Senin, 28 Maret 2016

Seri Kepalsuan Ibnu Taimiyah (4)

Seri Kepalsuan Ibnu Taimiyah (4)
Ibnu Taimiyah Memotong Riwayat Demi Membela Yazid Putra Mua’wiyah
Tidak ada keluarga besar yang disanjung dan dibela “mati-matian” oleh Ibnu Taimiyah melebihi keluarga besar Bani Umayyah betapapun kejahatan, kebejatan dan kefasikan mereka!
Semua kemampuan yang dimilikinya, ia kerahkan untuk membela dan menyanjung bani Umayyah, seperti Mu’awiyah dan Yazid terkutuk putranya!
Kalau ada riwayat atau data sejarah yang membongkar kejahatan dan kemunafikan Bani Uamayyah, maka pasti kita akan menemukan Ibnu Taimiyah di baris terdepan para “tentara sukarelawan” yang membela mereka dengan tanpa dasar!
Kalau ada riwayat palsu yang membersihkan nama buruk mereka, maka Anda akan saksikan bahwa yang paling “tergila-gila” dengannya adalah Si Anak Taimiyah yang malang itu!
Demikian…. Allah berfirman:
المنافقون و المنافقات بعضهم من بعض
“Orang-orang munafik dan munafiqah sebahagian mereka adalah dari sebahagian lainnya.” (QS. At Taubah;67)
Demikianlah Allah SWT menggambarkan kondisi kejiwaan mereka…. Saling membela…. Saling memberikan uzur!
Ketika menukil riwayat atau data sejarah yang tegas-tegas tidak menguntungkan Ibnu Taimiyah secara ideologis, maka ia akan segera menyensornya untuk memberikan penyelamatan dan memberikan pembelaan untuk tuannya…. Itulah Ibnu Taimiyah seperti dalam kitabnya Ra’sul Husain.
Ia menukil dialoq antara Imam Ahmad ibn Hanbal (rh) dengan putranya bermana Shaleh:
قيل للإمام أحمد: أتكتب حديث يزيد؟
فقال: لا، ولا كرامة، أوليس هو الذي فعل بأهل الحرة ما فعل؟!
وقيل له: إن قوما يقولون: إنا نحب يزيد.
فقال: وهل يحب يزيد أحد يؤمن بالله واليوم الآخر؟!
فقال له ابنه صالح: لم لا تلعنه؟
فقال الإمام أحمد: ومتى رأيت أباك يلعن أحدا.
Dikatakan kepada Ahmad, “Apakah Anda sudi menulis hadis dari Yazid?
Ia menjawab, “Tidak! Tiada kehormatan baginya. Bukankah dia yang telah melakukan kekejian terhadap penduduk Madinah di hari al Hurrah?! (maksudnya pembantaian penduduk kota suci Madinah dan membebaskan pasukannya untuk memperkosa gadis-gadis dan putri-putri para sahabat)
Ada yang mengatakan, “Tapi ada sekelompok kaum yang mencintai Yazid!”
Ahmad menjawab, “Adakah seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir yang mencintainya?!”
Lalu Shaleh putranya berkata, “Mengapa engkau tidak melaknatnya?”
Ahmad menjawab, “Kapan engkau melihat ayahmu ini melaknat seorang pun?” (Ra’sul Husain:205)
Sampai disini, dialoq itu diputus oleh Ibnu Taimiyah. Tentunya agar menjadi kabur atas umat Islam sikap Imam Ahmad ibn Hanbal (rh) terhadap Yazid dan pelaknatan atasnya!
Sebab Ibnu Taimiyah akan sangat keberatan apabila kelak ketika umat Islam mengatahui bahwa ternyata Ahmad –sebagai Imam besar Ahlusunnah- telah memfatwakan dan menganjurkan bahkan melakukan sendiri pelakanatan atas manusia terkutuk yang bernama Yazid ibn Mu’awiyah yang begitu dicintai, disanjung oleh Ibnu Taimiyah dan titisan bani Umayyah yang menamakan diri mereka Salafiyah Wahhabiyah yang sekarang sedang gentayangan di muka bumi bak tersentuh ruh jahat setan!!
Ibnu Taimiyah tidak mau hal itu tersebar!!
Perhatikan lengkap dialoq itu sebagaimana diabadikan para ulama, di antaranya ulama bermazhab Hanbali bernama Ibnu al Jawzi.
Ketika putranya bertanya mengapa ia tidak melaknatnya?!
Ahmad menjawab:
ولم لا يلعن من لعنه الله تعالى في كتابه؟!
فقيل له: وأين لعن الله يزيد في كتابه؟
فقرأ أحمد قوله تعالى: (فهل عسيتم إن توليتم أن تفسدوا في الأرض وتقطعوا أرحامكم * أولئك الذين لعنهم الله فأصمهم وأعمى أبصارهم) ثم قال: فهل يكون فساد أعظم من القتل؟!
“Mengapakah orang yang telah dilaknat Allah tidak patut dilaknat!”
Shaleh bertanya, “Dimanakah (ditemukan) Allah melaknatnya?”
Maka Imam Ahmad memnbacakan ayat:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan * Mereka itulah orang- orang yang dilaknati Allah dan ditulikan- Nya telinga mereka dan dibutakan- Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad;22-23)
adakah kerusakan yang lebih dahsyat dari membunuh?!”
(Baca: ar Radd ‘Alߡl Muta’ashshib al ‘An; Ibnu al Jawzi:16 dan al IthᤠBi Hubbi al Asyr; asy Syabrᶩ:63-64)
Demikianlah hakikat sikap Ibnu Taimiyah! Setiap kali ia berhadapan dengan hadis Nabi saw. atau atsar dari sahabat yang tidak sejalan dengan hawa nafsunya pasti akan ia sikapi dengan pengingkaran, pemalsuan, penyensoran dan pemutar balikan makna!



Tidak ada komentar:

Jual beli online dan menyusui anak orang kafir

*SOAL* Bahsulmasail# 1_ *bagaimana hukum orang jual beli online, kalo di bolehkan bagaimana cara akadnya apakah sah hanya melewati telpon sa...