Imam Besar Wahhabi ; Ibnu Abdil Wahhab Memfitnah Para Sahabat Nabi SAW.
Mayoritas Sahabat Nabi Saw. Tidak
Mampu Memahami Hakikat Tauhid!
Dalam kitab at Tauhid-nya
yang merupakan doktrin kaku Sekte Wahhabiyah, Ibnu Abdil Wahhab mengawalinya
dengan menyebut beberapa ayat yang memerintah agar mengesakan Allah dalam
penyembahan, ibadah!
Prinisp ini tentunya tidak
diperselisihkan oleh seluruh kaum Muslim. Andai kitab tersebut ia tulis untuk
kaum kafir, maka akan terasa tepat mencecer ayat-ayat tersebut di awal kitab
itu! Namun sangat disayangkan, kitab at Tauhid, dikarang untuk ditujukan
kepada lawan-lawan da’wah Wahhabiyah dari kalangan kaum Muslim selain pengikut
sekte Wahhabiyah! yang dalam pandangan mereka, kaum Muslimin selain Wahhabiyah
itu telah melakukan praktik-praktik penyembahan selain Allah SWT seperti bertawassul,
bertabarruk, beristighatsah, dll. Akan tetapi terlepas dari itu
semua, ada satu masalah yang ingin saya soroti dari sikap dan keyakinan Ibnu
Abdi Wahhab dalam akhir bab pertama tersebut.
Sebelum menutup pembahasan bab
pertama, Ibnu Abdi Wahhab menyebutkan sebuah hadis riwayat Imam
Bukhari&Imam Muslim dari sahabat Mu’âdz ibn Jabal ra., ia berkata, “Aku
mengendarai keledai bersama Nabi saw., lalu beliau bersabda kepadaku, ‘Hai
Mu’âdz, tahukan engkau apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba
atas Allah? Aku berkata, ‘Allah dan rasul-Nya yang tahu.’
Beliau bersabda:
حقُّ اللهِ على
العباد أنْ يعبدوه ولا يشركوا به شيئًا. و حقُّ العباد على الله أنْ لا يُعَذِّبَ
مَن لا يُشْرِكَ بِهِ شيئا.
“Hak Allah atas hamba-hamba-Nya
adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak
hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”
Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw.,
bolehkan aku berita gembirakan hal ini kepada orang-orang?
Beliau menjawab, “Jangan engkau
lakukan, agar mereka tidak berpasrah diri (tidak berbuat)”.(Baca Kitab
al Tauhid dengan syarah Tafhu al Majîd oleh Syeikh Abdurrahman آlu
Syeikh:26-28.)
Setelahnya, Ibnu Abdil Wahhab
menyebutkan 24 kesimpulan dari ayat-auyat dan dua hadis dalam pembahasan itu.
Pada kesimpulaan ke 15 ia mengatakan:
الخامسة
عشرة: أنَّ هذه الْمسألة لا يعرفُها أكثَرُ الصحابةِ.
Kelima belas: Sesungguhnya masalah
ini tidak diketahui kebanyakan sahabat. (Fath al
Majîd:30)
Mengapa demikian? Siapa yang harus
dipersalahkan atas kebutaan mayoritas sahabat atas hakikat Tauhid fil Ibadah,
tauhid dalam penghambaan?
Syeikh Abdurrahmab –pensyarah Kitab
at Tauhid- mempersalahkan sahabat Mu’âdz ra. yang pada gilirannya juga
mempersalahkan Nabi saw. karena beliau saw. yang memerintahnya untuk
merahasiakan msalah terpenting dalam hirarki ajaran Islam!! Ia berkata, “Masalah
itu tidak diketahui kebanyakan sahabat” dikarenakan Nabi saw. memerintah
Mu’âdz untuk merahasiakannya dari orang-orang karena takut mereka berpanggku
tangan mengandalkan keluasan rahmat Allah dan tidak beramal. Kemudian Mu’adz
tidak menyampaikan pesan ini kecuali menjelang kematiannya karena takut dosa
merasiakan ilmu. Kerena itu kebanyakan sahabat tidak mengetahuinya di masa
hidup Mu’adz. (Fath al Majîd:30)
Terlepas dari siapa yang harus
dipersalahkan di sini! Yang pasti dalam pandangan
Imam Besar Sekte Wahhabiyah, kebanyakan sahabat Nabi saw. tidak mengetahui
hakikat Tauhid ini!! Sebuah masalah yang sungguh teramat penting untuk
mereka ketahui, sebab seperti ditegaskan dalam kesimpulan ke 24 oleh Ibnu Abdil
Wahhab bahwa masalah ini sangat agung!!
Ia berkata:
الرابعة و
العشرون: عِظَمُ شَأْنِ هذه الْمَسْألة.
“Betapa agungnya masalah ini.” (Fath al
Majîd:31)
Abu Salafy berkata:
Apabila bebanyakan sahabat Nabi saw.
tidak mengetahui hakikat penghambaan yang sebenarnya yang tidak tercampur
dengan unsur-unsur kemusyrikan dan kekufuran –tentunya seperti yang telah
diketahui dan difahami dengan baik moleh kaum Wahhabiyah-, maka apakah mungkin
mereka itu mampu menyembah Allah SWT dengan tanpa menodainya dengan
kemusyrikan?!
Lalu, apabila mereka tidak
mengetahui hakikat ibadah yang murni yang harus ditegakkan di atas pondasi
pengingkaran kepaada Thâghût (yitu segala apapun yang disembah selain
Allah, seperti yang ditegaskan Ibnu Abdil Wahhab dalam kesimpulan ke 7 dan 8),
maka mungkinkah para sahaabaat mulia itu mengenal hakikat Tauhid?
Sebab seperti kata Syeikh Ibnu Abdil
Wahhab:
الثانية: إنَ
العبادةَ هِيَ التوحيد، لأّنَّ الخصومة فيه.
“Kedua: Sesungguhnya ibadah itu
hanya tauhid dan padanya terletak persengketaan.” (Fath al
Majîd:29)
Maka, karena mayoritas sahabat Nabi
saw. tidak mengetahui hakikat ibadah yang murni, maka ibadah, penghambaan yang
dikerjakan orang yang tidak mengenal hakikat ibadah itu sama artinya dengan
tidak menyembah Allah SWT… Tanpa disadari mereka telah menyembah Thâghût;
sesembahan selain Allah!!
Adakah pelecehan terhadap para
sahabat Nabi kita Muhammad saw. lebih dari tuduhan keji yang dilontarkan Imam
Besar Wahhabiyah; Syeikh Abnu Abdil Wahhhab ini?!
Abu Salafy berkataa:
Selain itu, dalam pernyataan
kesimpulan ke 15 di atas Ibnu Abdil Wahhab menegaskan bahwa Sesungguhnya
masalah ini tidak diketahui kebanyakan sahabat, maka bagaimana sekarang
Ibnu Abdil Wahhab memaksa seluruh kaum Muslim (yang kebanyakan adalah kaum awam
untuk mengetahuinya?! Dan jika mereka tidak mengetahuinya, mereka ia vonis
sebagai Musyrikun!!
Jika masalah seurgen itu para
sahabat tidak mengetahuinya, lalu apa mungkin kita, yang kata kaum
Wahhabiyah-tidak lebih pandai dari para sahabat Nabi saw. itu bias
memahaminya?!
Jika kebanyakan sahabat mulia Nabi
saw. tidak mengetahuinya, lalu bagaimana penduduk desa Dir’iyyah (lokasi
bercokolnya Sekte wahhabiyah) bisa mampu memahaminya? Apakah ia hendak
mengatakan bahwa para sahabat dan pengikuitnya lebih cerdas dan peduli terhadap
ajaran agama lebih dari sahabat mulia Nabi saw.?!
Satu Lagi Kenaifah Imam Besar
wahhabiyah!
Ada lagi yang lebih aneh dari segala
yang aneh! Ibnu Abdil Wahhab menyebutkan pada kesimpulan ke 16 bahwa
merahasiakan ilmu itu boleh demi maslahat!
Ia berkata:
السادسة عشرة:
جواز كِتمانِ العلم لِلْمصلحة.
“Dibolehkannya merahasiakan ilmu
demi maslahat.”
Tentu yang ia maksud adalah perintah
Nabi saw. kepada Mu’adz agar merahasiakan sabda yang beliau sampaikan
kepadanya! Nah, sekarang pertanyaannya adalah: Bagaimana Ibnu Abdil Wahhab
menjadikan sesuatun yang diperintahkan Nabi saw. kepada Mu’adz agar
merahasiakannya, sebagai pembukaan misi Dakwahnya? Apa ini bukan sikap yang
aneh?!
Bukankan Sayyidina Mu’adz baru
menyampaikan pesan rahasia itu di detik-detik akhir hidupnya, ta’atstsuman,
karena takut dosa sebab merahasiakan ilmu! (seperti yang dikatakan Syeikh
Abdurramhan).
Imam Besar Wahhabiyah Menentang Nabi
Muhammad saw.!
Satu lagi kenaifan dan kerancuan
berfikir Imam besar Wahhabiyah yang dapat kita saksikan dengan jelas ialah
bahwa ia menyimpulkan dari hadis Mu’âdz di atas dengan kesimpulan sebagai
berikut:
السابعة عشرة:
إسْتِحبابُ بشارةِ الْمسلمِ بما يَسُرُّهُ.عة عشرة: إسْتِحبابُ بشارةِ الْمسلمِ
بما يَسُرُّهُ.
“Ketujuh belas:
Disunnahkan/diistihbâbkan/dianjurkannya memberi kabar gembira kepada seorang
Muslim dengan berita yang menngembirakan.”
Abu Salafy berkata:
Coba Anda baca, renungkan dan
perhatikan kembali lengkap riwayat Mu’adz di atas… Bukankah ketika Mu’âdz
meminta izin dan restu kepada Nabi saw. untuk mengabar-gembirakan sabda
tersebut, beliau saw. melarangnya?! Lalu mengapakah sesuatun yag dilarang Nabi
saw. Muhammad saw. justru ditetapkan Ibnu Abdil Wahhab sebagai yang mustahabb?!
Apa dia ingin mensejajarkan dirinya dengan Nabi Muhammad saw.? Merasa punya hak
menentukan hokum, ini halal! Ini haram! Ini makruh! Ini Mustahabb!
Atau apa maunya?!
Al hasil, makin banyak kitab Imam
Besar Wahhabi kit abaca, makin ketahuan penyimpangan dan kekeliruannya!
Karenanya, saran saya untuk para
perawis ajaran Sekte wahhabiyah lebih afdhal, kalian merahasiakan kitab-kitab
ulama dan panutan kalian dan tidak membiarkannya menyebar dan keluar dari
lingkungan kaum awam yang mengikuti ajakan kalian, sebab jika menyebar akan
semakin membuat ketahuan belang ajaran kalian! Itu sekedar nasihat tulus saya,
semoga kalian tidak tersinggung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar