Seri Kepalsuan Ibnu Taimiyah (4)
Ibnu Taimiyah Memotong Riwayat Demi
Membela Yazid Putra Mua’wiyah
Tidak ada keluarga besar yang
disanjung dan dibela “mati-matian” oleh Ibnu Taimiyah melebihi keluarga besar
Bani Umayyah betapapun kejahatan, kebejatan dan kefasikan mereka!
Semua kemampuan yang dimilikinya, ia
kerahkan untuk membela dan menyanjung bani Umayyah, seperti Mu’awiyah dan Yazid
terkutuk putranya!
Kalau ada riwayat atau data sejarah
yang membongkar
kejahatan dan kemunafikan Bani Uamayyah, maka pasti kita akan menemukan Ibnu
Taimiyah di baris terdepan para “tentara sukarelawan” yang membela mereka
dengan tanpa dasar!
Kalau ada riwayat palsu yang
membersihkan nama buruk mereka, maka Anda akan saksikan bahwa yang paling
“tergila-gila” dengannya adalah Si Anak Taimiyah yang malang itu!
Demikian…. Allah berfirman:
المنافقون
و المنافقات بعضهم من بعض
“Orang-orang munafik dan munafiqah
sebahagian mereka adalah dari sebahagian lainnya.” (QS. At
Taubah;67)
Demikianlah Allah SWT menggambarkan
kondisi kejiwaan mereka…. Saling membela…. Saling memberikan uzur!
Ketika menukil riwayat atau data
sejarah yang tegas-tegas tidak menguntungkan Ibnu Taimiyah secara ideologis,
maka ia akan segera menyensornya untuk memberikan penyelamatan dan memberikan
pembelaan untuk tuannya…. Itulah Ibnu Taimiyah seperti dalam kitabnya Ra’sul
Husain.
Ia menukil dialoq antara Imam Ahmad
ibn Hanbal (rh) dengan putranya bermana Shaleh:
قيل للإمام أحمد: أتكتب حديث يزيد؟
فقال: لا، ولا كرامة، أوليس هو الذي فعل بأهل الحرة ما
فعل؟!
وقيل له: إن قوما يقولون: إنا نحب يزيد.
وقيل له: إن قوما يقولون: إنا نحب يزيد.
فقال: وهل يحب يزيد أحد يؤمن بالله واليوم الآخر؟!
فقال له ابنه صالح: لم لا تلعنه؟
فقال الإمام أحمد: ومتى رأيت أباك يلعن أحدا.
“Dikatakan kepada Ahmad, “Apakah Anda sudi menulis hadis dari
Yazid?
Ia menjawab, “Tidak! Tiada kehormatan
baginya. Bukankah dia yang telah melakukan kekejian terhadap penduduk Madinah
di hari al Hurrah?! (maksudnya pembantaian penduduk kota suci Madinah dan
membebaskan pasukannya untuk memperkosa gadis-gadis dan putri-putri para
sahabat)
Ada yang mengatakan, “Tapi ada
sekelompok kaum yang mencintai Yazid!”
Ahmad menjawab, “Adakah seorang yang
beriman kepada Allah dan hari akhir yang mencintainya?!”
Lalu Shaleh putranya berkata,
“Mengapa engkau tidak melaknatnya?”
Ahmad menjawab, “Kapan engkau
melihat ayahmu ini melaknat seorang pun?” (Ra’sul
Husain:205)
Sampai disini, dialoq itu diputus
oleh Ibnu Taimiyah. Tentunya agar menjadi kabur atas umat Islam sikap Imam
Ahmad ibn Hanbal (rh) terhadap Yazid dan pelaknatan atasnya!
Sebab Ibnu Taimiyah akan sangat
keberatan apabila kelak ketika umat Islam mengatahui bahwa ternyata Ahmad
–sebagai Imam besar Ahlusunnah- telah memfatwakan dan menganjurkan bahkan
melakukan sendiri pelakanatan atas manusia terkutuk yang bernama Yazid ibn
Mu’awiyah yang begitu dicintai, disanjung oleh Ibnu Taimiyah dan titisan bani
Umayyah yang menamakan diri mereka Salafiyah Wahhabiyah yang sekarang
sedang gentayangan di muka bumi bak tersentuh ruh jahat setan!!
Ibnu Taimiyah tidak mau hal itu tersebar!!
Perhatikan lengkap dialoq itu
sebagaimana diabadikan para ulama, di antaranya ulama bermazhab Hanbali bernama
Ibnu al Jawzi.
Ketika putranya bertanya mengapa ia
tidak melaknatnya?!
Ahmad menjawab:
ولم لا يلعن من
لعنه الله تعالى في كتابه؟!
فقيل له: وأين
لعن الله يزيد في كتابه؟
فقرأ أحمد قوله
تعالى: (فهل عسيتم إن توليتم أن تفسدوا في الأرض وتقطعوا أرحامكم * أولئك الذين لعنهم الله
فأصمهم وأعمى أبصارهم) ثم قال: فهل يكون فساد أعظم من القتل؟!
“Mengapakah orang yang telah dilaknat Allah tidak patut dilaknat!”
Shaleh bertanya, “Dimanakah
(ditemukan) Allah melaknatnya?”
Maka Imam Ahmad memnbacakan ayat:
“Maka apakah
kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan * Mereka itulah orang- orang yang dilaknati
Allah dan ditulikan- Nya telinga mereka dan dibutakan- Nya penglihatan mereka.”
(QS. Muhammad;22-23)
adakah kerusakan yang lebih dahsyat
dari membunuh?!”
(Baca: ar Radd ‘Alߡl
Muta’ashshib al ‘An�;
Ibnu al Jawzi:16 dan al IthᤠBi Hubbi al Asyr�; asy
Syabrᶩ:63-64)
Demikianlah hakikat sikap Ibnu
Taimiyah! Setiap kali ia berhadapan dengan hadis Nabi saw. atau atsar dari
sahabat yang tidak sejalan dengan hawa nafsunya pasti akan ia sikapi dengan
pengingkaran, pemalsuan, penyensoran dan pemutar balikan makna!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar