Bumi Berupa Hamparan Bagaikan Papan Tulis, Bukan Bulat
Lihat zahir
ayat-ayat di atas tadi, bukankah ini menunjukkan bahwa Bumi adalah hamparan
bagaikan papan tulis ataupun tikar dan bukan berbentuk bulat? Harusnya dulu,
syeikh Ustaimin lebih mendahulukan berfatwa tentang yang telah kami usulkan
ketimbang yang beliau fatwakan itu. Zahir ayat-ayat di atas jelas bahwa bumi
merupakan hamparan, bahkan lebih jelas dari ayat-ayat yang dikemukakan oleh
Syeikh Utsaimin dalam membuktikan bahwa Bumi sebagai pusat galaxy. Tapi
sudahlah itu telah berlalu. Sekarang syeikh itu sedang mempertanggungjawabkan
fatwanya itu di hadapan Ilahi. Kita tunggu ulama Wahaby lain yang masih hidup
mendengar saran kami ini.
———————————————————–
Pesan Fatwa dari Ulama Wahaby Yuk…?!
“Bumi Berupa Hamparan Bagaikan Papan tulis, Bukan Bulat”.
———————————————————–
Pesan Fatwa dari Ulama Wahaby Yuk…?!
“Bumi Berupa Hamparan Bagaikan Papan tulis, Bukan Bulat”.
Beberapa
saat yang lalu teman-teman dikagetkan dengan fatwa seorang Syeikh dari kalangan
Wahaby yang sangat dihormati di taklidi secara buta oleh kelompoknya,
Wahabisme. Terbukti hampir setiap blog dan situs Wahaby –yang mengaku dirinya
sebagai kelompok Salafy- selalu mengambil tulisan-tulisan bahkan menjadikan
situs beliau sebagai link alternatif dari beberapa jajaran ulama Wahaby
lainnya. Syeikh tersebut bernama Utsaimin.
Fatwa syeikh
tadi diberi judul; “Matahari Mengelilingi Bumi” yang dimuat dalam sebuah blog
di wordpress.com. setelah muncul banyak kritikan dari berbagai kalangan
-terkhusus kaum akademisi- para pendukung fanatic sang Syeikh tadi terus
berusaha membenarkan (mencari pembenaran) fatwa syeikhnya dengan berbagai cara
yang tak jarang menggunakan kata-kata kasar dalam menyangkal kritik-kritik yang
datang. Sebutan jahil, tidak paham agama, taklid terhadap orang kafir dsb
sering diluncurkan. Tentu, teks-teks agama selalu dijadikan sebagai tamengnya.
Seakan agama Islam diturunkan hanya untuk mereka saja sehingga yang menentukan
apakah hal tersebut agamis atau tidak ada ditangan mereka.
Kami
(salafyindonesia.wordpress.com) telah mengkritisi cara penafsiran tersebut.
Kami telah kirimkan kritikan itu ke blog yang bersangutan namun kami gak tahu
kenapa kok tidak dimoderasikan, kami juga tidak tahu. Jika pembaca mau
detailnya silahkan buka di jawaban kami atas komentar saudara Darmawan. Dalam
jawaban itu kami juga memberi saran kepada kaum Wahabi untuk menafsirkan hal
yang sama, tetapi saran materi dari kami. Kami sarankan agar ulama mereka yang
masih hidup –karena syeikh Utsaimin telah meninggal- menafsirkan dan
menfatwakan bahwa “Bumi berbentuk hamparan bagaikan papan tulis, tidak bulat
seperti bola”. Kami pun juga memberi masukan ayat-ayat yang bisa rujukan, biar
meringankan tugas mereka. ayat-ayat itu banyak sekali, namun yang paling jelas
menjurus ke arah itu mencakup ayat-ayat sebagai berikut:
1. Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu (al-Baqarah: 22).
2. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. (ar-Ra’d: 3).
3. Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (al-Hijr: 19).
4. Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, (al-Qof: 7)
5. Dan bumi itu kami hamparkan, Maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). (Adz-Dzariyaat: 51).
6. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, (Nuh: 19).
7. Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (an-Naba’: 6).
8. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (al-Ghosyiyah: 20).
2. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. (ar-Ra’d: 3).
3. Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (al-Hijr: 19).
4. Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, (al-Qof: 7)
5. Dan bumi itu kami hamparkan, Maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). (Adz-Dzariyaat: 51).
6. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, (Nuh: 19).
7. Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (an-Naba’: 6).
8. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (al-Ghosyiyah: 20).
Lihat zahir
ayat-ayat di atas tadi, bukankah ini menunjukkan bahwa Bumi adalah hamparan
bagaikan papan tulis ataupun tikar dan bukan berbentuk bulat? Harusnya dulu,
syeikh Ustaimin lebih mendahulukan berfatwa tentang yang kami usulkan ketimbang
yang beliau fatwakan. Zahir ayat-ayat di atas jelas bahwa bumi merupakan
hamparan, bahkan lebih jelas dari ayat-ayat yang dikemukakan oleh Syeikh
Utsaimin dalam membuktikan bahwa sebagai Bumi pusat galaxy. Tapi sudahlah itu
telah berlalu. Sekarang syeikh itu sedang mempertanggungjawabkan fatwanya itu
di hadapan Ilahi. Kita tunggu ulama Wahaby lain yang masih hidup mendengar
saran kami ini.
Konon,
menurut pendukung fanatik dan yang bertaklid buta terhadap syeikh –mungkin
pemilik blog Abdurrahman.wordpress.com yang memuat fatwa aneh tapi nyata dan
sangat menggelikan itu( buka: http://abdurrahman.wordpress.com/2007/03/15/benarkah-bumi-mengelilingi-matahari/ )- yang
berinisial Darmawan menyatakan bahwa metode penafsiran syeikh Utsaimin adalah
mendahulukan cara penafsiran al-Quran dengan al-Quran yang telah disinggung
oleh Ibnu Katsir, salah seorang murid setia Ibnu Taimiyah. Ibn Katsir dalam
Muqodimah kitab tafsirnya:”Sesungguhnya penafsiran yang paling baik adalah
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an dengan hadits, dan Al-Qur’an dengan atsar
sahabat…””. Karena ketiga cara tadi secara berurut maka cara pertama jauh lebih
baik dari kedua cara lainnya. Oleh aenanya kami sarankan atau bisa dikatakan
kami pesan fatwa dari ulama Wahaby yang masih hidup. Kalau mereka menolak?
Dengan alasan apa mereka menolak, bukankah itulah yang disebutkan dalam zahir
ayat al-Quran yang mereka suka bermain di skala zahir, seperti dalam kasus
fatwa Matahari mengitari Bumi? Dan kalaupun mereka telah menfatwakan hal itu
maka akan kami katakan kepada mereka (kaum Wahaby yang mengaku Salafy): “Jelas
kalian akan salah kaprah dengan mengikuti hal-hal itu dalam memahami al-Quran.
Al-Quran memiliki multi dimensi yang belum dapat kalian jamah. Dan tidak akan
mungkin pernah kalian jamah selama kalian masih memegang erat metode (manhaj)
yang salah parah itu”. Mereka (kaum Wahaby) akan menghadapi dilemma, antara
mempercayai bahwa Bumi itu hamparan bagaikan papan tulis sebagaimana ungkapan
zahir al-Quran, atau mengikuti penemu pesawat olang-alik dan penemu kamera yang
keduanya dikarya oleh orang kafir? Sebenarnya gampang saja, jika mereka tidak
percaya, silahkan saja sewa pesawat ulang-alik dengan biaya Negara kaya Saudi
Arabia yang bermazhab Wahaby itu hingga ketinggian tertentu, dan buktikan,
apakah Bumi bagaikan papan tulis seperti kata zahir al-Quran ataukah Bulat
seperti kata ilmuwan kafir? Jika sesampai di atas ternyata terbukti Bumi bulat
maka -saran kami- janganlah mereka lantas mengkufuri al-Quran dengan mengatakan
“al-Quran bohong”. Karena al-Quran tidak salah. Hanya metode (manhaj)
yang mereka pegangi selama ini yang salah dalam memahami al-Quran. Saran kami
sekali lagi: “Rubahlah metode itu dan tanggalkan jubah Wahabisme yang kalian
kenakan. Karena metode dan jubah kumuh itu yang menyebabkan kalian terjerumus
ke dalam kekakuan (jumud) dalam memahami agama melalui teks-teks yang
ada”. Kini, sudah saatnya Wahabisme dimusiumkan.
Allah yahdiikum insya-Allah.
Allah yahdiikum insya-Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar