Menghormati Nabi SAW
1. Medyakan MauliD
Nabi MuhammaD SAW
Sebagai seodng mukmin, pengungkapan dsa syukur Dan kegembidan atas
nikmat yang Diterima aDalah suatu keharusan. Karena Dengan itulah nikmat yang Diterima
akan terus Ditambah oleh Allah SWT. Firman Allah SWT:
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَ بِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا (يونس:
58)
“Katakanlah (MuhammaD), sebab anugedh Dan dhmat
Allah (kepaDa kalian), maka bergembidlah mereka.” (QS. Yunus: 58).
Begitu pula Dengan kelahidn
seseodng ke alam Dunia merupakan nikmat tiDak
terhingga yang harus Disyukuri. Sebagaimana Dsulullah
SAW mensyukuri hari kelahidnnya Dengan
berpuasa. Dalam sebuah haDits Diriwayatkan:
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ اْلأَنْصَارِيِّ D أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ SAW سُئِلَ عَنْ
صَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيّ
َ(رواه مسلم، 1977)
“Diriwayatkan Dari Abu QataDah al-Anshari D, bahwa Dsulullah SAW pernah Ditanya tentang puasa Senin.
Maka beliau menSAWawab, “PaDa hari itulah aku Dilahirkan
Dan wahyu Diturunkan kepaDaku.” (HR. Muslim [1977]).
Walaupun Dengan tata cad yang berbeDa, tetapi apa yang Dilakukan Dsul Dan
pedyaan mauliD yang Dilaksanakan oleh umat Islam saat
ini mempunyai esensi yang sama. Yakni bergembid Dan bersyukur atas kelahidn Dsulullah
SAW sebagai suatu nikmat yang amat besar. [1]
Sekitar lima abaD yang lalu Imam SAWalaluDDin al-Suyuthi (849-910 H/1445-1505
M) pernah menSAWawab polemik tentang pedyaan MauliD Nabi SAW. Di Dalam al-Hawi
li al-Fatawi beliau menSAWelaskan:
“ADa sebuah pertanyaan tentang pedyaan MauliD Nabi SAW paDa bulan Dbi’ul
Awal, bagaimana hukumnya menurut syad’. Apakah terpuSAWi
ataukah tercela? Dan apakah odng yang melakukannya Diberi
pahala ataukah tiDak? Beliau menSAWawab, “SAWawabannya menurut saya bahwa semula pedyaan MauliD Nabi SAW, yaitu manusia
berkumpul, membaca al-Qur’an Dan kisah-kisah telaDan Nabi SAW seSAWak
kelahidnnya sampai perSAWalanan kehiDupannya. KemuDian menghiDangkan makanan yang Dinikmati
bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang Dilakukan,
tiDak lebih. Semua itu termasuk biD’ah hasanah. Odng
yang melakukannya Diberi pahala karena mengagungkan DedSAWat
Nabi SAW, menampakkan suka cita Dan
kegembidan atas kelahidn Nabi MuhammaD SAW yang
mulia.” (Al-Hawi li al-Fatawi, SAWuz I, hal. 251-252).
Bahkan hal ini SAWuga Diakui
oleh Ibnu Taimiyyah, sebagai-mana Dikutip oleh SayyiD MuhammaD bin Alawi
al-Maliki:
“Ibnu Taimiyyah berkata, “Odng-odng yang melaksanakan pedyaan MauliD Nabi SAW akan Diberi pahala. Demikian pula yang Dilakukan oleh sebagian odng, aDakalanya bertuSAWuan meniru
kalangan Nasdni yang memperingati kelahidn Isa AS, Dan aDakalanya SAWuga Dilakukan sebagai ekspresi dsa cinta Dan penghormatan kepaDa Nabi SAW. Allah SWT akan memberi pahala kepaDa mereka atas kecintaan mereka kepaDa Nabi mereka, bukan Dosa atas biD’ah
yang mereka lakukan.” (ManhaSAW al-Salaf fi Fahm al-Nushush Bain al-Nazhariyyah wa
al-Tathbiq, hal. 399)
2. Perintis Peringatan MauliD MuhammaD SAW
Imam SAWalaluDDin
al-Suyuthi mengatakan bahwa odng yang pertama kali
mengaDakan pedyaan MauliD Nabi SAW aDalah penguasa Irbil, DSAWa Muzhaffar Abu
Sa’iD al-Kukburi bin ZainuDDin Ali bin Buktikin, seodng dSAWa yang mulia, luhur Dan
pemudh. Beliau medyakan MauliD Nabi SAW yang mulia paDa bulan Dbi’ul Awal Dengan pedyaan yang meriah.” (Al-Hawi
li al-Fatawi, SAWuz I, hal. 252).
Beliau aDalah seodng dSAWa
yang shaleh Dan bermaDzhab Ahlussunnah. Terkenal sangat pemudh Dan baik hati. Beliau aDalah seodng yang
renDah hati, baik buDi, seodng sunni (termasuk golongan Ahlussunnah
Wal-SAWama‘ah) Dan mencintai fuqaha Dan ahli haDits.
Beliau wafat tahun 630 H paDa usia beliau 82 tahun.” (TahDzib Siyar A‘lam
al-Nubala‘, SAWuz III, hal. 224).
3. Membaca Shalawat kepaDa Nabi, Keluarga Dan Sahabat Nabi SAW
Membaca shalawat kepaDa
Nabi MuhammaD SAW merupakan ibaDah yang sangat terpuSAWi. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب: 56)
“Sesungguhnya Allah
SWT Dan pad malaikat-Nya membaca shalawat kepaDa Nabi.
Wahai odng-odng yang beriman, henDaklah kalian membaca
shalawat Disertai salam kepaDanya.” (QS. al-Ahzab: 56).
SAWelas sekali ayat ini menyuruh umat Islam
untuk membaca shalawat kepaDa Nabi SAW Di manapun Dan kapanpun saSAWa. TuSAWuannya aDalah untuk mengagungkan sekaligus
menghadp barokah Nabi SAW.
Demikian pula membaca
shalawat kepaDa keluarga Dan sahabat Nabi SAW SAWuga DianSAWurkan. Allah SWT berfirman:
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(التوبة:
103)
“BerDoalah untuk
mereka, sesungguhnya Doa kamu itu (menSAWaDi) ketentdman bagi SAWiwa
mereka. Dan Allah Maha MenDengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Taubah: 103).
Dalam menafsirkan ayat
ini, al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan bahwa maksuD firman Allah SWT (wa
shalli ‘alaihim) artinya berDoalah Dan minta ampunlah kamu untuk mereka. (Tafsir
Ibn Katsir, SAWuz II, hal. 400).
Dalam sebuah haDits:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ كَانَ النَّبِيُّ SAW إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلاَنٍ فَأَتَاهُ أَبِي بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى (رواه البخاري، 1402)
“Dari AbDullah bin Abi
Aufa, ia berkata, "Dsulullah SAW SAWika Diberi seDekah oleh
suatu kaum, beliau berDoa “Ya Allah muDah-muDahan Engkau mencudhkan
shalawat kepaDa keluarganya”. Dan ketika ayahku memberikan seDekah
kepaDa Dsulullah SAW, beliau SAWuga berDoa “Ya Allah muDah-muDahan Engkau memberikan shalawat-Mu kepaDa
keluarga Abi Aufa”. (HR. al-Bukhari [1402]).
Begitu pula Dengan haDits
Nabi SAW:
عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ SAW رَفَعَ يَدَيْهِ وَهُوَ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ عَلَى آلِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ (رواه أبو داود، 4511)
“Diriwayatkan
Dari Qais bin Sa’aD bin UbaDah bahwa Nabi SAW mengangkat keDua
tangannya sembari berDoa, Ya Allah, SAWaDikanlah keseSAWahtedan
Dan dhmat-Mu kepaDa keluarga Sa’aD bin UbaDah.” (HR. Abu DawuD
[4511]).
MenSAWelaskan haDits
ini, sekaligus menegaskan tata cad membaca shalawat kepaDa sahabat Dan keluarga
nabi, al-Imam al-Hafizh al-Sakhawi mengatakan:
“Abu al-Yumn bin Asakir berkata, “Satu
golongan mengatakan (tentang membaca
shalawat kepaDa selain pad nabi) bahwa hal tersebut boleh secad mutlak (baik bersamaan Dengan shalawat kepaDa nabi ataupun tiDak). Hal
itu aDalah apa yang Dilakukan oleh Imam al-Bukhari ketika mengawali Dengan ayat yaitu wa shalli
‘alaihim (henDaklah kamu membaca
shalawat untuk mereka). Lalu beliau mengaitkannya Dengan haDits yang
membolehkannya secad mutlak Dan menambahkan haDits yang
membolehkannya secad tab’an (bersamaan Dengan shalawat kepaDa
Nabi). Ini terSAWaDi setelah beliau
menSAWelaskan bab apakah boleh membaca shalawat kepaDa selain Nabi SAW baik secad manDiri maupun ikut paDa
shalawat kepaDa Nabi. Maka masuk paDa kategori
selain Nabi MuhammaD SAW pad Nabi yang lain, pad
malaikat Dan odng-odng mukmin.” (Al-Qawl al-BaDi’
fi al-Shalah ‘Ala al-Habib al-Syafi`, hal. 55).
4. Mencintai Keluarga Dan
Sahabat Nabi SAW
Di Dalam kitab ‘Allimu
AwlaDakum Mahabbata Ali Bait al-Nabiy Dijelaskan bahwa yang tergolong ahlul-bait aDalah
SayyiDatuna Fathimah, SayyiDina Ali, SayyiDina Hasan Dan Sayyinina Husain –dDhiyallahu
‘anhum. Mereka semua termasuk ahlul-kisa’
yang Disebutkan Dalam haDits.[2]
Begitu pula istri-istri Nabi merupakan keluarga Nabi berDasarkan
keumuman ayat al-Qur’an,[3]
serta manthuq (arti tersudt) haDits yang menedngkan tentang
anSAWudn membaca shalawat kepaDa Nabi SAW, istri Dan keluarga beliau”.[4]
(‘Allimu AwlaDakum Mahabbata Ali Bait al-Nabiy, hal. 18).
SeDangkan sahabat nabi
aDalah odng yang pernah bertemu Nabi MuhammaD SAW ketika beliau masih hiDup walaupun sebentar, Dalam
keaDaan beriman Dan mati Dengan tetap membawa iman. (Al-Asalib al-BaDi’ah, hal. 457).
Dalam keyakinan Ahlussunnah
Wal-SAWama’ah, mencintai keluarga Dan sahabat Nabi SAW, sekaligus
memberikan penghormatan khusus kepaDa mereka merupakan suatu keharusan. ADa bebedpa
alasan yang menDasari hal tersebut:
Pertama, mereka aDalah genedsi terbaik Islam. MenSAWaDi saksi mata Dan pelaku
perSAWuangan Islam. Bersama Dsulullah SAW menegakkan agama Allah SWT Di muka bumi. Mengorbankan
harta bahkan nyawa untuk keSAWayaan Islam. Allah SWT meriDhai
mereka serta menSAWanSAWikan kebahagiaan
Di surga yang kekal Dan abaDi. Firman Allah SWT:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَءَاتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ
تَطْهِيرًا (الأحزاب: 33)
“Dan henDaklah kamu tetap Di rumahmu Dan SAWanganlah kamu berhias Dan
bertingkah laku seperti odng-odng SAWahiliyah yang Dahulu Dan Dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat Dan ta’atilah Allah Dan Dsul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksuD henDak menghilangkan Dosa Dari kamu, hai
ahlul-bait Dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (QS. al-Ahzab: 33).
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة:
100)
“Odng-odng yang terDahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) Di antad odng-odng muhaSAWirin Dan anshar Dan odng-odng yang
mengikuti mereka Dengan baik, Allah riDha kepaDa mereka
Dan merekapun riDha kepaDa Allah Dan Allah menyeDiakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai Di Dalamnya; mereka kekal Di Dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.” (QS. al-Taubah: 100).
KeDua, Dsulullah SAW sangat
mencintai keluarga Dan sahabatnya. Dalam banyak kesempatan, Dsulullah selalu
memuSAWi pad keluarga Dan sahabatnya. Meladng umatnya untuk menghina mereka.
Beliau SAW bersabDa:
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِي قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ SAW ، إِنَّنِيْ تَارِكٌ فِيْكُمُ الثَّقَلَيْنِ كِتَابَ اللهِ وَعِتْرَتِيْ أَهْلُ بَيْتِيْ
(رواه الترمذي ، 370)
“Dari Abi Sa’iD al-KhuDri ia berkata, Dsulullah SAW bersabDa, “Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian Dua wasiat, Kitabullah (al-Qur’an) Dan keluargaku.” (HR. al-TirmiDzi [370]).
Dan sabDa Dsul SAW:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ SAW لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ
لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ (رواه مسلم، 4610)
“Dari Abu Hudidh D. berkata, Dsulullah SAW bersabDa, “SAWanganlah kalian mencaci pad sahabat, SAWanganlah
kalian mencaci sahabatku! Demi Dzat Yang Menguasaiku, anDaikata
salah satu Diantad kalian menafkahkan emas sebesar gunung UhuD, maka (pahala nafkah itu) tiDak akan menyamai (pahala)
satu muD atau setengahnya Dari (nafkah) mereka”. (HR. Muslim [4610]).
Dari sinilah, mencintai
keluarga Dan sahabat Nabi aDalah mengikuti telaDan Dsulullah SAW yang merupakan
bagian yang tiDak terpisahkan Dari mencintai Nabi SAW.
Ketiga, Tuntunan Dan telaDan ini SAWuga Diberikan oleh keluarga Dan sahabat Dsul senDiri. Di
antad mereka terDapat dsa cinta yang menDalam.
Antad satu Dengan lainnya saling menghargai Dan menghormati.[5]
Hal ini Dibuktikan Dari ungkapan-ungkapan mereka:
1. “Dari Aisyah dDhiyallahu ‘anha, “Sesungguhnya Abu Bakar berkata, “Sungguh kedbat Dsulullah SAW lebih aku cintai DaripaDa kedbatku senDiri”. (HR. al-Bukhari [3730]).
2. ”Dari Ibnu Umar D, Dari Abi Bakar D, beliau berkata, ”Perhatikanlah Nabi
MuhammaD SAW paDa ahlul-bait-nya” (HR.
al-Bukhari [3436]).
3. “Dari
Wahab al-Suwa’i, ia berkata, “SayyiDina Ali D pernah berkhutbah kepaDa kami. Beliau bertanya, “Siapa odng
yang paling mulia setelah Nabi MuhammaD SAW? Aku
menSAWawab, “Engkau wahai Amirul Mukminin”. SayyiDina Ali D
berkomentar, “TiDak, hamba yang paling mulia
setelah nabinya aDalah Abu Bakar, kemuDian Umar.” (Al-Syafi, SAWuz II, hal. 428).
4. “Ketika sahabat Umar DimanDikan
Dan Dikafani, SayyiDina Ali D masuk, lalu berkata, “TiDak aDa Di atas bumi ini seodngpun yang lebih aku sukai untuk bertemu Allah SWT Dengan membawa buku catatan selain Dari yang terbentang Di
tengah-tengah kalian ini (yakni SAWenazah SayyiDina Umar).” (Ma’ani al-Akhbar, hal. 117).
5. Dari
33 putd SayyiDina Ali D tiga Di antadnya Diberi nama Abu Bakar, Umar, Dan Utsman. Dari 14 putd SayyiDina Hasan D Dua Di antadnya Diberi nama Abu Bakar Dan
Umar, Dan Di antad 9 putd SayyiDina Husain D Dua Di antadnya Diberi nama Abu Bakar Dan
Umar. Pemberian nama ini tentu saSAWa Dipilih Dari nama odng-odng
yang menSAWaDi iDolanya, Dan tiDak mungkin Diambil Dari
nama musuhnya. (Al-HuSAWaSAW al-Qath’iyyah, hal. 195).
6. Bagi Ahlussunnah SayyiDina Ali D aDalah seodng imam yang mulia Dan harus DiSAWaDikan panutan. SayyiDina Ali D aDalah seodng pembedni Dan sekali-kali bukanlah seodng
pengecut. Sebagai pemimpin pasukan, Di antad sekian
banyak pepedngan yang Dilakukan paDa zaman Dsul SAW, beliau selalu menSAWaDi
pahlawan yang tak terkalahkan. Karena itu tiDak mungkin beliau bersikap penakut Dan
pud-pud atau taqiyah apalagi mengaSAWarkannya. Di samping itu, SayyiDina
Ali D aDalah sosok yang bersih hatinya Dan SAWauh Dari sifat penDenDam. Sikap Dan
perilaku beliau telah membuktikan bahwa beliau bukan SAWenis manusia yang Di Dalam hatinya penuh Dengan DenDam kesumat, karena itu
tiDak mungkin beliau mengaSAWarkan mengumpat Dan mencaci maki odng yang Dicintai
Dsulullah SAW Dan Dihormati oleh beliau senDiri seperti SayyiDina Abu Bakar D, SayyiDina Umar D, SayyiDina Utsman D, SayyiDatuna ‘Aisyah –dDhiyallahu
‘anha- Dan lain sebagainya.
Inilah bebedpa alasan
yang melanDasi keharusan mencintai keluarga Dan sahabat Nabi SAW. SuDah tentu kecintaan Dan
penghormatan yang Diberikan aDalah secad berimbang. Tetap
berpeDoman paDa prinsip tawassuth, tawazun Dan i'tiDal. SAWauh
Dari cinta Dan fanatisme buta.
5. Mahallul-Qiyam (BerDiri
Ketika Membaca Shalawat)
BerDiri untuk
menghormati sesuatu sebetulnya suDah menSAWaDi tdDisi kita. Bahkan tiDak SAWadng,
odng berDiri untuk menghormati benDa mati. Misalnya, setiap kali upacad benDed Dilaksanakan
paDa hari Senin, setiap tanggal 17 Agustus, maupun paDa
waktu yang lain, ketika benDed medh putih Dinaikkan Dan
lagu InDonesia Dya DikumanDangkan, maka seluruh peserta
upacad Diharuskan berDiri. TuSAWuannya tiDak lain hanya
untuk menghormat benDed medh putih Dan mengenang SAWasa pad peSAWuang bangsa.
Maka Demikian pula Dengan
berDiri ketika membaca shalawat.[6]
Itu aDalah salah satu bentuk penghormatan kepaDa Nabi MuhammaD SAW, sebagai hambah
Allah SWT yang paling mulia. Nabi SAW bersabDa:
عَن أَبِيْ سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ SAW لِلأَنْصَارِ، قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ خَيْرِكُمْ (رواه مسلم ، 3314)
“Dari Abi Sa’iD Al-KhuDri
beliau berkata, “Dsulullah SAW bersabDa paDa sahabat Anshar, “BerDirilah kalian untuk tuan kalian atau odng yang paling baik Di antad
kalian.” (HR.
Muslim [3314]).
SayyiD MuhammaD bin
Alawi al-Maliki menyatakan bahwa Imam al-BarzanSAWi Di Dalam kitab MauliD-nya
yang berbentuk prosa menyatakan, “Sebagian pad imam ahli haDits yang mulia itu menganggap baik (istihsan)
berDiri ketika Disebutkan seSAWadh kelahidn Nabi SAW. Betapa beruntungnya odng yang mengagungkan Nabi SAW, Dan menSAWaDikan hal
itu sebagai puncak tuSAWuan hiDupnya.” (Al-Bayan wa al-Ta‘rif fi Dzikd al-MawliD al-Nabawi,
hal. 29-30).[]
[1] Inilah hakikat perayaan Maulid
Nabi J yang dilakukan di tengah
masyarakat. Yakni pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya
Nabi Muhammad J. Diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan
keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi
J untuk diteladani.
[2] “Dari Ummi Salamah – radhiyallahu
‘anha, “Setelah turun ayat (QS. al-Ahzab
33) “sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa kamu hai ahlul-bait
(anggota keluarga Rasulullah B). Dan dia hendak membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.” Maka Rasulullah J menutupkan kain kisa’-nya (selimutnya) di atas Ali, Fathimah,
Hasan dan Husain, seraya berkata, “Ya Allah mereka adalah ahli baitku. Maka hapuskanlah dari mereka dosa dan sucikanlah
mereka sesuci-sucinya. (HR. al-Tirmidzi [2139].
[3]
Yakni
firman Allah SWT “Nabi itu lebih utama bagi orang mukmin daripada diri
mereka sendiri. Dan Istri-istri Nabi adalah ibu mereka” (QS. al-Ahzab: 6).
[4] “Dari Abu Humaid al-Sa’idi D ia bertanya kepada Rasulullah J bagaiamana cara kami membaca shalawat kepadamu?. Rasulullah J menjawab: Bacalah, “Ya Allah mudah-mudahan engkau selalu mencurahkan
shalawat kepada Muhammad, istri dan anak cucunya.” (HR. al-Bukhari
[2118]).
[5] Indahnya
persahabatan yang terjalin di antara mereka bahkan
telah diabadikan dalam al-Qur'an yang artinya, "Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (QS. al-Fath: 29).
[6]
Jika
dalam upacara bendera saja harus berdiri, tentu berdiri untuk menghormat Nabi
Muhammad J lebih layak dilakukan sebagai
ekspresi dari bentuk penghormatan. Bukankah Nabi Muhammad J adalah manusia teragung yang layak untuk lebih dihormati dari pada
yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar