Mengikuti Thariqat
Secara bahasa thariqat berarti jalan, cara,
metode, sistem, madzhab, aliran dan haluan. Sedangkan dalam
ilmu tashawwuf tariqat adalah perjalanan seseorang menuju
Allah SWT dengan cara mensucikan diri. Syaikh Amin al-Kurdi
mengatakan:
اَلطَّرِيْقَةُ هِيَ الْعَمَلُ بِالشَّرِيْعَةِ وَاْلأَخْذُ بِعَزَائِمِهَا وَالْبُعْدُ
عَنِ التَّسَاهُلِ فِيْمَا لاَيَنْبَغِي التَّسَاهُلُ فِيْه (تنوير القلوب، 364)
“Thariqah adalah mengamalkan syari'at dan
menghayati inti syariat itu, serta menjauhkan hal-hal yang bisa melalaikan
pelaksanaan semua inti dan tujuan syariat itu." (Tanwir al-Qulub, hal. 364).
Al-Hafizh Muhammad bin al-Shiddiq
al-Ghumari al-Hasani menjelaskan bahwa sumber utama thariqat adalah wahyu.
Termasuk ajaran yang terdapat di dalam agama Nabi J. Karena pada hakikatnya thariqat tidak lepas dari
pengamalan tiga sendi Islam, yakni Iman, Islam dan Ihsan. Dalam
hal ini thariqat masuk pada kategori ihsan. Karena Islam berbicara tentang ketaatan dan ibadah, Iman
berbicara petunjuk dan akidah, sedangkan Ihsan
adalah maqam muraqabah dan musyahadah
(pendekatan diri dan penyaksian keagungan Allah SWT) yang dimaksud dalam hadits
Nabi, "Engkau menyembah Allah SWT seakan-akan engkau melihat-Nya, jika
engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dialah yang melihatmu". (Al-Intishar fi Thariq
al-Shufiyyah, hal.
6).
Dari sini, mengamalkan thariqat merupakan
sesuatu yang penting untuk mencapai tingkat keislaman yang sempurna (kaffah), sebagaimana
disebutkan di dalam al-Qur'an dan hadits Nabi.
Mengenai tata cara dan pelaksanaannya, ulama telah membuat panduan yang
disarikan dari al-Qur'an
dan al-Hadits Nabi. Hal ini dapat dirujuk misalnya dalam kitab Ihya' Ulum al-Din karya
Imam al-Ghazali, kitab Tanwir al-Qulub karya Syaikh Amin al-Kurdi dan
lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar