama maupun keduniaan. (Syarh Aqoidi Shoduq, Hal 261)
عن أبى عبد لله (ع) أَنَّ تِسْعَةَ أَعْشَارِ
الدِّيْنَ فِي التَّقِيَّةِ وَلاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ تَقِيَّةَ لَهُ (الكافي: 2/
217)
Sesungguhnya sembilan dari
sepuluh ( 90 % ) agama berada
dalam taqiyyah, barang siapa yang tidak bersedia menggunakan taqiyyah berarti
tidak beragama (Ushul kafi, juz 2 hal. 217)
Ibn Babawayh (Ulama
Syiah), menjelaskan dalam kitabnya, al-I’tiqadat, hal. 114,
bahwa orang yang meninggalan taqiyyah sama dengan meninggalkan shalat
اِعْتِقَادُناَ فيِ التَّقِيَّةِ انَّهَا
وَاجِبَةٌ مَنْ تَرَكَهَا بِمَنْزِلَةِ مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ. (الاعتقادات ص
144)
“Keyakinan kita tentang hukum taqiyyah
adalah wajib, barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah sama halnya dengan
meninggalkan shalat.” (Ibn Babawih, Al-I’tiqadaat, hal. 114).
Hukum Nikah Mut’ah Versi Syi’ah
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ
تَمَتَّعَ مِنْ امْرَأَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَكأنَّهُ زَارَ الكَعبَةَ سَبعِينَ مَرَّةً.
(رسالة المتعة للمجلسي : 16).
Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa melakukan mut’ah dengan
wanita mukminah maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang
berziarah ke Ka’bah sebanyak 70 kali.” (Risalat al-Mut’ah lil Majlisi, hal. 16).
قال ابو عبد الله عليه السلام : وَمُنْكِرُ
المُتْعَةِ كاَفِرٌ مُرْتَدٌّ (منهج الصادقين للكاشاني, 356).
Abu Abdillah berkata, “Orang yang
mengingkari mut’ah adalah kafir dan murtad.” (Manhaj al-Shadiqin, hal.
356).
AYATULLAH KHUMAINI (ULAMA SYIAH ):
BOLEH NIKAH MUT’AH DENGAN ANAK YANG MASIH BAYI
BOLEH NIKAH MUT’AH DENGAN ANAK YANG MASIH BAYI
Ayatullah Khumaini (Ulama Syiah), menjelaskan dalam kitabnya, Tahrir
al-Wasilah, juz 2 hal. 241, bahwa boleh melakukan pratek anal sex dengan
istri. Bahkan menurut Khumaini, nikah mut’ah boleh dilakukan dengan bayi yang
masih menetek.
Rukun Nikah Mut’ah ada lima:
- Suami
- Istri
- Mahar
- Penentuan Waktu
- Ijab dan Qabul
Catatan: Tanpa wali dan saksi.
اَرْكَانُ
عَقْدِ الْمُتْعَةِ خَمْسَةٌ:
- زَوْجٌ
- زَوْجَةٌ
- مَهْرٌ
- تَوْقِيْتٌ
- صِيْغَةُ الْاِيْجَابِ وَالْقَبُوْلِ
(مَنْهَجُ الصَّادِقِيْن,
ص 357).
Pahala Mut’ah itu Spektakuler (Luar
Biasa)
al-Nuri al-Thabarsi (Ulama Syiah)
menjelaskan dalam kitabnya, Mustadrak al-Wasail, hal.
452, bahwa pahala nikah mut’ah besar sekali, semua dosa diampuni sejumlah helai
rambut di sekujur tubuhnya
AYATULLAH KHUMAINI (ULAMA SYIAH):
IMAM SYIAH LEBIH TINGGI DERAJADNYA DARI PARA NABI
IMAM SYIAH LEBIH TINGGI DERAJADNYA DARI PARA NABI
إنَّ لِلْاِمَامِ مَقَامًا مَحْمُوْدًا
وَدَرَجَةً سَامِيَةً وَخِلَافَةً تَكْوِيْنِيَّةً تَخْضَعُ لِوِلَايَتِهَا
وَسَيْطَرَتِهَا جَمِيْعُ ذَرَّاتِ هَذَا الكَوْنِ، وَإِنَّ مِنْ ضَرُوْرِيَّاتِ
مَذْهَبِنَا أَنَّ لِأَئِمَّتِنَا مَقَامًا لَمْ يَبْلُغْهُ مَلَكٌ مُقَرَّبٌ
وَلَانَبِيٌّ مُرْسَلٌ...
(آية الله الخُمَيْنِيْ،
الحكومة الإسلامية، 52).
Sesungguhnya Imam mempunyai kedudukan yang terpuji, derajat yang
mulia dan kepemimpinan mendunia, di mana seisi alam ini tunduk di bawah wilayah
dan kekuasaannya. Dan termasuk hal yang pasti adalah bahwa para Imam kita
mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin atau pun
nabi yang diutus... (Ayatullah Khumaini, al-Hukumat al-Islamiyyah, hal. 52)
=============================================
Fatwa Imam Al-Ghazali
فَلَوْ صَرَّحَ مُصَرِّحٌ بِكُفْرِ أَبِي بَكْرٍ
وَعُمَرَ- رضي الله عنهما- فَقَدْ خَالَفَ الإِجْمَاعَ وَخَرَقَهُ ... فَقَائِلُ
ذَلِكَ إِنْ بَلَغَتْهُ الأَخْبَارُ وَاعْتَقَدَ مَعَ ذَلِكَ كُفْرَهُمْ فَهُوَ
كَافِرٌ. .بِتَكْذِيْبِهِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فَمَنْ
كَذَّبَهُ بِكَلِمَةٍ مِنْ أَقَاوِيْلِهِ كَافِرٌ بِالإِجْمَاعِ "(3)
(3) فَضَائِحُ الْبَاطِنِيّة:
ص149.
Barang siapa yang menyatakan bahwa Sayyidina Abu Bakar dan
Sayyidina Umar RA itu kafir maka dia telah menyalahi dan melanggar ijma’.
Dengan demikian orang yang menyatakan tersebut apabila sudah mengetahui
keutamaan kedua sahabat Abu Bakar dan Umar RA, namun masih saja mengatakan
kekafirannya maka dia akan kafir sendiri, karena dia telah menganggap
rasulullah bohong.
Fatwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
وَلَيْسَ مَذْهَبٌ فِى هَذِهِ الأَزْمِنَةِ
الْمُتَأَخِّرَةِ بِهَذِهِ الصِّفَةِ إِلاَّ هَذِهِ الْمَذَاهِبَ الأَرْبَعَةَ,
اَللَّهُمَّ إِلاَّ مَذْهَبَ الإِمَامِيَّةِ وَالزَّيْدِيَةِ وَهُمْ أَهْلُ
الْبِدْعَةِ لاَيَجُوزُ الاِعْتِمَادُ عَلىَ أَقَاوِيلِهِمْ (التبيان, ص 29).
Dizaman ini tidak ada satu madzhabpun yang mempunyai
kesempurnaan kecuali madzhab empat, sedangkan madzhab Imamiyyah dan Zaidiyyah
itu tergolong madzhabnya orang ahli bid’ah, maka tidak boleh mengikuti
pendapat-pendapatnya. (Al-Tibyan, hal 29)
قَالَ فِى الاَنْوَارِ: وَيُقْطَعُ بِتَكْفِيْرِ
كُلِّ قَائِلٍ قَوْلاً يُتَوَصَّلُ بِهِ إِلىَ تَضْلِيْلِ الاُمَّةِ وتَكْفِيْرِ
الصَّحَابَةِ (رِسَالَةُ أهل السنة والجماعة, 14).
Disebutkan dalam kitab al-Anwar, Bisa
dipastikan kekafirannya setiap orang yang berkata bahwa semua ummat islam itu
sesat dan para sahabat itu kafir. (Risalah Ahl-Sunnah Wal Jama’ah, hal 14)
وَمِنْهُمْ رَاِفضِيُّوْنَ يَسُبُّونَ
سَيِّدَنَا اَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا, وَيَكْرَهُوْنَ
الصَّحَابَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُمْ, وَيُبَالِغُونَ هَوَى سَيِّدِنَا عَلِيٍّ
وَاَهْلِ بَـيْتِهِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْن, قَالَ السَّيِّدُ
مُحَمَّدٌ فِي شَرْحِ الْقَامُوسِ: وَبَعْضُهُمْ يَرْ تَقِى اِلَى الْكُفْرِ
وَالزِّنْدِقَةِ اعَاذَنَا اللهُ
وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهَا.
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّم : فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْن, لَا يَقْبَلُ الله
مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا, وقال صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم: لَا تَسُبُوا
أَصْحَابِي, فَإِنَّهُ يَجِيئُ قَوْمٌ فِي أَخِرِ الزّمَانِ يَسُبُّوْنَ اَصْحَابِي,
فَلَا تُصَلُّوا عَلَيْهِمْ, ولَا تُصَلُّوا مَعَهُمْ, وَلَا تَنَاكَحُوهُمْ,
وَلَا تُجَالِسُوهُمْ, وَإِنْ مَرَضُوا فَلَا تَعُوْدُوْهُمْ.( رسالة أهل السنة
والجماعة, ص 11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar