Pengertian Aswaja
Dalam istilah masyarakat Indonesia, Aswaja adalah singkatan dari Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Ada
tiga kata yang membentuk istilah tersebut.
1. Ahl, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
2. Al-Sunnah, yaitu
segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah T. Maksudnya, semua yang datang dari Nabi T, berupa perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi T. (Fath al-Bari, juz XII, hal. 245).
3. Al-Jama’ah,
yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah T pada masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah
Abu Bakr Z, Umar bin al-Khaththab Z, Utsman bin Affan Z dan Ali bin Abi Thalib Z). Kata al-Jama’ah
ini diambil dari sabda Rasulullah T:
مَنْ أَرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَة َ(رواه الترمذي 209 والحاكم 1 / 77-78 وصححه ووافقه الحافظ الذهبي).
“Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di
surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjaga kebersamaan)”. (HR. al-Tirmidzi (2091), dan al-Hakim (1/77-78) yang menilainya
shahih dan disetujui oleh al-Hafizh
al-Dzahabi).
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani (471-561
H/1077-1166 M) menjelaskan:
فَالسُّنَّةُ مَا سَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ Tوَالْجَمَاعَةُ مَا اتَّفَقَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ T فِي خِلاَفَةِ الأَئِمَّةِ الأَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ. (الغنية لطالبي طريق الحق، ج 1 ص 80).
“Al-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah T (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan
beliau). Sedangkan al-Jama‘ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi T pada masa Khulafaur Rasyidin yang empat,
yang telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah memberi
rahmat kepada mereka semua)”.
(Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz I, hal. 80).[1]
Lebih jelas lagi, Hadlratusysyaikh
KH. Muhammad Hasyim
Asy’ari (1287-1336 H/1871-1947) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat Ta’liqat
(hal. 23-24) sebagai berikut:
أَمَّا أَهْلُ السُّنَةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيرِ وَالْحَدِيْثِ وَالْفِقْهِ فَإِنَّهُمْ الْمُهْتَدُوْنَ الْمُتَمَسِّكُوْنَ بِسُنَّةِ النَّبِيْ T والْخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَّاشِدِيْنَ وَهُمْ الطَّائِفَةُ النَّاجِيَةُ قَالُوْا وَقَدْ اجْتَمَعَتْ الْيَوْمَ فِي مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ الحَنَفِيُّوْنَ
وَالشَّافِعِيُّوْنَ وَالْمَالِكِيُّوْنَ وَالْحَنْبَلِيُّوْنَ .
“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah
kelompok ahli
tafsir, ahli hadits
dan ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi
T dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang
selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut
sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafi’i,
Maliki dan Hanbali.”
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlussunnah Wal-Jama’ah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang
menyimpang dari ajaran
Islam yang hakiki. Tetapi Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah Islam yang murni sebagaimana
yang diajarkan oleh
Nabi T dan sesuai dengan apa yang telah
digariskan serta diamalkan oleh
para sahabatnya.
Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi
utama ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari, golongan Ahlussunnah Wal-Jama’ah mengikuti
rumusan yang telah digariskan oleh ulama
salaf. Yakni:
1. Dalam
bidang teologi (akidah/tauhid) tercerminkan dalam rumusan yang digagas oleh
Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi.
2. Dalam masalah fiqh terwujud dengan
mengikuti madzhab
empat, yakni Madzhab al-Hanafi, Madzhab al-Maliki, Madzhab al-Syafi`i, dan
Madzhab al-Hanbali.
3. Bidang
tashawwuf mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi (w.
297 H/910 M) dan Imam al-Ghazali.
[1] Dengan demikian, mereka yang
mengamalkan ajaran Nabi J dan sahabat d itulah yang disebut Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Sedangkan yang
menolak terhadap ajaran sahabat, tentu tidak bisa dikatakan pengikut Aswaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar