Ulama
Kesukaan Wahabi Ternyata Cinta Maulid Nabi
Posted By
T.M.Syuhada
Hari yang baik,
bulan yang baik serta dengan niat yang baik pula, kami awali tulisan ini dengan
Firman Allah berikut ini, agar hati tenang dan nyaman ketika membaca nya dengan
baik-baik nanti nya.
Allah ta’ala
berfirman :
قُلْ
إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: jika
bapak-bapak kamu , anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik”.[QS At-Taubah :24].
Rasulullah bersabda
:
لا
يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
“Tidak beriman
seseorang kamu sehingga adalah saya lebih dicintai nya dari orang tua nya dan
anak nya dan semua manusia”.[HR Bukhari dan Muslim].
Sikap anti
berlebihan terhadap Maulid Nabi, terkesan seakan peringatan Maulid Nabi adalah
kesalahan yang mutlak, namun di balik ingkar mereka yang melampaui batas,
ternyata ajaran ingkar Maulid Nabi baru ada sejak mereka ada, belum ada jauh
sebelum peringatan Maulid ini telah diperingati dan di akui oleh Muslim dan
Ulama sedunia, latar belakang ulama yang mereka sukai ternyata para pecinta
Maulid dan salah satu dari sekian Para Motivator Maulid, berikut ini sebagian
bukti nya :
Pendapat Ibnu
Taymiyah Tentang Maulid Nabi
Ibnu Taymiyah
berkata :
فتعظيم
المولد واتخاذه موسمًا قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده،
وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه واله وسلم
“Adapun
mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian
manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan
pengagungannya terhadap Rasulullah SAW”. [Lihat kitab Iqtidha' Shirathil
Mustaqim : 297].
Ibnu Taymiyah juga
berkata :
فتعظيم
المولد واتخاذه موسماً قد يفعله بعض الناس ويكون لهم فيه أجر عظيم لحسن قصدهم
وتعظيمهم لرسول الله صلى الله عليه وسلم
“Adapun
mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian
manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan
pengagungannya terhadap Rasulullah SAW”. [Lihat kitab Majmu' Fatawa 23: 134].
TERNYATA :
Ibnu Taymiyah sosok
Syaikhul Islam nya para Wahhabi dan
Tokoh Yang Dipuja dan dibela mati-matian oleh Syaikh-Syaikh Wahabi-Saudi justru
membela Maulid Nabi, ada apa dengan Wahabi, kenapa sebagian mereka mengingkari
pendapat Ibnu Taymiyah, kenapa sebagian mereka menyangka ini fitnah terhadap
Ibnu Taymiyah, kenapa sebagian mereka justru tidak pernah tahu pendapat Ibnu
Taymiyah sebenarnya dalam masalah Maulid Nabi, mereka ingin berlepas diri dari
Ibnu Taymiyah, yang sangat jelas mendukung Maulid Nabi, seandainya Maulid
Bid’ah atau Tasyabbuh, sungguh Ibnu Taymiyah lebih dulu memerangi perayaan
Maulid, karena di masa nya perayaan Maulid telah dirayakan setiap tahun, tidak
pernah ia bilang Bid’ah, tidak pernah ia bilang Tasyabbuh dengan Natal, tidak
pernah ia permasalahkan adakah Nabi dan para sahabat merayakan Maulid seperti
ini, tapi Ibnu Taymiyah malah menyatakan Maulid Nabi adalah amalan yang baik,
bahkan mendapat pahala bagi yang merayakan nya, karena menurut Ibnu Taymiyah
Maulid adalah termasuk sebagian dari cara mengagungkan Nabi, dan termasuk salah
satu cara mencintai Nabi, dengan kata lain Ibnu Taymiyah mengakui kebenaran
Fatwa Ulama yang membolehkan perayaan Maulid, perbedaan persepsi dalam memahami
hakikat makna Bid’ah antara Ibnu Taymiyah dan Wahabi/Salafi, otomatis berujung
pada perbedaan kategori, Ibnu Taymiyah punya dua kategori Bid’ah yaitu Bid’ah
Dholalah/Sayyiah dan Bid’ah Hasanah, tentu saja setiap hal atau cara baru dalam
beramal tidak serta-merta dapat divonis sesat, sementara Wahabi yang salah
memahami hakikat makna Bid’ah, membuat mereka tidak punya pilihan lain, setiap
hal baru otomatis sesat menurut mereka, dan status hukum bukan lagi pada dalil
nya, tapi lebih kepada ada atau tidak nya itu di masa Nabi dan Sahabat,
sehingga wajar kalau pada setiap permasalahan yang mereka pertanyakan bukanlah
dalil syar’i, dan tanpa sadar mereka telah mengingkari sebagian syari’at Islam
atau dengan kata lain inilah ciri Manipulasi Fatwa Ala Wahhabi, semoga
kekaguman mereka terhadap Ibnu Taymiyah bisa memperkecil perbedaan selama ini.
Pendapat Ibnu
Katsir Tentang Maulid Nabi
Ibnu Katsir memuji
Raja Mudhaffar Abu Sa’id Al-Kukburi sebagai berikut :
وكان
يعمل المولد الشريف في ربيع الأول ويحتفل به احتفالا هائلا
وكان
مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم مثواه
“Dan dia [Raja
Mudhaffar] menyelenggarakan Maulid yang mulia di bulan Rabi’ul awwal secara
besar-besaran. Ia juga seorang raja yang cerdas, pemberani kesatria, pandai,
dan adil, semoga Allah mengasihinya dan menempatkannya ditempat yang paling
baik” [Lihat Kitab Bidayah wan-Nihayah 13 :136]
Ibnu Katsir juga
berkata :
إن
أول من أرضعته صلى الله عليه وسلم هي ثويبة مولاة أبي لهب وكان قد أعتقها حين
بشرته بولادة النبي صلى الله عليه وسلم. ولهذا لما رآه أخوه العباس بعد موته في
المنام بعدما رآه بشر خيبة، سأله: ما لقيت؟ قال: لم ألق بعدكم خيراً غير أني سقيت
في هذه بعتاقتي لثويبة (وأشار إلى النقرة التي بين الإبهام والتي تليها من الأصابع).
“Sesungguhnya orang
pertama kali menyusui Nabi SAW adalah Tsuwaybah yaitu budak perempuan Abu
Lahab, dan ia telah dimerdekakan dan dibebaskan oleh Abu Lahab ketika Abu Lahab
gembira dengan kelahiran Nabi SAW, karena demikian setelah meninggal Abu Lahab,
salah seorang saudaranya yaitu Abbas melihatnya dalam mimpi, salah seorang
familinya bermimpi melihat ia dalam keadaan yang sangat buruk,
dan Abbas bertanya
: “Apa yang engkau dapatkan ?”
Abu Lahab menjawab
: “Sejak aku tinggalkan kalian [mati], aku tidak pernah mendapat kebaikan sama
sekali, selain aku diberi minuman di sini [Abu Lahab menunjukkan ruang antara
ibu jarinya dan jari yang lain] karena aku memerdekaan Tsuwaybah”. [Lihat kitab
Bidayah wan-Nihayah 2 : 272-273, kitab Sirah Al-Nabawiyah 1 :124, kitab Maulid
Ibnu Katsir 21].
Ibnu Katsir
mengagungkan malam Maulid Nabi, berikut kata beliau :
إن
ليلة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كانت ليلة شريفة عظيمة مباركة سعيدة على
المؤمنين، طاهرة، ظاهرة الأنوار جليلة المقدار
“Sungguh malam
kelahiran Nabi SAW adalah malam yang sangat mulia dan banyak berkah dan
kebahagiaan bagi orang mukmin dan malam yang suci, dan malam yang terang
cahaya, dan malam yang sangat agung”. [Lihat kitab Maulid iIbnu Katsir 19],
sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Ad-Durar
Al-Kaminah mengatakan bahwa kitab tersebut adalah kitab Ibnu Katsir yang
membolehkan Maulid Nabi dan di dalam nya membahas tentang perayaan peringatan
Maulid Nabi.
TERNYATA :
Ibnu Katsir yang
dianggap sama oleh Salafi-Wahabi dengan mereka dalam semua hal, juga
mengagungkan Maulid, bahkan beliau punya kitab tentang kebolehan dan keagungan
Maulid Nabi, perbedaan yang sangat mencolok ini tentu tidak aneh, karena Ibnu
Katsir adalah seorang Ahlus Sunnah Waljama’ah [Aswaja], cuma mereka tidak mau
melepaskan Ibnu Katsir, karena tanpa Ibnu Katsir, mereka tidak punya lagi Ulama
hebat, yang bisa mereka sandarkan ajaran mereka, dan penganut Wahabi akan
semakin berkurang drastis, dan separuh kebohongan yang mereka tutupi selama ini
akan terkuak dengan sendiri nya, buktinya dalam hal ini Ibnu Katsir terlepas
dari ajaran Wahabi, perayaan Maulid yang telah dirayakan setiap tahun di masa
nya, tidak memvonis pecinta Maulid Nabi dengan Ahlu Bid’ah, apa lagi sampai
menyamai dengan perayaan Kuffar [Na'uzubillah], dalam kitab nya Ibnu Katsir
memuji Raja Mudhaffar, karena kedermawanan nya dalam perayaan Maulid
besar-besaran, bahkan lebih dari itu, ketika para penganut Wahabi menganggap
“orang yang merayakan Maulid sama dengan Abu Lahab” ternyata Ibnu Katsir
membenarkan kisah tersebut, Ibnu Katsir membenarkan Abu Lahab membebaskan budak
nya Tsuwaibah karena kegembiraan nya dengan berita kelahiran Nabi dan dengan
sebab itu ia mendapat sedikit air yang dapat ia minum di kubur, karena kekufuran
nya telah menghalangi pahala dan fadhilah besar yang seharus nya. Tidak cuma
itu, Ibnu Katsir juga percaya bahwa malam Maulid Nabi adalah malam yang penuh
berkah, malam yang lebih dari malam lain nya, tentu saja ini sangat
bertolak-belakang dengan anggapan Wahabi, karena mereka anggap malam Maulid
tidak tidak punya kelebihan apa pun, sama seperti malam sebelum nya atau
sesudah nya, semoga perasaan mereka terhadap Ibnu Katsir bisa menimbulkan benih
cinta mereka terhadap Maulid Nabi SAW, inyaallah.
Pendapat Imam
Al-Dzahabi Tentang Maulid Nabi
Az-Zahabi juga
memuji Abu Said Al-Kukburi :
وكان
متواضعًا ، خيِّرًا سنّيًا ، يحبّ الفقهاء والمحدّثين
“Dan adalah ia
[Raja Mudhaffar] itu yang rendah diri, dan baik dan juga Sunni [Ahlus Sunnah
Waljama'ah] dan ia mencintai Fuqaha’ [Ulama Fiqih] dan Muhadditsin [Ulama
Hadits]“.[Lihat Siyar A'lam An-Nubala' 22 : 336]
TERNYATA :
Al-Dahabi sama hal
nya dengan Ibnu Katsir, ia juga memuji Raja Maulid [raja Mudhaffar], dan dengan
jelas Al-Dzahabi menyebut nya dengan Sunni yakni Ahlus Sunnah Waljama’ah, tapi
kenapa Wahabi menyebut pecinta Maulid dengan Ahlu Bid’ah ? tidakkah mereka malu
kepada Imam mereka ? kenapa justru mencari-cari alasan untuk mengingkari
kebenaran dari Ulama yang mereka sukai, kenapa harus menutupi kebenaran yang
datang dari diri mereka sendiri, kalau saja kebenaran datang dari orang yang ia
musuhi dan benci selama ini, mungkin saja terlalu berat menerima dan mengakui
nya, tapi ini kebenaran dari diri mereka sendiri.
Semoga ini menjadi
sebuah renungan bagi siapa pun yang terlalu anti dengan Maulid Nabi, bila pun
terlalu berat mengakui kelebihan nya, cukuplah dengan berdiri di tengah-tengah
saja, tidak perlu ikutan Maulid, dan juga jangan ikutan mencaci-maki Maulid,
biarpun nanti nya juga akan sangat menyesal karena tidak bisa merasakan bila
ternyata begitu besar nya fadhilah Maulid di akhirat kelak nantinya. atau
silahkan kembali membaca PENJABARAN
MENGENAI BID’AH HASANAH DAN DHOLALAH .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar