Bismillahirrohmaanirrohiim
Download Aplikasi persembahan PISS-KTB dan Islamuna ๐Ÿ‘‰ Download!

NAHI (LARANGAN)



NAHI (LARANGAN)

(ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠู ุฅูุณู’ุชูุฏู’ุนูŽุงุกูŒ ุฃูŽู‰ู’ ุทูŽู„ูŽุจู ุงู„ุชู‘ูŽุฑู’ูƒู ุจูุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ู…ูู…ู‘ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุฏููˆู’ู†ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู’ุจู) ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆูุฒูŽุงู†ู ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ูŽ ููู‰ ุญูŽุฏู‘ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู

Nahi adalah tuntutan ditinggalkannya sebuah perbuatan dengan ucapan dari orang sebawahnya secara wajib. Sebanding dengan definisi amr yang telah lewat.

Penjelasan :
Nahi adalah tuntutan yang harus dilakukan dan berbentuk ucapan agar sebuah perbuatan ditinggalkan yang datang dari orang yang lebih tinggi kepada orang sebawahnya.
Perbedaan ulama mengenai persyaratan ุนูู„ููˆู‘ูŒ (lebih tingginya derajat penuntut) dan ุงูุณู’ุชูุนู’ู„ุงูŽุกูŒ (bernada tinggi) dalam nahi sama dengan bab amr. Namun yang membedakan dengan amr, nahi mutlak menetapkan ุงูŽู„ููŽูˆู’ุฑู (disegerakan) dan ุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงู…ู (dijauhi selamanya)[1][29].

Pertanyaan :
Mengapa nahi ketika dimutlakkan menetapkan ุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงู…ู (dijauhi selamanya)?
Jawab :
Karena dalam nahi mutlak terdapat kemutlakkan larangan yang memuat larangan melakukan satu persatu dari perbuatan yang dilarang. Atau karena mematuhi larangan tidak mungkin diwujudkan tanpa menjauhi selamanya.
Referensi :
ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุงู‚ู’ุชูŽุถูŽู‰ ุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงู…ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุฅูุทู’ู„ุงูŽู‚ู ู„ูุฅูุทู’ู„ุงูŽู‚ู ุงู„ู…ูŽู†ู’ุนู ูููŠู’ู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽุงู…ูู„ู ู„ูู„ู’ู…ูŽู†ู’ุนู ุนูŽู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ููŽุฑู’ุฏู ุฃูŽูˆู’ ู„ูุชูŽูˆูŽู‚ู‘ููู ุงู„ุงูู…ู’ุชูุซุงูŽู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุงู„ู…ูŽู†ู’ุนู ูˆูŽุงู„ุงูู…ู’ุชูุซูŽุงู„ู ุจูุญูŽุณูŽุจู ุฒูŽู…ูŽุงู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠู ููŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูุทู’ู„ูŽู‚ุงู‹ ุงู‚ู’ุชูŽุถูŽู‰ ุงู„ู…ูŽู†ู’ุนูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงู…ู ูˆูŽุงู„ุงูู…ู’ุชูุซูŽุงู„ู ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูŽ "ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ุฑูŽุจููˆุง ุงู„ุฒู‘ูู†ูŽุง" ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽุฎู’ุตููˆู’ุตู‹ุง ุงูู‚ู’ุชูŽุถูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ุฎูุตููˆู’ุตู ู„ุงูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽูˆูŽุงู…ู ูƒูŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูŽ "ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ุชูู„ููˆุง ุงู„ุตู‘ูŽูŠู’ุฏูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’ ุญูุฑูู…ูŒ" ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูู‚ูŽูŠู‘ูŽุฏูŒ ุจูุญูŽุงู„ูŽุฉู ุงู„ุฅูุญู’ุฑูŽุงู…ู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€65)
โ€œSesungguhnya nahi menetapkan dawam (dijauhi selamanya), karena dalam nahi mutlak terdapat kemutlakkan larangan yang memuat larangan melakukan satu persatu dari perbuatan yang dilarang. Atau karena mematuhi larangan tidak mungkin diwujudkan tanpa menjauhi selamanya. Sehingga larangan dan mematuhinya tergantung dengan masa berlakunya nahi. Apabila nahi berbentuk mutlak (tidak dibatasi waktu), maka akan menetapkan larangan yang bersifat dawam (dijauhi selamanya) dan harus dipatuhi terus menerus. Seperti firman Allah swt QS. Al-Israโ€™:32: โ€œDan janganlah kamu mendekati zinaโ€. Dan apabila nahi berbentuk khusus, maka akan menetapkan larangan dan kepatuhan yang juga bersifat khusus, tidak bersifat selamanya. Seperti firman Allah QS. Al-Maidah:95: โ€œJanganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihramโ€. Di sini haramnya membunuh hewan buruan, dibatasi dalam keadaan ihramโ€. (An-Nafahat hal 65)
(ูˆูŽูŠูŽุฏูู„ู‘ู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠู) ุงู„ู’ู…ูุทู’ู„ูŽู‚ู ุดูŽุฑู’ุนู‹ุง (ุนูŽู„ูŽู‰ ููŽุณูŽุงุฏู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ู‡ููŠู‘ู ุนูŽู†ู’ู‡ู) ููู‰ ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุงุชู ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ุฃูŽู†ูู‡ููŠูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ู„ูุนูŽูŠู’ู†ูู‡ูŽุง ูƒูŽุตูŽู„ุงูŽุฉู ุงู„ู’ุญูŽุงุฆูุถู ูˆูŽุตูŽูˆู’ู…ูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ู„ูุฃูŽู…ู’ุฑู ู„ุงูŽุฒูู…ู ู„ูŽู‡ูŽุง ูƒูŽุตูŽูˆู’ู…ู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽุญู’ุฑู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ููู‰ ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู‚ูŽุงุชู ุงู„ู’ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู’ู‡ูŽุฉู. ูˆูŽููู‰ ุงู„ู’ู…ูุนูŽุงู…ูŽู„ุงูŽุชู ุงูู†ู’ ุฑูŽุฌูŽุนูŽ ุงูู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณู ุงู„ู’ุนูŽู‚ู’ุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ููู‰ ุจูŽูŠู’ุนู ุงู„ู’ุญูŽุตูŽุงุฉู ุฃูŽูˆู’ ู„ูุฃูŽู…ู’ุฑู ุฏูŽุงุฎูู„ู ูููŠู’ู‡ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ููู‰ ุจูŽูŠู’ุนู ุงู„ู’ู…ูŽู„ุงูŽู‚ููŠู’ุญู ุฃูŽูˆู’ ู„ูุฃูŽู…ู’ุฑู ุฎูŽุงุฑูุฌู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู„ุงูŽุฒูู…ู ู„ูŽู‡ู ูƒูŽู…ูŽุง ููู‰ ุจูŽูŠู’ุนู ุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ู ุจูุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ูŽูŠู’ู†ู ููŽุงูู†ู’ ูƒุงูŽู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู„ุงูŽุฒูู…ู ู„ูŽู‡ู ูƒูŽุงู„ู’ูˆูุถููˆู’ุกู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุงุกู ุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุตููˆู’ุจู ู…ูŽุซูŽู„ุงู‹ ูˆูŽูƒูŽุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุนู ูˆูŽู‚ู’ุชูŽ ู†ูุฏูŽุงุกู ุงู„ู’ุฌูู…ู’ุนูŽุฉู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฏูู„ู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ููŽุณูŽุงุฏู ุฎูู„ุงูŽูู‹ุง ู„ูู…ูŽุง ูŠููู’ู‡ูู…ูู‡ู ูƒูŽู„ุงูŽู…ู ุงู„ู’ู…ูุตูŽู†ู‘ููู

Nahi mutlak secara syaraโ€™ menunjukkan fasad (rusaknya) perbuatan yang dilarang dalam persoalan ibadah. Baik dilarang karena faktor โ€˜ain-nya (internal ibadah), seperti larangan shalat dan puasa bagi wanita yang sedang mengalami haid, atau karena faktor yang menetap dari ibadah tersebut, seperti larangan puasa hari nahar (10 dzulhijjah) dan larangan shalat di waktu-waktu makruh.
Juga dalam persoalan muamalah manakala larangan tersebut diarahkan pada bentuk akad itu sendiri, seperti jual beli hashat (kerikil), atau muamalah tersebut dilarang karena faktor internal dari sebuah muamalah, seperti jual beli janin dalam perut induknya. Atau dilarang karena faktor eksternal yang tidak terpisah dari sebuah muamalah, seperti menjual satu dirham, dibeli dengan dua dirham. Namun apabila mungkin terpisah, seperti berwudlu menggunakan air hasil ghashab dan jual beli yang dilakukan tepat saat adzan Jumโ€™at, maka larangan ini tidak menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang. Berbeda dengan kesimpulan yang dipahami dari pernyataan pengarang.

Penjelasan :
Nahi mutlak menunjukkan fasad (rusaknya) perbuatan yang dilarang. Kaidah ini berlaku dalam beberapa bidang fiqh.
1.    Bidang Ibadah, apabila sasaran nahi diarahkan pada aspek sebagai berikut;
a.       ุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ุนูุจุงูŽุฏูŽุฉู yakni dzatiah (bentuk) atau faktor internal (ุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ุฏูŽุงุฎูู„ูŒ). Contoh dzatiah adalah larangan shalat dan puasa bagi wanita yang sedang mengalami haid. Dengan dalil HR. Bukhari:
ุฃูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุฅูุฐูŽุง ุญูŽุงุถูŽุชู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูุตูŽู„ู‘ู ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุชูŽุตูู…ู’
โ€œBukankah jika sedang mengalami haid maka ia
tidak dapat melaksanakan salat dan puasa?โ€

Dalil ini menunjukkan shalat dan puasa dilarang dari segi dzatiah (bentuknya) sebagai shalat dan puasa.
Contoh faktor internal (ุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ุฏูŽุงุฎูู„ูŒ) adalah larangan-larangan merusak salah satu rukun dari beberapa rukunnya shalat.
b.      ุฃูŽู…ู’ุฑู ุฎูŽุงุฑูุฌู ู„ุงูŽุฒูู…ู (faktor eksternal yang tidak terpisah). Contoh larangan puasa di hari raya Idul Adha dalam HR. Bukhari:
ูŠูู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุตููŠูŽุงู…ูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุจูŽูŠู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ููุทู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽุญู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู„ูŽุงู…ูŽุณูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงุจูŽุฐูŽุฉู
โ€œDilarang melakukan dua macam puasa dan dua macam jual beli. Yaitu, puasa pada hari raya Fitri dan hari raya kurban, jual beli mulamasah dan munabadzah[2][30]โ€

Larangan di sini bukan dari segi bentuk puasanya, namun dari sisi penolakan atas suguhan Allah swt berupa daging kurban. Hal ini bukan dzatiah ataupun juz dari puasa, namun berbentuk faktor di luar puasa (eksternal) yang tidak terpisahkan (lazim). Penolakan ini terwujud dengan cara melakukan hal yang bertentangan, yakni puasa. Karena maksud dari menerima suguhan adalah bersedia memakan daging kurban pada hari itu, meskipun tidak benar-benar memakannya, selama tidak melakukan hal yang bertentangan, seperti puasa.
Contoh kedua, melakukan shalat sunnah mutlak[3][31] di waktu-waktu makruh[4][32]. Hukumnya adalah makruh tahrim menurut pendapat shahih.
2.    Bidang Muamalah, apabila sasaran nahi diarahkan pada aspek sebagai berikut;
a.      ู†ูŽูู’ุณู ุงู„ุนูŽู‚ู’ุฏู (bentuk akad). Contoh jual beli hashat (kerikil)[5][33]. Namun hal ini ditanggapi, bahwa semua bentuk jual beli hashat pada dasarnya dilarang karena tidak adanya shighat dalam transaksi. Dan shighat termasuk rukun akad yang tergolong faktor internal (ุฃูŽู…ู’ุฑูŒ ุฏูŽุงุฎูู„ูŒ), bukan ู†ูŽูู’ุณู ุงู„ุนูŽู‚ู’ุฏู.
b.      ุฃูŽู…ู’ุฑู ุฏูŽุงุฎูู„ู (faktor internal). Contoh jual beli janin dalam perut induknya. Karena janin tersebut tidak memenuhi sifat berupa terlihat dan mampu diserahterimakan saat akad. Sehingga nahi terarah pada barang yang diperjualbelikan yang termasuk rukun akad dan merupakan faktor internal (di dalam akad).
c.      ุฃูŽู…ู’ุฑู ุฎูŽุงุฑูุฌู ู„ุงูŽุฒูู…ู (faktor eksternal yang tidak terpisah). Contoh  menjual satu dirham, dibeli dengan dua dirham. Dilarang karena faktor tambahan dalam salah satu alat tukarnya. Faktor ini termasuk di luar struktur akad, karena barang yang ditransaksikan dilihat dari bentuknya berupa dirham sebenarnya sah diperjualbelikan. Tambah atau kurang termasuk sifat yang menetap (tidak terpisah) dari barang tersebut. Sehingga sasaran nahi  adalah sifat yang menetap, bukan bentuk akadnya.

Namun apabila sasaran nahi diarahkan pada ุฃูŽู…ู’ุฑู ุฎูŽุงุฑูุฌู ุบูŽูŠู’ุฑู ู„ุงูŽุฒูู…ู (faktor eksternal yang terpisah), maka tidak menunjukkan fasad (rusaknya) perbuatan yang dilarang. Contoh;
1.    Bidang Ibadah. Contoh, berwudlu menggunakan air hasil ghashab, shalat di atas tanah ghashab. Sasaran larangan di sini bukan dzatiah wudhu dan shalatnya, namun pada faktor eksternal yang membarengi keduanya, berupa ghashab yang diharamkan. Sehingga shalatnya sah, namun ghashabnya tetap haram.
2.    Bidang Muamalah. Contoh, jual beli yang dilakukan tepat saat adzan Jumโ€™at. Nahi dalam hal ini mengarah pada faktor eksternal berupa khawatir kehilangan shalat jumโ€™at, tidak mengarah pada dzatiah jual belinya. Karena yang diharamkan bukan hanya jual beli, namun segala tindakan yang mengakibatkan hilangnya shalat jumโ€™at. Hilangnya shalat merupakan unsur yang berbarengan dengan jual beli. Dan hal ini tidak menetap (mungkin terpisah), karena terkadang bisa terjadi akibat jual beli, bisa juga akibat selain jual beli.

Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan fasad (rusaknya) perbuatan yang dilarang?
Jawab :
Maksudnya, apabila perbuatan tersebut dilakukan, maka dianggap tidak memenuhi kriteria syaraโ€™.
Referensi :
(ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ููŽุณูŽุงุฏู) ูˆูŽุงู„ู…ูุฑูŽุงุฏู ุจูู‡ู ุนูŽุฏูŽู…ู ุงู„ุงูุนู’ุชูุฏูŽุงุฏู ุจูู‡ู ุฅูุฐุงูŽ ูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ููŽุงุณูุฏูŽ ู‡ููˆูŽ ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุฉู ุงู„ููุนู’ู„ู ุฐููŠู’ ุงู„ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽูŠู’ู†ู ุงู„ุดู‘ูŽุฑู’ุนูŽ ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู…ูŽู†ู’ู‡ููŠ ู…ูุฎูŽุงู„ูููŒ ู„ูู„ุดู‘ูŽุฑู’ุนู ููŽู‡ููˆูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูุนู’ุชูŽุฏู ุจูู‡ู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€66)
โ€œ(Ucapan pengarang : menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang) yang dikehendaki dengan rusak adalah perbuatan tersebut dilakukan, maka dianggap tidak memenuhi kriteria syaraโ€™. Karena pengertian fasid adalah menyalahi syaraโ€™ dari perbuatan yang memiliki dua aspek (mungkin sesuai syaraโ€™ dan mungkin tidak sesuai). Hal yang dilarang ini menyalahi syaraโ€™ sehingga tidak dianggap memenuhi kriteria syaraโ€™โ€. (An-Nafahat hal 66)

Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan amr lazim dalam kaidah di atas?
Jawab :
Amr lazim yang dimaksud adalah faktor yang tidak terpisah dan berada di luar sebuah ibadah. Karena pengertian luzum (tidak terpisah) adalah tidak mungkin terlepasnya satu perkara dari perkara yang lain, atau tidak ditemukannya sesuatu tersebut bersama dengan perkara lain.
Lazim ada dua macam, ู…ูุณูŽุงูˆู (menyamai) dan ุฃูŽุนูŽู…ู‘ู (lebih umum). Lazim ู…ูุณูŽุงูˆู adalah keadaan dimana wujudnya salah satu dari dua hal yang saling terkait menetapkan wujudnya perkara yang lain. Seperti kemampuan berfikir yang menjadi kelaziman manusia. Sedangkan lazim ุฃูŽุนูŽู…ู‘ู adalah keadaan dimana wujudnya ู…ูŽู„ู’ุฒููˆู’ู…ูŒ (perkara yang ditetapi) tidak menetapkan wujudnya ู„ุงูŽุฒูู…ูŒ (yang menetapi). Seperti kehewanan yang menjadi kelaziman dari manusia. Dalam hal ini wujudnya hewan tidak selalu menetapkan wujudnya manusia, karena kehewanan bisa dijumpai pada kuda, meskipun tanpa adanya manusia. Lazim model yang pertama adalah yang dikehendaki pengarang dalam pembahasan ini.
Referensi :
(ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ู„ูุฃูŽู…ู’ุฑู ู„ูŽุงุฒูู…ู ู„ูŽู‡ูŽุง) ุฃูŽูŠู’ ู„ุงูŽุฒูู…ู ุฎุงูŽุฑูุฌู ุนูŽู†ู ุงู„ุนูุจูŽุงุฏูŽุงุชู.......ูˆูŽุงู„ู…ูุฑูŽุงุฏู ุจูุงู„ู„ู‘ูุฒููˆู’ู…ู ู‡ูู†ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุซูู„ูŽุชูู‡ู ุนูŽุฏูŽู…ู ุงู†ู’ูููƒุงูŽูƒู ุดูŽูŠู’ุกู ุนูŽู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ุขุฎูŽุฑูŽ ุฃูŽูŠู’ ุนูŽุฏูŽู…ู ูˆูุฌููˆู’ุฏูู‡ู ู…ูŽุนูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€66)
โ€œ(Ucapan pensyarah : karena amr lazim dari ibadah tersebut) artinya amr lazim di luar ibadahโ€ฆโ€ฆ.yang dimaksud dengan kelaziman di sini, seperti yang difahami dari contoh-contohnya adalah tidak mungkin terlepasnya satu perkara dari perkara yang lain, atau tidak ditemukannya sesuatu tersebut bersama dengan perkara lain. (An-Nafahat hal 66)

ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ุงู‘ูŽุฒูู…ูŽ ูŠูŽู†ู’ู‚ูŽุณูู…ู ุฅูู„ู‰ูŽ ู‚ูุณู’ู…ูŽูŠู’ู†ู ู…ูุณูŽุงูˆู ูˆูŽุฃูŽุนูŽู…ู‘ูŽ ููŽุงู„ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ู…ูŽุง ู„ูŽุฒูู…ูŽ ู…ูู†ู’ ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุฃูŽุญูŽุฏู ุงู„ู…ูุชูŽู„ุงูŽุฒูู…ูŽูŠู’ู†ู ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ุขุฎูŽุฑู ูƒุงูŽู„ู†ู‘ูุทู’ู‚ู ุงูŽู„ู„ุงู‘ูŽุฒูู…ู ู„ูู„ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ุซุงู‘ูŽู†ูŠู ู…ุงูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽู„ู’ุฒูŽู…ู ู…ูู†ู’ ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ู…ูŽู„ู’ุฒููˆู’ู…ู ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ู„ุงู‘ูŽุฒูู…ู ูƒูŽู„ูุฒููˆู’ู…ู ุงู„ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ููŠู‘ูŽุฉู ู„ูู„ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูŽู„ู’ุฒูŽู…ู ู…ูู†ู’ ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ู ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ุฅูุฐู’ ู‚ูŽุฏู’ ุชููˆู’ุฌูŽุฏู ุงู„ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ููŠู‘ูŽุฉู ููŠู ุงู„ููŽุฑูŽุณู ุจูุฏููˆู’ู†ู ุงู„ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู.......ูˆูŽุงู„ู…ูุฑูŽุงุฏู ู‡ูู†ูŽุง ุงู„ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒุงูŽู†ูŽ ูƒูู„ู‘ูŒ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ุงูŽ ู„ุงูŽุฒูู…ุงู‹ (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€66)
โ€œKarena lazim terbagi dua, musawi (menyamai) dan aโ€™am (lebih umum). Yang pertama, lazim musawi adalah keadaan dimana wujudnya salah satu dari dua hal yang saling terkait menetapkan wujudnya perkara yang lain. Seperti kemampuan berfikir yang menjadi kelaziman manusia. Sedangkan yang kedua, lazim aโ€™am adalah keadaan dimana wujudnya malzum (perkara yang ditetap)i tidak menetapkan wujudnya lazim (yang menetapi). Seperti kehewanan yang menjadi kelaziman dari manusia. Dalam hal ini wujudnya hewan tidak selalu menetapkan wujudnya manusia, karena kehewanan bisa dijumpai pada kuda, meskipun tanpa adanya manusiaโ€ฆโ€ฆ.sedangkan yang dikehendaki pengarang dalam pembahasan ini adalah lazim model pertama, meskipun keduanya sama-sama lazimโ€. (An-Nafahat hal 66)

Pertanyaan :
Alasan apa yang membedakan hukum shalat di waktu makruh dan shalat di tempat makruh?
Jawab :
Perbedaannya adalah waktu makruh merupakan perkara yang tidak terlepas, dimana ketika shalat mulai dilaksanakan pada waktu tersebut, maka waktu tidak mungkin dilepaskan dan diganti dengan sifat lain. Sedangkan dalam tempat makruh memungkinkan dilepaskan dengan cara merubahnya menjadi sifat lain, seperti merubah pemandian hangat menjadi masjid dan lain sebagainya.
Referensi :
ูˆูŽุงู„ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุฒู‘ูŽู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ู…ูŽูƒุงูŽู†ู ุญูŽูŠู’ุซู ูƒุงูŽู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠู ู„ูุฃูŽู…ู’ุฑู ู„ุงูŽุฒูู…ู ููŠู ุงู„ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ุฏููˆู’ู†ูŽ ุงู„ุซุงู‘ูŽู†ูŠู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ููุนู’ู„ูŽ ุญุงูŽู„ูŽ ุฅููŠู’ุฌูŽุงุฏู ููŠู ุงู„ุฒู‘ูŽู…ุงูŽู†ู ุงู„ู…ูŽุฎู’ุตููˆู’ุตู ู„ุงูŽ ูŠูู…ู’ูƒูู†ู ุงูู†ู’ูููƒูŽุงูƒูู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุจูุฎูู„ุงูŽูู ุงู„ููุนู’ู„ู ุญูŽุงู„ูŽ ุฅููŠู’ุฌูŽุงุฏูู‡ู ููŠู ุงู„ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุงู„ู…ูŽุฎู’ุตููˆู’ุตู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูู…ู’ูƒูู†ู ุงูู†ู’ูููƒูŽุงูƒูู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุจูุชูŽุบู’ูŠููŠู’ุฑู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุจูุตูููŽุฉู ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ ูƒูŽุฌูŽุนู’ู„ูู‡ู ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู‹ุง ููŠู ู…ูŽุณู’ุฆูŽู„ูŽุฉู ุงู„ุญูŽู…ูŽุงู…ู ูˆูŽุดูุฑูŽุงุกู ุงู„ู…ูŽุบู’ุตููˆู’ุจู (ุงูŽู„ู†ู‘ูŽููŽุญูŽุงุชู ุตู€67)
โ€œPerbedaan antara waktu dan tempat (sekira hal pertama sasaran nahi pada amr lazim, tidak pada hal kedua) adalah bahwa perbuatan saat diwujudkan pada waktu tertentu, maka waktu tidak mungkin dilepaskan. Berbeda dengan perbuatan saat diwujudkan di tempat tertentu, maka mungkin dilepaskan dengan cara merubahnya menjadi sifat lain, seperti merubah pemandian hangat menjadi masjid dan membeli bumi yang dighashabโ€. (An-Nafahat hal 67)

(ูˆูŽุชูŽุฑูุฏู) ุฃูŽู‰ู’ ุชููˆู’ุฌูŽุฏู (ุตููŠู’ุบูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุฑูŽุงุฏู ุจูู‡ู) ุฃูŽู‰ ุจูุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู (ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู) ูƒูŽู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ูŽ (ุฃูŽูˆูุงู„ุชู‘ูŽู‡ู’ุฏููŠู’ุฏู) ู†ูŽุญู’ูˆู ุฅูุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ุง ู…ูŽุงุดูุฆู’ุชูู…ู’ (ุฃูŽูˆูุงู„ุชู‘ูŽุณู’ูˆููŠูŽุฉู) ู†ูŽุญู’ูˆู ุงูุตู’ุจูุฑููˆู’ุง ุฃูŽูˆู’ ู„ุงูŽ ุชูŽุตู’ุจูุฑููˆู’ุง (ุงูŽูˆูุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู’ู†ู) ู†ูŽุญู’ูˆู ูƒููˆู’ู†ููˆู’ุง ู‚ูุฑูŽุฏูŽุฉู‹

Shighat amr (pada keadaan tertentu) ditemukan, sedangkan maksud yang dikehendaki adalah mubah, seperti contoh yang disebutkan di awal bab amr. Ada pula maksud yang dikehendaki menakut-nakuti, seperti contoh; โ€œlakukanlah apapun yang kalian kehendaki.!โ€, atau menyamakan dua keadaan, seperti contoh; โ€œkalian bersabar atau tidak bersabarโ€, dan atau menjadikan, seperti contoh; โ€œJadilah kamu kera yang hina..!โ€.
Penjelasan :
Shighat amr diberlakukan memiliki beragam makna. Imam Ibn As-Subki menyebutkan ada 26 makna;
No
Makna
Contoh
1.               
ุงู„ู’ุฅููŠุฌูŽุงุจู
(wajib)
ุฃูŽู‚ููŠู…ููˆุง ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูŽ
โ€œDirikanlah shalatโ€
2.               
ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจู
(sunnah)
ููŽูƒูŽุงุชูุจููˆู‡ูู…ู’ ุฅู†ู’ ุนูŽู„ูู…ู’ุชูู…ู’ ูููŠู‡ูู…ู’ ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง
โ€œDan buatlah kontrak kitabah pada hamba-hamba itu, jika kalian meyakini mereka mampu dan dapat dipercayaโ€
3.               
ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจู
(mendidik adab)
ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุณูŽูˆู’ุง ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽูƒูู…ู’
โ€œDan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakanโ€.
4.               
ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏ
(memberi petunjuk)
ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูุฏููˆุง ุฅุฐูŽุง ุชูŽุจูŽุงูŠูŽุนู’ุชูู…ู’
โ€œDan persaksikanlah apabila kamu berjual beliโ€.
5.               
ุงู„ุฅูุฐู’ู†ู
(mengijinkan)
ุฃูุฏู’ุฎูู„ู’
โ€œMasuklah!โ€ (saat ada orang mengetuk pintu).
6.               
ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู
(membolehkan)
ูƒูู„ููˆุง ู…ูู†ู’ ุงู„ุทู‘ูŽูŠู‘ูุจูŽุงุชู
โ€œMakanlah dari makanan yang baik-baikโ€.
7.               
ุฅุฑูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ูุงู…ู’ุชูุซูŽุงู„ู
(ingin dijalankan)
ุงูุณู’ู‚ูู†ููŠู’ ู…ุงูŽุกู‹
โ€œBerilah aku air minum!โ€. (saat orang haus meminta minum pada orang lain).
8.               
ุงู„ู’ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู
(memulyakan)
ุงูุฏู’ุฎูู„ููˆู‡ูŽุง ุจูุณูŽู„ูŽุงู…ู ุขู…ูู†ููŠู†ูŽ
"Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman".
9.               
ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู
(memberi anugrah)
ููŽูƒูู„ููˆุง ู…ูู…ู‘ูŽุง ุฑูŽุฒูŽู‚ูŽูƒูู…ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู
โ€œMaka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamuโ€.
10.             
ุงู„ุชู‘ูŽู‡ู’ุฏููŠุฏู
(menakut-nakuti)
ุงุนู’ู…ูŽู„ููˆุง ู…ูŽุง ุดูุฆู’ุชูู…ู’
โ€œPerbuatlah apa yang kamu kehendakiโ€.
11.             
ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุฐูŽุงุฑู
(memberi peringatan)
ู‚ูู„ู’ ุชูŽู…ูŽุชู‘ูŽุนููˆุง ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูŽุตููŠุฑูŽูƒูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู
โ€œKatakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka".
12.             
ุงู„ู’ุฅูู‡ูŽุงู†ูŽุฉู
(menghinakan)
ุฐูู‚ู’ ุฅู†ู‘ูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู…ู
โ€œRasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi muliaโ€.
13.             
ุงู„ูุงุญู’ุชูู‚ูŽุงุฑู
(meremehkan)
ุฃูŽู„ู’ู‚ููˆุง ู…ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’ ู…ูู„ู’ู‚ููˆู†ูŽ
"Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan".
14.             
ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุฎููŠุฑู
(merubah wujud)
ูƒููˆู†ููˆุง ู‚ูุฑูŽุฏูŽุฉู‹ ุฎูŽุงุณูุฆููŠู†ูŽ
"Jadilah kamu kera yang hinaโ€
15.             
ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ู
(menjadikan)
ูƒูู†ู’ ููŽูŠูŽูƒููˆู†ู
"Kun (jadilah)", maka jadilah iaโ€.

16.             
ุงู„ุชู‘ูŽุนู’ุฌููŠุฒู
(melemahkan)
ููŽุฃู’ุชููˆุง ุจูุณููˆุฑูŽุฉู ู…ูู†ู’ ู…ูุซู’ู„ูู‡ู
โ€œBuatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an ituโ€.
17.             
ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ูˆููŠูŽุฉู
(menyamakan)
ููŽุงุตู’ุจูุฑููˆุง ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽุง ุชูŽุตู’ุจูุฑููˆุง ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’
โ€œMaka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimuโ€.
18.             
ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู
(doa)
ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ููŠ
โ€œYa Allah ampunilah akuโ€
19.             
ุงู„ุชู‘ูŽู…ูŽู†ู‘ููŠ
(berkhayal)
ุฃูŽู„ูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ุงู„ุทู‘ูŽูˆููŠู„ู ุฃูŽู„ูŽุง ุงู†ู’ุฌูŽู„ููŠ
โ€œIngatlah wahai malam yang panjang, hendaklah menjadi terangโ€[6][34]
20.             
ุงู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู
(mengabari)
ููŽู„ู’ูŠูŽุถู’ุญูŽูƒููˆุง ู‚ูŽู„ููŠู„ู‹ุง ูˆูŽู„ู’ูŠูŽุจู’ูƒููˆุง ูƒูŽุซููŠุฑู‹ุง
โ€œMaka mereka akan tertawa sedikit dan menangis banyakโ€.
21.             
ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ูŽ
(memberi nikmat)
ูƒูู„ููˆุง ู…ูู†ู’ ุทูŽูŠู‘ูุจูŽุงุชู ู…ูŽุง ุฑูŽุฒูŽู‚ู’ู†ูŽุงูƒูู…ู’
โ€œMakanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamuโ€.
22.             
ุงู„ุชู‘ูŽูู’ูˆููŠุถู
(menyerahkan)
ููŽุงู‚ู’ุถู ู…ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู‚ูŽุงุถู
โ€œMaka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskanโ€.
23.             
ุงู„ุชู‘ูŽุนูŽุฌู‘ูุจ
(terheran-heran)
ุงูู†ู’ุธูุฑู’ ูƒูŽูŠู’ููŽ ุถูŽุฑูŽุจููˆุง ู„ูŽูƒ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูŽ
โ€œLihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmuโ€
24.             
ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ุฐููŠุจู
(mendustakan)
ู‚ูู„ู’ ููŽุฃู’ุชููˆุง ุจูุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุฑูŽุงุฉู ููŽุงุชู’ู„ููˆู‡ูŽุง ุฅู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูู…ู’ ุตูŽุงุฏูู‚ููŠู†ูŽ
โ€œMaka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar".
25.             
ุงู„ู’ู…ูŽุดููˆุฑูŽุฉู
(musyawarah)
ููŽุงู†ู’ุธูุฑู’ ู…ูŽุงุฐูŽุง ุชูŽุฑูŽู‰
โ€œMaka fikirkanlah apa pendapatmuโ€.
26.             
ุงู„ูุงุนู’ุชูุจูŽุงุฑู
(mengambil teladan)
ุงูู†ู’ุธูุฑููˆุง ุฅู„ูŽู‰ ุซูŽู…ูŽุฑูู‡ู ุฅุฐูŽุง ุฃูŽุซู’ู…ูŽุฑูŽ
โ€œPerhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuahโ€.

Pertanyaan :
Apa perbedaan ;
1.        Antara ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจู, ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจู, danุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏ?
2.        Antara ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู, ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู, danุงู„ู’ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ูŽ?
3.        Antara ุงู„ุชู‘ูŽู‡ู’ุฏููŠุฏู dan ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุฐูŽุงุฑู?
4.        Antara ุงู„ู’ุฅูู‡ูŽุงู†ูŽุฉู danุงู„ูุงุญู’ุชูู‚ูŽุงุฑู?
5.        Antara ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุฎููŠุฑู dan ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ู?
Jawab :
1.        ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจู untuk tujuan pahala akhirat, ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจู bertujuan membersihkan akhlak dan memperbaiki adat kebiasaan, dan ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏ tujuannya adalah kemashlahatan dunia, seperti memperkuat kepercayaan dalam muamalah, tanggung jawab harta, dan segala macam hak.
2.        ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู berbentuk murni izin, ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู izin yang disertai penyebutan kebutuhan atau ketidakmampuan kita, dan ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ูŽ disertai penyebutan kebutuhan paling pokok.
3.        ุงู„ุชู‘ูŽู‡ู’ุฏููŠุฏู adalah menakut-nakuti dan ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุฐูŽุงุฑู adalah menyampaikan dibarengi dengan menakut-nakuti.
4.        ุงู„ู’ุฅูู‡ูŽุงู†ูŽุฉู dilakukan dengan ucapan, perbuatan, meninggalkan ucapan atau meninggalkan perbuatan tertentu, tidak hanya sekedar keyakinan. Dan ุงู„ูุงุญู’ุชูู‚ูŽุงุฑู berupa keyakinan saja atau minimal berawal dari keyakinan.
5.        ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุฎููŠุฑู adalah berpindah dari keadaan satu menuju keadaan lainnya yang direndahkan dan ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ู wujud dengan cepat dari keadaan tidak ada, tanpa ada perpindahan dari keadaan satu menuju yang lain.
Referensi :
(ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจู) ู‡ููˆูŽ ู‚ูŽุฑููŠุจูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจู ุฅู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจูŽ ู„ูุซูŽูˆูŽุงุจู ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจูŽ ู„ูุชูŽู‡ู’ุฐููŠุจู ุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ู ูˆูŽุฅูุตู’ู„ูŽุงุญู ุงู„ู’ุนูŽุงุฏูŽุงุชู ูˆูŽูƒูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏู ู‚ูŽุฑููŠุจูŒ ู…ูู†ู’ู‡ู ุฅู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุชูŽุนูŽู„ู‘ูŽู‚ู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุตูŽุงู„ูุญู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽูˆููŠู‘ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽู‡ู’ุฏููŠุฏู ู‡ููˆูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุฎู’ูˆููŠูู ูˆูŽูŠูŽู‚ู’ุฑูุจู ู…ูู†ู’ู‡ู ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุฐูŽุงุฑู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ุฅุจู’ู„ูŽุงุบูŒ ู…ูŽุนูŽ ุชูŽุฎู’ูˆููŠูู (ุดูŽุฑู’ุญู ุงู„ุชู‘ูŽู„ู’ูˆููŠู’ุญู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุถููŠู’ุฎู ุงูŽู„ุฌูุฒู’ุกู ุงู„ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ุตู€ 287)
 โ€œ(Ucapan pengarang :  ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจ) istilah ini maknanya dekat dengan ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจู. Hanya saja ุงู„ู†ู‘ูŽุฏู’ุจู untuk tujuan pahala akhirat, ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจู bertujuan membersihkan akhlak dan memperbaiki adat kebiasaan. Dan juga ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏ maknanya dekat dengan ุงู„ุชู‘ูŽุฃู’ุฏููŠุจู. Hanya saja tujuannya adalah kemashlahatan dunia. Sedangkan ุงู„ุชู‘ูŽู‡ู’ุฏููŠุฏู adalah menakut-nakuti dan ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุฐูŽุงุฑู dekat maknanya, yakni menyampaikan sesuatu dibarengi dengan menakut-nakutiโ€.

ุงู„ุซู‘ูŽุงู…ูู†ู ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู-ุฅูู„ู‰ูŽ ุฃูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ-ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉูŽ ู…ูุฌูŽุฑู‘ูŽุฏู ุฅุฐู’ู†ู ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ุจูุฏู‘ูŽ ู…ูู†ู’ ุงู‚ู’ุชูุฑูŽุงู†ู ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู ุจูุฐููƒู’ุฑู ุงุญู’ุชููŠูŽุงุฌู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุนูŽุฏูŽู…ู ู‚ูุฏู’ุฑูŽุชูู‡ูู…ู’ ุนู„ูŠู‡ (ุงูŽู„ุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ู…ูุญููŠู’ุทู ุงูŽู„ุฌูุฒู’ุกู ุงู„ุซู‘ูŽุงู†ูŠู ุตู€ 93)
โ€œKedelapan: ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†โ€ฆ.perbedaan antara ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู† dan ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู adalah ุงู„ู’ุฅูุจูŽุงุญูŽุฉู berbentuk murni izin, dan ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู (selain izin) harus disertai penyebutan kebutuhan makhluk atau ketidakmampuan atas hal tersebutโ€.
ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ู ูˆูŽุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ู ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ูŽ ูŠูุฐู’ูƒูŽุฑู ู…ูŽุนูŽู‡ู ุงุญู’ุชููŠูŽุงุฌูู†ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุงู„ุฅูŽู†ู’ุนูŽุงู…ูŽ ู…ูุฎู’ุชูŽุตู‘ูŒ ุจูุฐููƒู’ุฑู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽุงุฌู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู‡ู€ (ุงูŽู„ูˆูŽุฌููŠู’ุฒู ุตู€ 137)
โ€œPerbedaan antaraุงู„ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ู  dan ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู† adalah bahwa ุงู„ูุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู† disebutkan kebutuhan kita pada hal tersebut, dan ุงู„ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ู tertentu hanya menyebutkan kebutuhan paling pokokโ€ (Al-Wajiz hal 137)

ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฅูู‡ูŽุงู†ูŽุฉูŽ ุฅู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุชูŽูƒููˆู†ู ุจูุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุฃูˆ ุจูุงู„ู’ููุนู’ู„ู ุฃูˆ ุชูŽุฑู’ูƒูู‡ูู…ูŽุง ุฏููˆู†ูŽ ู…ูุฌูŽุฑู‘ูŽุฏู ุงู„ูุงุนู’ุชูู‚ูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ูุงุญู’ุชูู‚ูŽุงุฑู ุฅู…ู‘ูŽุง ู…ูุฎู’ุชูŽุตู‘ูŒ ุจูู‡ู ุฃูˆ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ู… ูŠูŽูƒูู†ู’ ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽูƒูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ู…ูŽุญูŽุงู„ูŽุฉูŽ ูŠูŽุญู’ุตูู„ู ุจูู…ูุฌูŽุฑู‘ูŽุฏู ุงู„ูุงุนู’ุชูู‚ูŽุงุฏู ุจูุฏูŽู„ููŠู„ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ู† ุงุนู’ุชูŽู‚ูŽุฏูŽ ููŠ ุดูŽูŠู’ุกู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ุจูŽุฃู ุจูู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู„ู’ุชูŽููุชู ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ูŠูู‚ูŽุงู„ู ุฅู†ู‘ูŽู‡ู ุงุญู’ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูู‚ูŽุงู„ู ุฅู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽู‡ูŽุงู†ูŽู‡ู ู…ุง ู„ู… ูŠูŽุตู’ุฏูุฑู’ ู…ู†ู‡ ู‚ูŽูˆู’ู„ูŒ ุฃูˆ ููุนู’ู„ูŒ ูŠูู†ู’ุจูุฆู ุนู†ู‡ (ุงูŽู„ุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ู…ูุญููŠู’ุทู ุงูŽู„ุฌูุฒู’ุกู ุงู„ุซู‘ูŽุงู†ูŠู ุตู€ 98)
โ€œBahwa sesungguhnya ุงู„ู’ุฅูู‡ูŽุงู†ูŽุฉู hanya dilakukan dengan ucapan, perbuatan, meninggalkan ucapan atau meninggalkan perbuatan tertentu, tidak hanya sekedar keyakinan. Dan ุงู„ูุงุญู’ุชูู‚ูŽุงุฑู berupa keyakinan saja atau jika tidak demikian, minimal dihasilkan dari murni keyakinan. Dengan dalil, seseorang yang meyakini sesuatu tidak dipedulikan dan diacuhkan, maka dia dikatakan telah meremehkannya (ihtiqar) dan tidak disebut telah menghinanya (ihanah) selama tidak ada perkataan atau perbuatan keluar mengekspresikannyaโ€

ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู (ุฃูŽูŠู’ ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ูŽ) ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูุฎู’ุฑููŠูŽุฉู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ูŽ ุณูุฑู’ุนูŽุฉู ุงู„ู’ูˆูุฌููˆุฏู ุนู† ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽู…ู ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ููŠู‡ ุงู†ู’ุชูู‚ูŽุงู„ูŒ ุฅู„ูŽู‰ ุญูŽุงู„ู ู…ูู…ู’ุชูŽู‡ูŽู†ูŽุฉู ุจูุฎูู„ูŽุงูู ุงู„ุณู‘ูุฎู’ุฑููŠูŽุฉู (ุงูŽู„ุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ู…ูุญููŠู’ุทู ุงูŽู„ุฌูุฒู’ุกู ุงู„ุซู‘ูŽุงู†ูŠู ุตู€ 95)
โ€œPerbedaan antara ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ู dan  ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุฎููŠุฑูadalah bahwa ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ูˆููŠู†ู wujud dengan cepat dari keadaan tidak ada, tanpa ada perpindahan dari keadaan satu menuju yang lain yang direndahkan. Berbeda dengan ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุฎููŠุฑโ€.
           









Dokumen Terkait

0 Komentar untuk "NAHI (LARANGAN)"

Jual beli online dan menyusui anak orang kafir

*SOAL* Bahsulmasail# 1_ *bagaimana hukum orang jual beli online, kalo di bolehkan bagaimana cara akadnya apakah sah hanya melewati telpon sa...