|||
KONTRA : PENJELASAN TERKAIT HADITS 'ASHIM BIN KULAIB |||
Lebih jauh, juga perlu di ingat bahwa dalam menghukumi sesuatu haruslah
menyeluruh dan harus mempertimbangkan hadits-hadits lain yang saling terkait.
Dalam hal ini, ada sebuah hadits lain yang shahih diriwayatkan oleh Abu Daud,
dari โAshim bin Kulaib, dari ayahnya, dari sahabat Anshar, yang redaksinya
sebagai berikut :
ููุงูู: ุฎูุฑูุฌูููุง ู
ูุนู ุฑูุณูููู ุงูููููู
ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููู ุฌูููุงุฒูุฉูุ ููุฑูุฃูููุชู ุฑูุณูููู ุงูููููู
ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ูููููู ุนูููู ุงููููุจูุฑู ูููุตูู ุงููุญูุงููุฑู:
ยซุฃูููุณูุนู ู
ููู ููุจููู ุฑูุฌูููููููุ ุฃูููุณูุนู ู
ููู ููุจููู ุฑูุฃูุณูููยป ุ ููููู
ููุง
ุฑูุฌูุนู ุงุณูุชูููุจููููู ุฏูุงุนูู ุงู
ูุฑูุฃูุฉู ููุฌูุงุกู ููุฌููุกู ุจูุงูุทููุนูุงู
ู ููููุถูุนู
ููุฏูููุ ุซูู
ูู ููุถูุนู ุงููููููู
ูุ ููุฃููููููุงุ ููููุธูุฑู ุขุจูุงุคูููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู
ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููููููู ููููู
ูุฉู ููู ููู
ูููุ ุซูู
ูู ููุงูู:
ยซุฃูุฌูุฏู ููุญูู
ู ุดูุงุฉู ุฃูุฎูุฐูุชู ุจูุบูููุฑู ุฅูุฐููู ุฃูููููููุงยป ุ ููุฃูุฑูุณูููุชู
ุงููู
ูุฑูุฃูุฉูุ ููุงููุชู: ููุง ุฑูุณูููู ุงููููููุ ุฅููููู ุฃูุฑูุณูููุชู ุฅูููู ุงููุจููููุนู
ููุดูุชูุฑูู ููู ุดูุงุฉูุ ููููู
ู ุฃูุฌูุฏู ููุฃูุฑูุณูููุชู ุฅูููู ุฌูุงุฑู ููู ููุฏู ุงุดูุชูุฑูู
ุดูุงุฉูุ ุฃููู ุฃูุฑูุณููู ุฅูููููู ุจูููุง ุจูุซูู
ูููููุงุ ููููู
ู ูููุฌูุฏูุ ููุฃูุฑูุณูููุชู
ุฅูููู ุงู
ูุฑูุฃูุชููู ููุฃูุฑูุณูููุชู ุฅูููููู ุจูููุงุ ููููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู
ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู
ู: ยซุฃูุทูุนูู
ูููู ุงููุฃูุณูุงุฑููยป
โKami
keluar bersama Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam pada sebuah jenazah,
maka aku melihat Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam berada diatas kubur
berpesan kepada penggali kubur : โperluaskanlah olehmu dari bagian kakinya, dan
juga luaskanlah pada bagian kepalanyaโ, Maka tatkala telah kembali dari kubur,
seorang wanita (istri mayyit, red) mengundang (mengajak) Rasulullah, maka
Rasulullah datang seraya didatangkan (disuguhkan) makanan yang diletakkan
dihadapan Rasulullah, kemudian diletakkan juga pada sebuah perkumpulan
(qaum/sahabat), kemudian dimakanlah oleh mereka. Maka ayah-ayah kami melihat
Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam makan dengan suapan, dan bersabda:
โaku mendapati daging kambing yang diambil tanpa izin pemiliknyaโ. Kemudian
wanita itu berkata : โwahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mengutus ke
Baqiโ untuk membeli kambing untukku, namun tidak menemukannya, maka aku
mengutus kepada tetanggaku untuk membeli kambingnya kemudian agar di kirim kepadaku,
namun ia tidak ada, maka aku mengutus kepada istinya (untuk membelinya) dan ia
kirim kambing itu kepadaku, maka Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam
bersabda : โberikanlah makanan ini untuk tawananโ. [1]
Hadits ini tentang Nabi shallallahu โalayhi wa sallam sendiri dan para
sahabat beliau yang berkumpul dan makan di kediaman keluarga almarhum, yang
berarti bahwa hadits ini menunjukkan atas kebolehan keluarga almarhum
membuatkan makanan (jamuan) dan mengajak manusia memakannya.
Secara dhahir hadits Jarir telah berlawanan dengan hadits dari โAshim bin
Kulaib ini, sedangkan dalam kaidah ushul fiqh mengatakan jika dua dalil
bertentangan maka harus dikumpulkan jika dimungkinkan untuk dikumpulkan. [2]
Maka, kedua hadits diatas dapat dipadukan yakni hadits Jarir bin Abdullah
dibawa atas pengertian jamuan karena menjalankan adat, bukan dengan niat โithโam
โanil mayyit (memberikan makan atas nama mayyit/shadaqah untuk mayyit) โ
atau hal itu bisa membawa kepada niyahah yang diharamkan, kesedihan yang
berlarut-larut dan lain sebagainya. Sedangkan hadits โAshim bin Kulaib dibawa
atas pengertian jamuan makan bukan karena menjalankan adat (kebiasaan),
melainkan jamuan makan dan berkumpul dengan niat โithโam โanil mayyitโ
atau pun ikramudl dlayf (memulyakan tamu). Oleh karena itu larangan
tersebut tidaklah mutlak, tetapi memiliki qayyid yang menjadi โillat hukum
tersebut. Imam Ibnu Hajar al-Haitami didalam Tuhfatul Muhtaj mengatakan :
ูู
ุง ุงุนุชูุฏ ู
ู ุฌุนู ุฃูู ุงูู
ูุช ุทุนุงู
ุง ููุฏุนูุง
ุงููุงุณ ุนููู ุจุฏุนุฉ ู
ูุฑููุฉ ูุฅุฌุงุจุชูู
ูุฐูู ูู
ุง ุตุญ ุนู ุฌุฑูุฑ ููุง ูุนุฏ ุงูุงุฌุชู
ุงุน ุฅูู ุฃูู
ุงูู
ูุช ูุตูุนูู
ุงูุทุนุงู
ุจุนุฏ ุฏููู ู
ู ุงูููุงุญุฉ ููุฌู ุนุฏู ู
ู ุงูููุงุญุฉ ู
ุง ููู ู
ู ุดุฏุฉ
ุงูุงูุชู
ุงู
ุจุฃู
ุฑ ุงูุญุฒู
โdan
apa yang diadatkan (dibiasakan) daripada keluarga almarhum membuat makanan demi
mengajak manusia atasnya maka itu bidโah makruhah (bidโah yang makruh),
sebagaimana menerima mereka untuk hal yang demikian berdasarkan hadits shahih
dari Jarir โKami (sahabat) menganggap berkumpul ke (kediaman) keluarga almarhum
serta (keluarga almarhum) menghidangkan makanan setelah pemakaman bagian dari
niyahahโ, dan sisi dianggapnya bagian dari niyahah yakni apa yang terdapat
didalamnya daripada berlebihan-lebihan dengan perkara kesedihanโ. [3]
Hal ini juga disebutkan oleh al-โAllamah as-Sayyid al-Bakri Syatha
ad-Dimyathi dalam Iโanatuth Thalibin. [4]
Maka, illat tersebut tidak terdapat pada kegiatan tahlilan (kenduri arwah) yang
dilakukan oleh kaum muslimin yang memang paham mengenai kenduri arwah
(tahlilan). Jika tidak ada illat maka hukum makruh pun tidak ada, sebab dalam
kaidah syafiโiyah hukum itu meliputi disertakannya illat. [5]
Oleh karena itu, berkumpul (berhimpun) yang dimaksud pada hadits Jarir adalah
jika bukan karena untuk membaca al-Qurโan, berdoโa dan dzikir-dzikir lain.
CATATAN KAKI :
[1]
Sunan Abi Daud no. 3332 ; As-Sunanul Kubrra lil-Baihaqi no. 10825 ; hadits ini
shahih ; Misykaatul Mafatih [5942] At-Tabrizi dan Mirqatul Mafatih syarh
Misykah al-Mashabih [5942] karangan al-Mulla โAlial-Qari, hadits tersebut
dikomentari shahih. Lebih jauh lagi, didalam kitab tersebut disebutkan dengan
lafadz berikut :
(ุงุณุชูุจูู ุฏุงุนู ุงู
ุฑุฃุชู) ุ ุฃู: ุฒูุฌุฉ ุงูู
ุชููู
โRasulullah menerima ajakan wanitanya, yakni istri dari yang wafatโ.
Dikatakan pula bahwa hadits ini memang bertentangan
dengan yang ditetapkan sebelumnya
(ุซู
ูุถุน ุงูููู
) ุ ุฃู
ุฃูุฏููู
(ูุฃูููุง) ุ ูุฐุง ุงูุญุฏูุซ ุจุธุงูุฑู ูุฑุฏ ุนูู ู
ุง ูุฑุฑู ุฃุตุญุงุจ ู
ุฐูุจูุง ู
ู ุฃูู ููุฑู
ุงุชุฎุงุฐ ุงูุทุนุงู
ูู ุงูููู
ุงูุฃูู ุฃู ุงูุซุงูุซุ ุฃู ุจุนุฏ ุงูุฃุณุจูุน ูู
ุง ูู ุงูุจุฒุงุฒูุฉ
โ(Kemudian sebuah kelompok meletakkan)
yakni tangan mereka (kemudian mereka makan), hadits ini (โAshim bin Kulaib)
berdasarkan dhahirnya bertentangan atas apa yang telah di tetapkan oleh Ashhab
madzhab kami yaitu ulama yang memakruhkan menghidangkan makanan pada hari
pertama atau ke tiga atau setelah sepekan sebagaimana didalam al-Bazaziyyahโ.
Juga terkait hadits โAshim bin Kulaib, dinaqal didalam
โAunul Maโbud [3332] :
ููู ุงูู
ุดูุงุฉ ุฏุงุนู ุงู
ุฑุฃุชู ุจุงูุฅุถุงูุฉ ุฅูู ุงูุถู
ูุฑ ูุงู ุงููุงุฑูุก ุฃู ุฒูุฌุฉ ุงูู
ุชููู
โdan didalam al-Misykah โajakan
perempuannyaโ dengan lafadz idlafah kepada dlamir, Mulla โAli al-Qarii berkata
: yakni istri dari yang wafatโ.
Bariqatul Mahmudiyyah li-Abi Saโid al-Khadami
al-Hanafi [3/205] :
ูุงู ูู
ุดุฑุญู ุนู ูุจูุฑ ุงูุญูุจู ยซุฅูู - ุตูู ุงููู ุชุนุงูู ุนููู ูุณูู
- ุญูู ุฑุฌุน ู
ู ุฏูู ุฃูุตุงุฑู
ุงุณุชูุจูู ุฏุงุนู ุงู
ุฑุฃุชู ูุฌุงุก ูุฌูุก ุจุงูุทุนุงู
ููุถุน ูุฏู ููุถุน ุงูููู
ูุฃูููุง ูุฑุณูู ุงููู -
ุตูู ุงููู ุชุนุงูู ุนููู ูุณูู
- ูููู ุฃู ูู
ุถุบ ููู
ุฉ ูู ูููยป ููุฐุง ูุฏู ุนูู ุฅุจุงุญุฉ ูุถุน ุฃูู
ุงูู
ูุช ุงูุทุนุงู
ูุงูุฏุนูุฉ ุฅููู ุงูุชูู
โMushannif berkata didalam syarahnya
dari pembesar al-Halabi โsesungguhnya Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam
ketika kembali dari pemakaman orang Anshar, Rasulullah menerima ajakan
wanitanya, maka datang dan dihidangkanlah makanan, kemudian Rasulullah
menelatakkan tangannya dan di ikutilah orang rombongan (sahabat), kemudian
Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam makan sesuapan yaitu secabik daging ke
mulutnyaโ. Maka ini menunjukkan atas kebolehan bagi ahl mayyit menyajikan
makanan dan mengundang orang lain kepadanya. Selesaiโ.
Kemudian juga dijelaskan didalam Hasyiyah
ath-Thahthawi โalaa Muraqi al-Falaah Syarh Nuur al-Iydlaah [1/617] Ahmad bin
Muhammad bin Ismaโil ath-Thahthawi al-Hanafi :
ุนู ุนุงุตู
ุจู ูููุจ ุนู ุฃุจูู ุนู ุฑุฌู ู
ู ุงูุฃูุตุงุฑ ูุงู ุฎุฑุฌูุง ู
ุน ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูู
ุฌูุงุฒุฉ ููู
ุง ุฑุฌุน ุงุณุชูุจูู ุฏุงุนู ุงู
ุฑุฃุชู ูุฌุงุก ูุฌูุก ุจุงูุทุนุงู
ููุถุน ูุฏู ููุถุน ุงูููู
ูุฃูููุง
ูุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูููู ุงูููู
ุฉ ูู ููู ุงูุญุฏูุซ ููุฐุง ูุฏู ุนูู ุฅุจุงุญุฉ ุตูุน
ุฃูู ุงูู
ูุช ุงูุทุนุงู
ูุงูุฏุนูุฉ ุฅููู ุจู ุฐูุฑ ูู ุงูุจุฒุงุฒูุฉ ุฃูุถุง ู
ู ูุชุงุจ ุงูุงุณุชุญุณุงู ูุฅู
ุงุชุฎุฐ ุทุนุงู
ุง ููููุฑุงุก ูุงู ุญุณูุง ุงูู
โ... Maka hadits ini (โAshim bin
Kulaib) menunjukkan atas kebolehan bagi ahl mayyit menghidangkan makanan dan
mengajak manusia padanya bahkan juga di sebutkan didalam al-Bazaziyyah dari
kitab al-Ihtihsan โdan jika menghidangkan makanan untuk fuqaraaโ maka itu
bagusโ. Selesai.
Sebagian ada yang mengatakan bahwa wanita yang
dimaksud bukan istri yang wafat namun orang lain. Hal ini disebutkan didalam
Mirโatul Mafatih syarh Misykah al-Mashabih [5/481] li-Abi al-Hasan โUbaidillah
al-Mubarakfuri dan juga didalam Tuhfatul Ahwadzi [4/67] li-Abi al-โAllaa
Muhammad Abdurrahman al-Mubarakfuri.
Selain itu ada hadits lain yang juga menjadi sandaran
masalah ini, sebagaimana yang dicantumkan oleh al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
(al-Syafiโi) didalam kitab al-Mathalib al-โAliyyah bi-Zawaidil Masaanid
al-Tsamaniyyah [5/328] pada bab menghidangkan makanan untuk ahl mayyit . Diantaranya
beliau menyebutkan riwayat Thawus (penjelasannya telah berlalu) dan
riwayat dari Ahmad bin Maniโ berikut ini :
ูุงู ุฃุญู
ุฏ ุจู
ู
ููุน ุญุฏุซูุง ูุฒูุฏ ุจู ูุงุฑูู ุญุฏุซูุง ุญู
ุงุฏ ุจู ุณูู
ุฉ ุนู ุนูู ุจู ุฒูุฏ ุนู ุงูุญุณู ุนู ุงูุญูู ุจู
ููุณ ูุงู ููุช ุฃุณู
ุน ุนู
ุฑ ุฑูุถููู ุงููู ุนูููู ูููู ูุง ูุฏุฎู ุฃุญุฏ ู
ู ูุฑูุด ูู ุจุงุจ ุฅูุง ุฏุฎู
ู
ุนู ูุงุณ ููุง ุฃุฏุฑู ู
ุง ุชุฃููู ูููู ุญุชู ุทุนู ุนู
ุฑ ุฑูุถููู ุงููู ุนูููู ูุฃู
ุฑ ุตููุจุง ุฑูุถููู
ุงููู ุนูููู ุฃู ูุตูู ุจุงููุงุณ ุซูุงุซุง ูุฃู
ุฑ ุฃู ูุฌุนู ูููุงุณ ุทุนุงู
ุงู ููู
ุง ุฑุฌุนูุง ู
ู ุงูุฌูุงุฒุฉ
ุฌุงุคูุง ููุฏ ูุถุนุช ุงูู
ูุงุฆุฏ ูุฃู
ุณู ุงููุงุณ ุนููุง ููุญุฒู ุงูุฐู ูู
ููู ูุฌุงุก ุงูุนุจุงุณ ุจู ุนุจุฏ
ุงูู
ุทูุจ ุฑูุถููู ุงููู ุนูููู ููุงู ูุง ุฃููุง ุงููุงุณ ูุฏ ู
ุงุช ุงูุญุฏูุซ ูุณูุฃุชู ุฅู ุดุงุก ุงููู
ุชุนุงูู ุจุชู
ุงู
ู ูู ู
ูุงูุจ ุนู
ุฑ ุฑูุถููู ุงููู ุนูููู
โAhmad bin Maniโ berkata, telah
menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah dari โAli bin Zayd, dari al-Hasan, dari al-Ahnaf
bin Qays, ia berkata : aku pernah mendengar โUmar radliyallahu โanh mengatakan,
seseorang dari Quraisy tidak akan masuk pada sebuah pintu kecuali seseorang
masuk menyertainya, maka aku tidak mengerti apa yang maksud perkataannya sampai
โUmar radliyallahu โanh di tikam, maka beliau memerintahkan Shuhaib radliyallahu
โanh agar shalat bersama manusia selama tiga hari, dan juga memerintahkan agar
membuatkan makanan untuk manusia. Setelah mereka kembali (pulang) dari
mengantar jenazah, dan sungguh makanan telah dihidangkan, maka manusia tidak
mau memakannya karena sedih mereka pada saat itu, maka sayyidina โAbbas bin
Abdul Muththalib radliyallahu โanh datang, kemudian berkata ; wahai.. manusia
sungguh telah wafat .. (al-hadits), dan InsyaAllah selengkapnya dalam Manaqib
โUmar radliyallah โanhโ.
Riwayat ini, disebutkan juga oleh Syihabuddin Ibnu
Utsman al-Bushiri al-Kinani al-Syafiโi
didalam Ittihaf al-Khiyarah al-Mihrah bi-Zawaidil Asaanid al-Asyarah
[2/507-509] pada Bab al-Taโziyah wa Tahyiah Thaโaamin Yubโatsu bihi li-Ahli
al-Mayyit :
ููุนููู
ุงููุฃูุญููููู ุจููู ููููุณู ููุงูู: "ููููุชู ุฃูุณูู
ูุนู ุนู
ุฑ ุจู ุงูุญูุทุงุจ- ุฑูุถููู
ุงูููููู ุนููููู- ููููููู: ููุง ููุฏูุฎููู ุฑูุฌููู ู
ููู ููุฑูููุดู ููู ุจูุงุจู ุฅููููุง
ุฏูุฎููู ู
ูุนููู ููุงุณู. ููููุง ุฃูุฏูุฑูู ู
ูุง ุชูุฃูููููู ููููููููุ ุญูุชููู ุทูุนููู ุนูู
ุฑ
ูุฃูู
ุฑ ุตูููุจูุง ุฃูู ููุตูููู ุจูุงููููุงุณู ุซูุงุซูุงุ ููุฃูู
ูุฑู ุจูุฃููู ููุฌูุนููู ููููููุงุณู
ุทูุนูุงู
ูุงุ ููููู
ููุง ุฑูุฌูุนููุง ู
ููู ุงููุฌูููุงุฒูุฉู ุฌูุงุกููุง ููููุฏู ููุถุนุช ุงููู
ูููุงุฆูุฏู
ูุฃูู
ุณู ุงููููุงุณู ุนูููููุง ููููุญูุฒููู ุงูููุฐูู ููู
ู ูููููุ ูุฌุงุก ุงูุนุจุงุณ ุจู ุนุจุฏ
ุงูู
ุทูุจ ูุงู: ููุง ุฃููููููุง ุงููููุงุณูุ ููุฏู ู
ูุงุชู ุฑูุณูููู ุงูููููู - ุตููููู ุงูููููู
ุนููููููู ููุณููููู
ู - ููุฃูููููููุง ุจูุนูุฏููู ููุดูุฑูุจูููุงุ ูู
ุงุช ุฃุจู ุจูุฑ ูุฃูููุง ุจุนุฏู
ูุดุฑุจูุงุ ุฃููุง ุงููุงุณ ูููุง ู
ู ูุฐุง ุงูุทุนุงู
. ูู
ุฏ ูุฏู ููู
ูุฏูู ุงููููุงุณู ุฃูููุฏูููููู
ู
ููุฃููููููุงุ ููุนูุฑูููุชู ุชูุฃูููููู ูููููููู ". ุฑูููุงูู ุฃูุญูู
ูุฏู ุจููู ู
ููููุนู ุจูุณูููุฏู
ููููู ุนูููููู ุจููู ุฒูููุฏู ุจููู ุฌูุฏูุนูุง
โDan dari al-Ahnaf bin Qays, ia berkata
: aku mendengar โUmar bin Khaththab radliyallahu โanh mengatakan, seseorang
dari Quraisy tidak akan masuk pada sebuah pintu kecuali manusia masuk
bersamanya. Maka aku tidak maksud dari perkataannya, sampai โUmar di tikam
kemudian memerintahkan kepada Shuhaib agar shalat bersama manusia dan
membuatkan makanan hidangan makan untuk manusia selama tiga hari. Ketika mereka
telah kembali dari mengantar jenazah, mereka datang dan sungguh makanan telah dihidangkan
namun mereka tidak menyentuhnya karena kesedihan pada diri mereka. Maka
datanglah sayyidina โAbbas bin Abdul Muththalib, seraya berkata : โwahai
manusia, sungguh Rasulullah shallallahu โalayhi wa sallam telah wafat, dan kita
semua makan dan minum setelahnya, Abu Bakar juga telah wafat dan kita makan
serta minum setelahnya, wahai manusia.. makanlah oleh kalian dari makanan ini,
maka sayyidina โAbbas mengulurkan tanggan (mengambil makanan), diikuti oleh
yang lainnya kemudian mereka semua makan. Maka aku (al-Ahnaf) mengetahui maksud
dari perkataannya. Ahmad bin Mani telah meriwayatkannya dengan sanad didalamnya
yakni โAli bin Zayd bin Judโanโ.
Disebutkan juga Majmaโ az-Zawaid wa Manbaโul Fawaid
(5/159) lil-Imam Nuruddin bin โAli al-Haitsami (w. 807 H), dikatakan bahwa Imam
ath-Thabrani telah meriwayatkannya, dan didalamnya ada โAli bin Zayd, dan
haditsnya hasan serta rijal-rijalnya shahih ; Kanzul โUmmal fiy Sunanil Aqwal
wa al-Afโal lil-Imam โAlauddin โAli al-Qadiriy asy-Syadili (w. 975 H) ; Thabaqat
al-Kubra (4/21) lil-Imam Ibni Saโad (w. 230 H) ; Maโrifatu wa at-Tarikh (1/110)
lil-Imam Abu Yusuf al-Farisi al-Fasawi (w. 277 H) ; Tarikh Baghdad (14/320)
lil-Imam Abu Bakar Ahmad al-Khathib al-Baghdadi (w. 463 H).
[5]
Lihat : Kifayatul Akhyar lil-Imam Taqiyuddin al-Hishni [1/526] ; Asnal Mathalib
lil-Imam Zakariya al-Anshari [3/105]
0 Komentar untuk "KONTRA : PENJELASAN TERKAIT HADITS 'ASHIM BIN KULAIB |||"