Penyimpangan Wahabi Dalam Masalah Ziarah Nabi SAW
Masalah
ziarah makan suci Nabi Muhammad saw. telah menjadi bulan-bulan pembid’ahan
bahkan tidak jarang juga pensyirikan oleh kaum Wahabi yang sekarang menduduki
dan mengusai tanah suci kaum Muslimin, setelah sebelumnya dikuasai oleh
Ahlusunah wa al Jama’ah. Kaum Wahabi selalu berjaga-jaga di sekitar pusara suci
baginda Rasulullah saw., selalu menghalau rombongan kaum Muslimin yang hendak
melepas rasa rindu mereka kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengusap, mencium
dinding dan jeruji makan suci beliau, meneteskan air mata kerinduan dan
kecintaan, memanjatkan doa kepada Allah SWT di hadapan pusara Rasul
pilihan-Nya, dan Nabi kesayangan-Nya.… Ya mereka selalu menghalau kafilah para
pecinta baginda Rasulullah saw., dan delegasi kerinduan, dengan kata-kata kasar
bak mengusir para pengacau atau rombongan penyamun… Sesekali dengan jeritan
syirk-syirik! bid’ah! bid’ah! Al qiblah hun� (kiblat di arah sana), dan sesekali
sambil mendorong para peziarah dan tidak jarang menggesuh mereka dengan
tongkat kecil bak menggesuh sekawanan domba! Apakah itu Aklak Islam? Tentu
bukan, itu akhlak wahabi!
Demikianlah
kaum Wahabi yang berjiwa kaku dan berhati batu menyambut para pecinta Nabi
Muhammad saw. Sungguh keterlaluan perlakuan mereka itu!
Arab-arab
Baduwi jebolan kampong-kampong padang pasir tandus itu mengira bahwa kaum
Muslimin datang ke pusara suci Nabi mereka untuk menyembah Nabi saw., karenanya
Arab-arab Baduwi berhati batu itu hendak menghalau mereka dan “menyelamatkan
mereka dari jurang kemusyrikan”. Subhanallah, alangkah dungu kaum Wahabi
itu! Sepertinya ketika Allah membagi-bagi akal sehat kepada bani Adam,
Arab-arab Baduwi absent sehingga tidak kebagian! Mungkin kali!
Dan lebih
biadab lagi adalah sering disaksikan oleh para jama’ah haji bahwa para penjaga
itu berdiri di depan pusara suci Nabi saw. sambil meletakkan kaki busuk mereka
di dinding makan tersebut. Semoga Allah membalas kekurang ajaran mereka. Am
Namun
demikian, mereka dalam sikap sesat mereka itu selalu mengatasnamakan “pemurnian
akidah” dari muatan-muatan syirik dan bid’ah dhalalah! Serta selalu
mengatasnamakan nama besar Mazhab Hanbali!! Sementara itu para ulama besar
mazhab Hanbali sangat bertolak belakang dengan sikap sesat kaum Wahabi!
Berangkat
dari kesesatan mereka dalam sikap s䪠adab ke Hadrat Mu’adzdzam Rasulullah
saw., bangkitlah Imam Besar Ahlusunnah Abad 21, as Sayyid al Allamah al
Muhaddits, Abuya Muhammad bin Imam Alawi bin Imam Abbas al Maliki untuk membongkar kedok kesesatan
mereka, walaupun resiko demi resiko beliau hadapi dari kaum Wahabi Arab Saudi
yang tidak punya adab, seperti Ibnu Mandan kawan-kawan.
Dalam buku
beliau Mafahim Yajibu an Tushahha, as Sayyid al Allamah al Muhaddits,
Abuya Muhammad al Maliki rh. mengujat habis kaum Wahabi dungu itu dengan
menyebutkan fatwa-fatwa para pembesar ulama Islam dari berbagai mazhab, yang
terpenting untuk membongkar
kepalsuan kaum Wahabi, beliau membawakan fatwa-fatwa para pembesar mazhab
Hanbali sendiri.
Di
bawah ini aka saya kutipkan fatwa-fatwa tersebut sebagaimana di sebutkan oleh
beliau.
1. Syeikh
Abu Muhammad ibnu Qudamah al Hanbali –penulis kitab al Mughni-:
Syeikh Abu
Muhammad Muwaffaquddin Abdullah bin Qudamah al Hanbali- Imam dan pemuka mazhab
Hanbali di masanya- berkata dalam kitabnya al- Mughni, 3/556, ‘Dan di
istihabkan (disunnahkan) menziarai makan Nabi saw. atas dasar riwayat ad
Dᱵquthni dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa yang
menunaikan ibadah haji lalu menziarai kuburanku setelah kematianku maka seakan
ia menziaraiku di kala hidupku.”
Dalam
riwayat lain:
مَنْ َزَارَ قبْرِيْ وجَبَتْ لَهُ
شفاعَتِيْ.
“Siapa yang
menziarai kuburanku maka tetap baginya syafa’atku.”
Dengan
redaksi pertama, ia meriwayatkannya dari Sa’id, ia berkata, ‘Hafsh bin Sulaiman
menyampaikan hadis kepadaku dari Laits dari Mujahid dari Ibnu Umar. Ahmad
berkata dalam riwayat Abdullah dari Yazid bin Qasdari Abu Hurairah, bahwa Nabi
saw. bersabda:
مَا مِنْ أحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ
عند قبْرِيْ إلاَّ رَدَّ اللهُ عليَّ روحِيْ حتَّى أّرُدَّ عليهِ السلامَ.
“Tiada
seorang yang mengucapkan salam kepadaku di sisi kuburanku melainkan Allah akan
mengembalikan ruhku sehingga aku menjawab salamnya.”
…. Telah
diriwayatkan dari al Utbi bahwa ia berkata, “Aku duduk di sisi pusara Nabi
saw., lalu datanglah seorang Arab dusun seraya berkata, ‘Salam atasmu wahai
Rasulullah. Aku mendengar Allah berfrirman, “Sesungguhnya Jikalau mereka
ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.4;64) Wahai Rasulullah, aku
datang menghadapmu dengan memohon ampunan atas dosaku, meminta syafa’atmu
menuju Tuhanku! Kemudian orang itu menggubah bait-bait syair:
Wahai
sebaik-baik yang dikebumikan tulang-tulangnya di area ini… maka menjadi
harumlah area ini dan dataran-dataran sekiratnya.
Jiwaku
adalah tebusan bagi kuburan yang engkau adalah penghuninya… di dalamnya
terdapat harga diri, kedrmawanan dan kemuliaan.
Kemudian
orang itu pergi, dan akupun tertidur. Dalam tidurku aku mimpi berjumpa dengan
baginda Nabi saw., beliau berkata kepadaku, ‘Hai Utbi kejarlah orang Arab
dusun, dan berita gembirakan ia bahwa Allah telah mengampuninya.”
Allah Akbar,
betapa mulianya kedudukanmu wahai Rasulullah saw. di sisi Allah! Kendati kita
tidak ditakdirkan hidup sezaman dengan beliau, semoga kita dikeruniai
kesempatan untuk bermanja-manja dengan baginda Rasululah saw. di sisi pusara
suci beliau dan mendapat berkah beliau dengan diampuninya semua doso-dosa kita.
Am�.
2. Syeikh
Abul Faraj bin Qudamah al Hanbali-penulis kitab asy Syarhu al Kabir-
Syeikh
Syamsuddin Abul faraj Abdurrahman bin Qudamah al Hanbali dalam kitab asy
Syarhu al Kabir-nya, 3/495 menerangkan:
(Masalah):
Jika selesai dari menunaikan ibadah haji, diistihbabkan menziarai kuburan nabi
saw. dan kburan kedua teman beliau ra. … (Setelah itu beliau menyebutkan
redaksi salam yang baik untuk diucapkan kepada Nabi saw., di antaranya beliau
mengatakan): Ya Allah, Engkau telah berfirman, dan firman-Mu adalah haq,”Sesungguhnya
Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.4;64) Dan
aku datang kepadamu dengan memohon ampunan dari dosa-dosaku, meminta syafa’atmu
menuju Tuhanku. Ya Allah, aku memohon kepadamu agar Engkau mengabulkan bagiku
ampunan, seperti Engkau mengabulkan bagi yang mendatangi Nabi-MU di masa
hidupnya. Ya Allah jadikan beliau pertama pemberi syafa’at, paling sukses
permohonannya dan paling mulianya makhluk terdahulu dan akhir. Dengan rahmat-Mu
wahai Zat Yang Paling Berbelas kasih.
Selain fatwa
dua ulama besar Hanabilah di atas masih banyak lainnya. Setelahnya Al Allamah
As Sayyid Muhammad bin Alawi juga menyebutkan qasidah Ibnu al- Qayyim al
Jauziah, pada akhir bait qasidah disebutkan:
Inilah
ziarahnya orang yang senantiasa berpegang teguh dengan Syari’at Islam dan imam…
Ia adalah
paling afdhalnya amal perbuatan dalam mizan kelak di hari mahsyar.
Setelahnya,
Abuya berkomentar, “Perhatikan ucapan beliau di atas Ia adalah paling
afdhalnya amal perbuatan…. Dan Allah telah membutakan mata hati sebagian
orang sehingga tidak membacanya dan ia mengingkarinya.
Jelas Kaum
Wahabi-lah yang beliau maksud. Semoga Allah menerangi mata hati kita dengan
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beliaun rh.
Juga menyebutkan sebuah riwayat tentang sikap Imam Ahmad bin Hanbal-rujukan
utama kaum Wahabi seperti klaim mereka- bahwa mengusap dan menciuam pusara suci
Nabi saw. dengan tujuan mencari berkah adalah tidak apa-apa. Bukan bid’ah
apalagi musyrik!
Jadi, kalau
begitu kaum Wahabi yang memusuhi beliau dan para ulama Ahlusunnah itu
sebenarnya mengikuti siapa ya?
Saya harap,
ente ente yang telah kejangkitan virus Wahabisme membaca buku-buku ulama kami,
khususnya buku Sayyidina Ustadz Al Allamah Doktor Muhammad Alawi Al Maliki rh,
wabil khusus buku Mafahbeliau, agar ente ente mengerti kedunguan pendapat
ulama-ulama Arab Baduwi SA.
Ana tunggu
di sini bantahannya!
(Sumber Maf᧩m Yajibu an
Tushahha:190-191
dan203, cet. Dar al Insᬬ Kairo, thn.1405 H/1985M ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar