|||
PERMASALAHAN QAUL MASYHUR DALAM MADZHAB IMAM ASY-SYAFI'I |||
Pernyataan qaul masyhur bahwa pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada
orang mati adalah tidak mutlak, itu karena ada qaul lain dari Imam asy-Syafi’i
sendiri yang menyatakan sebaliknya. Yakni berhubungan dengan kondisi dan
hal-hal tertentu, seperti perkataan beliau Imam Syafi’i :
قال الشافعى : وأحب لو قرئ عند القبر ودعى للميت
“asy-Syafi’i
berkata : aku menyukai sendainya dibacakan al-Qur’an disamping qubur dan
dibacakan do’a untuk mayyit” [1]
Juga disebutkan oleh al-Imam al-Mawardi, al-Imam an-Nawawi, al-Imam Ibnu
‘Allan dan yang lainnya dalam kitab masing-masing yang redaksinya sebagai
berikut :
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمهُ اللَّه:
ويُسْتَحَبُّ أنْ يُقرَأَ عِنْدَهُ شيءٌ مِنَ القُرآنِ، وَإن خَتَمُوا القُرآن
عِنْدهُ كانَ حَسناً
“Imam
asy-Syafi’i rahimahullah berkata : disunnahkan agar membaca sesuatu dari
al-Qur’an disisi quburnya, dan apabila mereka mengkhatamkan al-Qur’a disisi
quburnya maka itu bagus” [2]
Kemudian hal ini dijelaskan oleh ‘Ulama Syafi’iyah lainnya seperti Syaikhul
Islam al-Imam Zakariyya al-Anshari dalam dalam Fathul Wahab :
أما القراءة فقال النووي في شرح مسلم
المشهور من مذهب الشافعي أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابنا يصل وذهب
جماعات من العلماء إلى أنه يصل إليه ثواب جميع العبادات من صلاة وصوم وقراءة وغيرها
وما قاله من مشهور المذهب محمول على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب
قراءته له أو نواه ولم يدع بل قال السبكي الذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض
القرآن إذا قصد به نفع الميت نفعه وبين ذلك وقد ذكرته في شرح الروض
“Adapun
pembacaan al-Qur’an, Imam an-Nawawi mengatakan didalam Syarh Muslim, yakni
masyhur dari madzhab asy-Syafi’i bahwa pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai
kepada mayyit, sedangkan sebagian ashhab kami menyatakan sampai, dan
kelompok-kelompok ‘ulama berpendapat bahwa sampainya pahala seluruh ibadah
kepada mayyit seperti shalat, puasa, pembacaan al-Qur’an dan yang lainnya. Dan
apa yang dikatakan sebagai qaul masyhur dibawa atas pengertian apabila
pembacaannya tidak di hadapan mayyit, tidak meniatkan pahala bacaannya untuknya
atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya bahkan Imam as-Subkiy berkata ;
“yang menunjukkan atas hal itu (sampainya pahala) adalah hadits berdasarkan
istinbath bahwa sebagian al-Qur’an apabila diqashadkan (ditujukan) dengan
bacaannya akan bermanfaat bagi mayyit dan diantara yang demikian, sungguh telah
di tuturkannya didalam syarah ar-Raudlah”. [3]
Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami didalam al-Fatawa al-Fiqhiyah
al-Kubraa:
وكلام الشافعي - رضي الله عنه - هذا تأييد
للمتأخرين في حملهم مشهور المذهب على ما إذا لم يكن بحضرة الميت أو لم يدع عقبه
“dan
perkataan Imam asy-Syafi’i ini (bacaan al-Qur’an disamping mayyit/kuburan)
memperkuat pernyataan ulama-ulama Mutaakhkhirin dalam membawa pendapat
masyhur diatas pengertian apabila tidak dihadapan mayyit atau apabila tidak
mengiringinya dengan do’a”. [4]
Lagi, dalam Tuhfatul Muhtaj :
قال عنه المصنف في شرح مسلم: إنه مشهور
المذهب على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته له أو نواه ولم
يدع له
“Sesungguhnya
pendapat masyhur adalah diatas pengertian apabila pembacaan bukan dihadapan
mayyit (hadlirnya mayyit), pembacanya tidak meniatkan pahala bacaannya untuk
mayyit atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya untuk mayyit”.[5]
Oleh karena itu Syaikh Sulaiman al-Jumal didalam Futuuhat al-Wahab
(Hasyiyatul Jumal) mengatakan pula sebagai berikut :
والتحقيق أن القراءة تنفع الميت بشرط واحد
من ثلاثة أمور إما حضوره عنده أو قصده له، ولو مع بعد أو دعاؤه له، ولو مع بعد
أيضا اه
“dan
tahqiq bahwa bacaan al-Qur’an memberikan manfaat bagi mayyit dengan memenuhi
salah satu syarat dari 3 syarat yakni apabila dibacakan dihadapan (disisi)
orang mati, atau apabila di qashadkan (diniatkan/ditujukan) untuk orang mati
walaupun jaraknya jauh, atau mendo’akan (bacaaannya) untuk orang mati walaupun
jaraknya jauh juga. Intahaa”.[6]
فرع : ثواب القراءة للقارئ ويحصل مثله
أيضا للميت لكن إن كانت بحضرته، أو بنيته أو يجعل ثوابها له بعد فراغها على
المعتمد في ذلك .... (قوله: أما القراءة إلخ) قال م ر: ويصل ثواب القراءة إذا وجد
واحد من ثلاثة أمور؛ القراءة عند قبره والدعاء له عقبها ونيته حصول الثواب له
“(Cabang)
pahala bacaan al-Qur’an adalah bagi si pembaca dan pahalanya itu juga bisa
sampai kepada mayyit apabila dibaca dihadapan orang mati, atau meniatkannya,
atau menjadikan pahalanya untuk orang mati setelah selesai membaca menurut
pendapat yang kuat (muktamad) tentang hal itu,.... Frasa (adapun pembacaan
al-Qur’an –sampai akhir-), Imam Ramli berkata : pahala bacaan al-Qur’an
sampai kepada mayyit apabila telah ada salah satu dari 3 hal : membaca
disamping quburnya, mendo’akan untuknya mengiringi pembacaan al-Qur’an dan
meniatkan pahalanya sampai kepada orang mati.”[7]
Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah:
فالاختيار أن يقول القارئ بعد فراغه:
اللهمّ أوصلْ ثوابَ ما قرأته إلى فلانٍ؛ والله أعلم
“Dan yang
dipilih (qaul mukhtar) agar berdo’a setelah pembacaan al-Qur’an : “ya Allah
sampaikan (kepada Fulan) pahala apa yang telah aku baca”, wallahu a’lam”.[8]
والمختار الوصول إذا سأل الله أيصال ثواب
قراءته، وينبغى الجزم به لانه دعاء، فإذا جاز الدعاء للميت بما ليس للداعى، فلان
يجوز بما هو له أولى، ويبقى الامر فيه موقوفا على استجابة الدعاء، وهذا المعنى لا
يخص بالقراء بل يجرى في سائر الاعمال، والظاهر أن الدعاء متفق عليه انه ينفع الميت
والحى القريب والبعيد بوصية وغيرها
“dan pendapat
yang dipilih (qaul mukhtar) adalah sampai, apabila memohon kepada Allah menyampaikan
pahala bacaannya, dan selayaknya melanggengkan dengan hal ini karena
sesungguhnya ini do’a, sebab apabila boleh berdo’a untuk orang mati dengan
perkara yang bukan bagi yang berdo’a, maka kebolehan dengan hal itu bagi mayyit
lebih utama, dan makna pengertian semacam ini tidak hanya khusus pada
pembacaan al-Qur’an saja saja, bahkan juga pada seluruh amal-amal lainnya,
dan faktanya do’a, ulama telah sepakat bahwa itu bermanfaat bagi orang mati
maupun orang hidup, baik dekat maupun jauh, baik dengan wasiat atau tanpa
wasiat”. [9]
Al-Imam al-Bujairami didalam Tuhfatul Habib :
قوله: (لأن الدعاء ينفع الميت) والحاصل
أنه إذا نوى ثواب قراءة له أو دعا عقبها بحصول ثوابها له أو قرأ عند قبره حصل له
مثل ثواب قراءته وحصل للقارئ أيضا الثواب
“Frasa
: (karena sesungguhnya do’a bermanfaat bagi mayyit), walhasil sesungguhnya
apabila pahala bacaan al-Qur’an diniatkan untuk mayyit atau di do’akan
menyampainya pahala bacaan al-Qur’an kepada mayyit mengiringi bacaan al-Qur’an
atau membaca al-Qur’an disamping qubur niscaya sampai pahala bacaan al-Qur’an
kepada mayyit dan bagi si qari (pembaca) juga mendapatkan pahala”. [10]
Al-‘Allamah Muhammad az-Zuhri didalam As-Siraaj :
وتنفع الميت صدقة عنه ووقف مثلا ودعاء من
وارث وأجنبي كما ينفعه ما فعله من ذلك في حياته ولا ينفعه غير ذلك من صلاة وقراءة
ولكن المتأخرون على نفع قراءة القرآن وينبغي أن يقول اللهم أوصل ثواب ما قرأناه
لفلان بل هذا لا يختص بالقراءة فكل أعمال الخير يجوز أن يسأل الله أن يجعل مثل
ثوابها للميت فان المتصدق عن الميت لا ينقص من أجره شيء
“Bermanfaat
bagi mayyit yakni shadaqah mengatas namakan mayyit, misalnya waqaf, dan (juga
bermanfaat bagi mayyit yakni) do’a dari ahli warisnya dan orang lain,
sebagaimana bermanfaatnya perkara yang dikerjakannya pada masa hidupnya, namun
yang lainnya tidak memberikan manfaat seperti shalat dan membaca al-Qur’an,
akan tetapi ulama mutakhkhirin menetapkan atas bermanfaatnya pembacaan
al-Qur’an, oleh karena itu sepatutnya berdo’a : “ya Allah sampaikanlah pahala
apa yang telah kami baca kepada Fulan”, bahkan hal semacam ini tidak hanya
khusus pembacaan al-Qur’an saja tetapi seluruh amal-amal kebajikan lainnya
juga boleh dengan cara memohon kepada Allah agar menjadikan pahalanya untuk
mayyit, dan sesuangguhnya orang yang bershadaqah mengatas namakan mayyit
pahalanya tidak dikurangi”. .[11]
Dari beberapa keterangan ulama-ulama Syafi’iyah diatas maka dapat
disimpulkan bahwa qaul masyhur pun sebenarnya menyatakan sampai apabila
al-Qur’an dibaca hadapan mayyit termasuk membaca disamping qubur, [12]
juga sampai apabila meniatkan pahalanya untuk orang mati yakni pahalanya
ditujukan untuk orang mati, dan juga sampai apabila mendo’akan bacaan
al-Qur’an yang telah dibaca agar disampaikan kepada orang yang mati.
CATATAN KAKI :
[2]
Lihat : Riyadlush Shalihin [1/295] lil-Imam an-Nawawi ; Dalilul Falihin [6/426]
li-Imam Ibnu 'Allan ; al-Hawi al-Kabir fiy Fiqh Madzhab asy-Syafi’i (Syarah
Mukhtashar Muzanni) [3/26] lil-Imam al-Mawardi dan lainnya.
[3]
Lihat : Fathul Wahab bisyarhi Minhajit Thullab lil-Imam Zakariyya al-Anshari
asy-Syafi’i [2/23].
[12]
Banyak komentar dan anjuran ulama Syafi’iyyah tentang membaca al-Qur’an di
quburan untuk mayyit, sebagaimana yang sebagiannya telah disebutkan termasuk
oleh al-Imam Syafi’i sendiri. Adapun berikut diantara komentar lainnya, yang
juga berasal dari ulama Syafi’iyyah diantara lain : al-Imam Ar-Rafi’i didalam
Fathul ‘Aziz bisyarhi al-Wajiz [5/249]
والسنة ان يقول الزائر سلام عليكم دار قوم
مؤمنين وانا ان شاء الله عن قريب بكم لاحقون اللهم لا تحرمنا أجرهم ولا تفتنا
بعدهم وينبغي أن يدنو الزائر من القبر المزور بقدر ما يدنو من صاحبه لو كان حيا
وزاره وسئل القاضى أبو الطيب عن ختم القرآن في المقابر فقال الثواب للقارئ ويكون
الميت كالحاضرين يرجى له الرحمة والبركة فيستحب قراءة القرآن في المقابر لهذا
المعني وأيضا فالدعاء عقيب القراءة أقرب الي الاجابة والدعاء ينفع الميت
“dan sunnah agar peziarah mengucapkan :
“Salamun ‘Alaykum dara qaumi Mukminiin wa Innaa InsyaAllahu ‘an qariibi bikum
laa hiquun Allahumma laa tahrimnaa ajrahum wa laa taftinnaa ba’dahum”, dan
sepatutnya zair (peziarah) mendekat ke kubur yang diziarahi seperti dekat
kepada sahabatnya ketika masih hidup ketika mengunjunginya, al-Qadli Abu
ath-Thayyib ditanya tentang mengkhatamkan al-Qur’an dipekuburan maka beliau
menjawab ; ada pahala bagi pembacanya, sedangkan mayyit seperti orang yang
hadir yang diharapkan mendapatkan rahmat dan berkah baginya, Maka disunnahkan
membaca al-Qur’an di pequburan berdasarkan pengertian ini (yaitu mayyit bisa
mendapatkan rahmat dan berkah dari pembacaan al-Qur’an) dan juga berdo’a
mengiringi bacaan al-Qur’an niscaya lebih dekat untuk diterima sebab do’a
bermanfaat bagi mayyit”.
Al-Imam Ar-Ramli didalam Nihayatul Muhtaj ilaa syarhi
al-Minhaj [3/36] :
ويقرأ ويدعو) عقب قراءته، والدعاء ينفع
الميت وهو عقب القراءة أقرب للإجابة
“dan (disunnahkan ketika ziarah) membaca
al-Qur’an dan berdo’a mengiri pembacaan al-Qur’an, sedangkan do’a
bermanfaat bagi mayyit, dan do’a mengiringi bacaan al-Qur’an lebih dekat di
ijabah”
Al-‘Allamah Syaikh Zainuddin bin ‘Abdil ‘Aziz
al-Malibari didalam Fathul Mu’in [hal. 229] :
ويسن كما نص عليه أن يقرأ من القرآن ما
تيسر على القبر فيدعو له مستقبلا للقبلة
“disunnahkan –sebagaimana nas (hadits)
yang menerangkan tentang hal itu- agar membaca apa yang dirasa mudah dari
al-Qur’an diatas qubur, kemudian berdo’a untuk mayyit menghadap ke qiblat”
Imam Ahmad Salamah al-Qalyubiy didalam Hasyiyatani
Qalyubi wa ‘Umairah pada pembahasan terkait ziarah qubur :
قوله: (ويقرأ) أي شيئا من القرآن ويهدي
ثوابه للميت وحده أو مع أهل الجبانة، ومما ورد عن السلف أنه من قرأ سورة الإخلاص
إحدى عشرة مرة، وأهدى ثوابها إلى الجبانة غفر له ذنوب بعدد الموتى فيها
“frasa (dan –disunnahkan- membaca
al-Qur’an) yakni sesuatu yang mudah dari al-Qur’an, kemudian menghadiahkan
pahalanya kepada satu mayyit atau bersamaan ahl qubur lainnya, dan diantara
yang telah warid dari salafush shalih adalah bahwa barangsiapa yang membaca
surah al-Ikhlas 11 kali, dan menghadiahkan pahalanya kepada ahl qubur maka
diampuni dosanya sebanyak orang yang mati dipekuburan itu”.
Syaikh Mushthafa al-Buhgha dan Syaikh Mushthafaa
al-Khin didalam al-Fiqhul Manhaji ‘alaa Madzhab al-Imam asy-Syafi’i
rahimahullah [juz I, hal. 184] :
من آداب زيارة القبور: إذا دخل الزائر
المقبرة، ندب له أن يسلم على الموتى قائلاً: " السلام عليكم دار قوم مؤمنين،
وإنا إن شاء الله بكم لاحقون. وليقرأ عندهم ما تيسر من القرآن، فإن الرحمة تنزل
حيث يُقرأ القرآن،ثم ليدع لهم عقب القراءة، وليهدِ مثل ثواب تلاوته لأرواحهم، فإن
الدعاء مرجو الإِجابة، وإذا استجيب الدعاء استفاد الميت من ثواب القراءة. والله
اعلم.
“Diantara adab ziarah qubur : apabila
seorang peziarah masuk area pekuburan, disunnahkan baginya mengucapkan salam
kepada orang yang mati dengan ucapan : Assalamu ‘alaykum dara qaumin mukminiin
wa innaa InsyaAllahu bikum laa hiquun”, kemudian disunnahkan supaya membaca
apa yang mudah dari al-Qur’an disisi qubur mereka, sebab sesungguhnya rahmat
akan diturunkan ketika dibacakan al-Qur’an, kemudian disunnahkan supaya
mendo’akan mereka mengiringi bacaan al-Qur’an, dan menghadiahkan pahala
tilawahnya untuk arwah mereka, sebab sesungguhnya do’a diharapkan di ijabah,
apabila do’a dikabulkan maka pahala bacaan al-Qur’an akan memberikan manfaat
kepada mayyit , wallahu ‘alam.”
Hujjatul Islam Imam al-Ghazali didalam kitab
monumentalnya yaitu Ihyaa’ ‘Ulumuddin [4/492] :
ولا بأس
بقراءة القرآن على القبور
“tidak apa-apa dengan membaca
al-Qur’an diatas qubur”
/Data/Kitabkuning/Fiqih/حاشية الجمل على
المنهج لشيخ الإسلام زكريا الأنصاري/حاشية الجمل على المنهج لشيخ الإسلام زكريا
الأنصاري 034.htm (3 hits)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar