Jumat, 15 Januari 2016

MENGENAL SYI’AH DARI KITAB-KITAB SYI’AH



MENGENAL SYI’AH DARI KITAB-KITAB  SYI’AH
Definisi Syi’ah:
Menurut Bahasa
شِيْعَةُ الرَّجُلِ بِالْكَسْرِ أَتْبَاُعُهُ وَأَنْصَارُهُ. (القاموس: مادة ش)
Kata Syi’ah berarti pengikut atau penolong. (al-Qamus huruf syin).
Definisi Syi’ah Menurut Istilah:
Syaikh al-Mufid, seorang ulama Syi’ah abad ke 5 H berkata:
الشِّيْعَةُ أَتْبَاعُ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عليه السلام عَلَى سَبِيْلِ الْوَلاَءِ وَالاِعْتِقَادِ بِإِمَامَتِهِ بَعْدَ الرَّسُولِ صلى الله عليه واله  بِلاَ فَصْلٍ, وَنَفْيِ الاِمامَةِ عَمَّنْ تَقَدَّمَهُ فِي مَقَامِ الخِلاَفَةِ, وَجَعَلَهُ فِي الاِعْتِقَادِ مَتْبُوْعًا لَهُ غَيْرَ تَابِعٍ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ عَلىَ وَجْهِ الاِقْتِدَاءِ (اوائل المقالات : 2-4)
Syi’ah adalah pengikut Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) AS atas dasar mencintai dan meyakini kepemimpinannya sesudah Rasul SAW tanpa terputus (oleh orang lain). Tidak mengakui kepemimpinan (imamah) orang sebelumnya (Ali) sebagai pewaris kedudukan khalifah dan hanya meyakini Ali sebagai pemimpin, bukan mengikuti salah satu dari orang-orang sebelumnya (Abu Bakar, Umar dan Utsman).” (al-Mufid, Awa’il al-Maqaalaat, hal. 2-4).

Asal Usul Ajaran Syi’ah
يَرَى اِبْنُ المُرتَضىَ أَنَّ أَصْلَ الشِّيْعَةِ مَرْجَعُهُ اِلىَ ابْنِ سَبَاءٍ, لاَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ أَحْدَثَ القَوْلَ بِالنَّصِّ فيِ الاِمَامَةِ (تاج العروس : 5-6).
Ulama syi’ah, Ibn al-Murtadha berpendapat bahwa asal usul Syi’ah disandarkan kepada Abdullah bin Saba’, karena dialah orang yang pertama kali mengatakan tentang konsep imamah (Taj al-’Arus, hal. 5-6).
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ سَعْدُ بْنُ عَبْدُ الله الْقُمِّي (301 هـ): إِنَّ عَبْدَ للهِ بْنُ سَبَاءٍ أَوَّلُ مَنْ أَظْهَرَ الطَّعْنَ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَالصَّحَابَةِ وَتَبَرَّأَّ مِنْهُمْ, وَادَّعَى أَنَّ عَلِيًّا أَمَرَهُ بِذَلِكَ, (المقالات والفرق, ص/20).
Ulama syi’ah, Abul Qosim bin Sa’ad bin Abdullah al-Qummy (301 H) berkata: bahwa Abdullah Bin Saba’ adalah orang pertama yang menghujat Abu Bakar, Umar Dan Utsman dan para sahabat secara terang terangan. Serta tidak mengakui mereka. Dan dia mengatakan bahwa Ali RA yang memerintahkan berbuat hal itu. (Al-Maaqolaat wal Firoq, hal. 20).
عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ عُمَر الَكشي (عام 340 هـ) قال: وَذكَرَ بَعْضُ أَهْلِ العِلْمِ أنّ عبد الله بن سَبَأٍ كان يَهُودِيًّا فَأَسْلَمَ وَوَالَى عَلِيَّا (ع), وكَانَ يقُولُ – وَهُوَ عَلَى يَهُودِيَّتهِ – في يُوشَعَ بِنْ نُونٍ وَصِيُّ  مُوسَى بالْغُلُوِّ, فقال فيِ إِسْلاَمِهِ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم في عَلى (ع) مِثْلَ ذَلِكَ, وكَانَ أَوَّلُ مَنْ أَشْهَرَ بِالْقَوْلِ بِفَرْضِ إِمَامَةِ عَلِي (ع) وأَظْهَرَ البَرَاءَةَ مِنْ أَعْدَائِهِ  وَكَاشَفَ مُخَالِفِيْهِ وَأَكْفَرَهُمْ, (رجال الكشي, ص/ 108 ). وَبِمثل ذلك أقر الحسن بن موسى النوبختي في كتابه ("فرق الشيعة", ص/22)
Diriwayatkan dari Ulama syi’ah, Muhammad Bin Umar Al-Kasyiy (340 H): telah menyatakan sebagian orang yang berilmu bahwa sesungguhnya Abdullah Bin Saba’ itu orang beragama yahudi kemudian masuk islam dan mendukung sayyidina Ali AS. Dia berkata ketika masih beragama yahudi bahwa Yusya’ Bin Nun itu adalah pewaris nabi Musa AS dengan cara yang berlebihan, ketika dia sudah beragama islam, setelah wafatnya Rasulullah SAW dia mengatakan hal yang sama bahwa sayyidina Ali AS itu adalah penerima wasiat dari nabi. Abdullah Bin Saba’ adalah terkenal sebagai orang yang pertama kali mewajibkan keyakinan sayyidina Ali AS sebagai imam, dan dia tidak mengakui orang yang memusuhi Ali AS, serta memberantas para penentangnya dan mengkafirkan mereka (Rijal al-kasyiy, hal 108) hal yang sama diucapkan oleh Hasan bin Musa al-Naubakhti dalam kitabnya (Firaqus Syi’ah, hal 22).

Sumber Otoritatif Ajaran Syi’ah
Ulama Syi’ah Abdul Husain bin Syarafuddin al-Musawi berkata :
وَأَحْسَنُ مَا جُمِعَ مِنْهَا الْكُتُبُ الأَرْبَعَةُ الَّتِي هِيَ مَرْجِعُ الإِمَامِيَّةِ فِي أُصُولِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ مِنَ الصَّدْرِ الأَوَّلِ إِلَى هَذَا الزَّمَانِ, وَهِيَ: الْكَافِي, وَالتَّهْذِيْبُ, وَالاِسْتِبْصَارُ, وَمَنْ لاَيَحْضُرُهُ الْفَقِيْهُ, وَهِيَ مُتَوَاتِرَةٌ وَمَضَامِيْنُهَا مَقْطُوْعٌ بِصِحَّتِهَا, وَالْكَافِي أَقْدَمُهَا وَأَعَظْمُهَا وَأَحْسَنُهَا وَأَتْقَنُهَا (المراجعات ص419)
Sebaik-baik himpunan fatwa Imam Ja’far Shodiq ialah empat kitab yang menjadi rujukan utama syi’ah imamiyah dalam masalah-masalah pokok dan cabang sejak generasi syi’ah yang pertama sampai dengan zaman ini yaitu al-Kafi, al-Tahdzib, al-Istibshor, dan Man La Yahdluruhu al-Faqih. Kitab-kitab tersebut mutawatir isinya dipastikan shohih, sedangkan al-kafi ialah yang paling dahulu, paling agung, paling baik, paling teliti (al-Murojaaat, hal 419)
RUKUN ISLAM SUNNAH-SYIAH
عَنْ أَبِي جَعْفَرَ (ع) قَالَ: بُنِيَ اْلإِسْلَامُ عَلَى خَمْسَةِ أَشياءَ عَلَى الصَّلاَةِ وَالزكَاةِ والحَجِّ والصَّوْمِ وَالْوِلاَيَةِ قَالَ زُرَارَةُ قُلْتُ: وَأَيُّ شَىءٍ مِنْ ذَلِكَ أفْضَلُ؟ فَقَالَ: الْوِلاَيَةُ أَفْضَلُ.[ الكافي (2/ 18) ]
RUKUN ISLAM (SYIAH) ADA 5:
  1. Shalat
  2. Puasa
  3. Zakat
  4. Haji
5.      Wilayah (hanya mengakui kepemimpinan Ali dan anak cucunya)
===
RUKUN IMAN -SYIAH
Rukun iman syiah ada 5
  1. al-Tauhid
  2. al-Nubuwwah
  3. al-Imamah
  4. al-’Adlu (Keadilan)
  5. al-Ma’aad (akhirat)
Imam Dua Belas Syi’ah
1.      ali bin abi tholib
2.      al-hasan bin ‘ali az-zaky
3.      al-husain bin ali asy-syahid
4.      ali bin husain zainil abidin
5.      muhammad bin ali al-baqir
6.      ja’far bin muhammad ash-shodiq
7.      musa bin ja’far al-kadhim
8.      ali bin musa al-ridho
9.      muhammad bin ali al-jawwad
10.  ali bin muhammad al-hady
11.  al-hasan bin ali al-‘askari
12.  muhammad bin hasan al-mahdy

syahadat syiah
       Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT
       Bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah
       Bersaksi bahwa imam-imam yang dua belas adalah para pemimpin yang wajib ditaati

AQIDAH-AQIDAH SYI’AH
ULAMA SYI’AH:
MENGKAFIRKAN SELURUH SAHABAT
Al-Kulaini (Ulama Syiah) mengatakan dalam kitabnya al-Raudhah mina al-Kafi, juz 8, hal. 245, bahwa seluruh sahabat RA itu murtad (keluar dari Islam)  setelah Nabi SAW wafat, kecuali tiga orang, al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi.
ULAMA SYIAH:
MENGKAFIRKAN SELURUH UMAT ISLAM
Al-Kulaini (Ulama Syiah), berkata dalam al-Ushul mina al-Kafi, juz 1, hal. 373, bahwa orang yang menganggap Sayidina Abu Bakar RA dan Sayidina Umar RA itu Muslim akan masuk neraka.
AL-MAJLISI (ULAMA SYIAH):
UMAT ISLAM SELAIN SYIAH ANAK ZINA
Muhammad Baqir al-Majlisi (Ulama Syiah), berkata dalam kitabnya Bihar al-Anwar al-Jami’ li-Durar Akhbar al-Aimmat al-Athhar, juz 101, hal. 85, bahwa umat Islam yang wuquf di Arofah itu anak zina, sedangkan yang wukuf di Karbala, anak suci.
AL BAHRANI (ULAMA SYIAH)
SELAIN ORANG SYIAH KAFIR DAN BUKAN MUSLIM
Yusuf al-Bahrani (Ulama Syiah), menjelaskan dalam kitabnya, al-Hadaiq al-Nadhirah fi Ahkam al-’Itrah al-Thohirah, hal. 136, bahwa orang yang tidak ikut Syiah adalah bukan Muslim sedikit pun dan termasuk kafir
MENURUT SYIAH:
AL-QUR’AN YANG ADA TIDAK ASLI
Al-Qummi (Ulama Syiah) dalam mukaddimah Tafsir-nya, hal. 79, menegaskan bahwa ayat-ayat al-Qur’an ada yang dirubah, ada yang tidak sesuai dengan ayat aslinya seperti ketika diturunkan oleh Allah
Al-Nuri al-Thabarsi (ulama Syiah), menulis kitab berjudul Fashl al-Khithab fi Itsbat Tahrif Kitab Rabb al-Arbab, yang membeberkan nama-nama ulama Syiah yang berpendapat bahwa al-Qur’an telah mengalami tahrif. Dalam kitab tersebut, al-Nuri  al-Thabarsi, halaman 211, menjelaskan bahwa dalam al-Qur’an ada ayat-ayat tolol dan tidak masuk  akal
Versi Syi’ah
Ayat
al-Quran 17.000 ayat

علي بن الحكم, عن هشام بن سالم, أن ابي عبد الله عَلَيْهِ السَّلاَم قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَم إِلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْه وَسَلَّمَ سَبْعَةَ عَشَرَةَ أَلْفَ آيَةٍ.
Dari Abi Abdillah AS, beliau berkata : “Sesungguhnya ayat-ayat al-qur’an yang dibawa oleh Jibril AS kepada Nabi Muhammad SAW adalah sebanyak 17.000 ayat” (Al-Kafi, Juz 2 Hal. 634 )
Contoh Ayat Al-Qur’an versi Syiah
وَعَنْ أَبِي بَصِيْرٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ الله فِي قَوْلِ للهِ عَزَّ وَجَل (وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فِي وِلاَيَةِ عَلي وَوِلاَيَةِ الأَئِمَّةِ مِنْ بَعْدِهِ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا) هكَذا نُزِلَت؟ (الكافي 1/ 414)
 
وعَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ (ع) فِي قَوْلِ للهِ عَزَّ وَجَلَّ (فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِيْن أَيَا  مَعْشَرَ الْمُكَذِّبِيْنَ حَيْث أَنْبَأْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي فِي وِلاَيَةِ عَلّي عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَالْأَئِمَّةِ مِنْ بَعْدِهِ مَنْ هُوَ فِي ضَلاَلٍ مُبِيْن) هَكَذَا نُزِلَتْ. (الكافي 1/ 421 )
 
وَيَرْوِى الكُلَيْنِي بِــإِسْنَادِهِ عَنْ أبِي الْحَسَنِ (ع) قَالَ: وِلاَيَةُ عَلي مَكْتُوبَةٌ فِي جَمِيْعِ صُحُفِ الْأَنْبِيَاءِ وَلَنْ يَبْعَثَ اللهُ رَسُولاً إِلَّا بِنُبُوَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَى الله عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَوَصِيَّةِ عَلّي عَلَيْهِ السَّلاَمُ. (الكافي 1/ 437 )
Membaca  al-Qur’an  Sekedar  Taqiyyah
عَنْ سَالِمْ بنُ سَلَمَهْ قَالَ: قَرَأَ رَجُلٌ عَلَى أَبِي عَبْدِ اللهِ عَلَيْهِ السَّلاَم وَأَنَا أَسْتَمِعُ حُرُوْفًا مِنَ الْقُرْآنِ لَيْسَ عَلَى مَايَقْرَؤُهَا النَّاُس, فَقَالَ أَبُو عَبْدِ اللهِ عَلَيْهِ السَّلاَم : كُفَّ عَنْ هَذِهِ الْقِرَاءَةِ ! اِقْرَأ كَمَا يَقْرَأُ النَّاسُ حَتىَّ يَقُوْمَ الْقَائِمُ فَإِذَا قَامَ الْقَائِمُ, عَلَيْهِ السَّلاَم قَرَأَ كِتَابَ اللهِ عَلَى حَدِّهِ. (الكافى, 2/ 633)
Artinya: Dari salim bin salamah, dia berkata seorang laki-laki membaca (al-Qur’an) dihadapan Abu Abdillah AS (Ja’far al-Shadiq). Aku mendengarkan beberapa bacaan yang tidak sama dengan bacaan orang-orang. Maka Abu Abdillah AS berkata berhentilah membaca qiro’at ini! Bacalah seperti yang biasa dibaca oleh kebanyakan orang! Hingga datang Al-Qa’im (Al-Mahdi). Bila al-Qa’im datang, dia akan membaca al-Qur’an aslinya. (Al-Kulaini, al-Kafi, juz. 2, hal. 633).
Arti Taqiyyah
Menurut al-Mufid (ulama syi’ah):
التَّقِيَّةُ كِتْمَانُ الْحَقِّ وَسَتْرُ الإِعْتِقَادِ فِيْهِ ومُكَاتَمَةُ الْمُخَالِفِيْنَ وَتَرْكُ مُظَاهَرَتِهِمْ بِمَا يَعْقِبُ ضَرَرًا فِي الدِّيْنِ أَوِ الدُّنْيَا.(شرح عقائد الصدوق, ص 261).
Taqiyyah adalah menyimpan kebenaran dan menyembunyikan keyakinan, serta merahasiakannya terhadap orang-orang yang tidak se-akidah dan tidak minta bantuan mereka dalam hal-hal yang dapat mengakibatkan bahaya, baik dalam urusan agama maupun keduniaan. (Syarh Aqoidi Shoduq, Hal 261)
عن أبى عبد لله (ع) أَنَّ تِسْعَةَ أَعْشَارِ الدِّيْنَ فِي التَّقِيَّةِ وَلاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ تَقِيَّةَ لَهُ (الكافي: 2/ 217)
Sesungguhnya sembilan dari  sepuluh  ( 90 % ) agama berada dalam taqiyyah, barang siapa yang tidak bersedia menggunakan taqiyyah berarti tidak beragama (Ushul kafi, juz 2 hal. 217)
Ibn Babawayh (Ulama Syiah), menjelaskan dalam kitabnya, al-I’tiqadat, hal. 114,  bahwa orang yang meninggalan taqiyyah sama dengan meninggalkan shalat
اِعْتِقَادُناَ فيِ التَّقِيَّةِ انَّهَا وَاجِبَةٌ مَنْ تَرَكَهَا بِمَنْزِلَةِ مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ. (الاعتقادات ص 144)
“Keyakinan kita tentang hukum taqiyyah adalah wajib, barangsiapa yang meninggalkan taqiyyah sama halnya dengan meninggalkan shalat.” (Ibn Babawih, Al-I’tiqadaat, hal. 114).
Hukum Nikah Mut’ah Versi Syi’ah
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ تَمَتَّعَ مِنْ امْرَأَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَكأنَّهُ زَارَ الكَعبَةَ سَبعِينَ مَرَّةً. (رسالة المتعة للمجلسي : 16).
Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa melakukan mut’ah dengan wanita mukminah maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang berziarah ke Ka’bah sebanyak 70 kali.” (Risalat al-Mut’ah lil Majlisi, hal. 16).
قال ابو عبد الله عليه السلام : وَمُنْكِرُ المُتْعَةِ كاَفِرٌ مُرْتَدٌّ (منهج الصادقين للكاشاني, 356).
Abu Abdillah berkata, “Orang yang mengingkari mut’ah adalah kafir dan murtad.” (Manhaj al-Shadiqin, hal. 356).
AYATULLAH KHUMAINI (ULAMA SYIAH ):
BOLEH NIKAH MUT’AH DENGAN ANAK YANG MASIH BAYI
Ayatullah Khumaini (Ulama Syiah), menjelaskan dalam kitabnya, Tahrir al-Wasilah, juz 2 hal. 241, bahwa boleh melakukan pratek anal sex dengan istri. Bahkan menurut Khumaini, nikah mut’ah boleh dilakukan dengan bayi yang masih menetek.
Rukun Nikah Mut’ah ada lima:
  1. Suami
  2. Istri
  3. Mahar
  4. Penentuan Waktu
  5. Ijab dan Qabul
Catatan: Tanpa wali dan saksi.
اَرْكَانُ عَقْدِ الْمُتْعَةِ خَمْسَةٌ:
  1. زَوْجٌ
  2. زَوْجَةٌ
  3. مَهْرٌ
  4. تَوْقِيْتٌ
  5. صِيْغَةُ الْاِيْجَابِ وَالْقَبُوْلِ
(مَنْهَجُ الصَّادِقِيْن, ص 357).
Pahala Mut’ah itu Spektakuler (Luar Biasa)
al-Nuri al-Thabarsi (Ulama Syiah)
menjelaskan dalam kitabnya, Mustadrak al-Wasail, hal. 452, bahwa pahala nikah mut’ah besar sekali, semua dosa diampuni sejumlah helai rambut di sekujur tubuhnya
AYATULLAH KHUMAINI (ULAMA SYIAH):
IMAM SYIAH LEBIH TINGGI DERAJADNYA DARI PARA NABI
إنَّ لِلْاِمَامِ مَقَامًا مَحْمُوْدًا وَدَرَجَةً سَامِيَةً وَخِلَافَةً تَكْوِيْنِيَّةً تَخْضَعُ لِوِلَايَتِهَا وَسَيْطَرَتِهَا جَمِيْعُ ذَرَّاتِ هَذَا الكَوْنِ، وَإِنَّ مِنْ ضَرُوْرِيَّاتِ مَذْهَبِنَا أَنَّ لِأَئِمَّتِنَا مَقَامًا لَمْ يَبْلُغْهُ مَلَكٌ مُقَرَّبٌ وَلَانَبِيٌّ مُرْسَلٌ...
 (آية الله الخُمَيْنِيْ، الحكومة الإسلامية، 52).
Sesungguhnya Imam mempunyai kedudukan yang terpuji, derajat yang mulia dan kepemimpinan mendunia, di mana seisi alam ini tunduk di bawah wilayah dan kekuasaannya. Dan termasuk hal yang pasti adalah bahwa para Imam kita mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat muqarrabin atau pun nabi yang diutus... (Ayatullah Khumaini, al-Hukumat al-Islamiyyah, hal. 52)
=============================================
Fatwa Imam Al-Ghazali
فَلَوْ صَرَّحَ مُصَرِّحٌ بِكُفْرِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ- رضي الله عنهما- فَقَدْ خَالَفَ الإِجْمَاعَ وَخَرَقَهُ ... فَقَائِلُ ذَلِكَ إِنْ بَلَغَتْهُ الأَخْبَارُ وَاعْتَقَدَ مَعَ ذَلِكَ كُفْرَهُمْ فَهُوَ كَافِرٌ. .بِتَكْذِيْبِهِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فَمَنْ كَذَّبَهُ بِكَلِمَةٍ مِنْ أَقَاوِيْلِهِ كَافِرٌ بِالإِجْمَاعِ "(3)
(3) فَضَائِحُ الْبَاطِنِيّة: ص149.
Barang siapa yang menyatakan bahwa Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar RA itu kafir maka dia telah menyalahi dan melanggar ijma’. Dengan demikian orang yang menyatakan tersebut apabila sudah mengetahui keutamaan kedua sahabat Abu Bakar dan Umar RA, namun masih saja mengatakan kekafirannya maka dia akan kafir sendiri, karena dia telah menganggap rasulullah bohong.
Fatwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
وَلَيْسَ مَذْهَبٌ فِى هَذِهِ الأَزْمِنَةِ الْمُتَأَخِّرَةِ بِهَذِهِ الصِّفَةِ إِلاَّ هَذِهِ الْمَذَاهِبَ الأَرْبَعَةَ, اَللَّهُمَّ إِلاَّ مَذْهَبَ الإِمَامِيَّةِ وَالزَّيْدِيَةِ وَهُمْ أَهْلُ الْبِدْعَةِ لاَيَجُوزُ الاِعْتِمَادُ عَلىَ أَقَاوِيلِهِمْ (التبيان, ص 29).
Dizaman ini tidak ada satu madzhabpun yang mempunyai kesempurnaan kecuali madzhab empat, sedangkan madzhab Imamiyyah dan Zaidiyyah itu tergolong madzhabnya orang ahli bid’ah, maka tidak boleh mengikuti pendapat-pendapatnya. (Al-Tibyan, hal 29)


قَالَ فِى الاَنْوَارِ: وَيُقْطَعُ بِتَكْفِيْرِ كُلِّ قَائِلٍ قَوْلاً يُتَوَصَّلُ بِهِ إِلىَ تَضْلِيْلِ الاُمَّةِ وتَكْفِيْرِ الصَّحَابَةِ (رِسَالَةُ أهل السنة والجماعة, 14).
Disebutkan dalam kitab al-Anwar, Bisa dipastikan kekafirannya setiap orang yang berkata bahwa semua ummat islam itu sesat dan para sahabat itu kafir. (Risalah Ahl-Sunnah Wal Jama’ah, hal 14)
وَمِنْهُمْ رَاِفضِيُّوْنَ يَسُبُّونَ سَيِّدَنَا اَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا, وَيَكْرَهُوْنَ الصَّحَابَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُمْ, وَيُبَالِغُونَ هَوَى سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَاَهْلِ بَـيْتِهِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْن, قَالَ السَّيِّدُ مُحَمَّدٌ فِي شَرْحِ الْقَامُوسِ: وَبَعْضُهُمْ يَرْ تَقِى اِلَى الْكُفْرِ وَالزِّنْدِقَةِ اعَاذَنَا اللهُ  وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهَا.
قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم : فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ  وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْن, لَا يَقْبَلُ الله مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا, وقال صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم: لَا تَسُبُوا أَصْحَابِي, فَإِنَّهُ يَجِيئُ قَوْمٌ فِي أَخِرِ الزّمَانِ يَسُبُّوْنَ اَصْحَابِي, فَلَا تُصَلُّوا عَلَيْهِمْ, ولَا تُصَلُّوا مَعَهُمْ, وَلَا تَنَاكَحُوهُمْ, وَلَا تُجَالِسُوهُمْ, وَإِنْ مَرَضُوا فَلَا تَعُوْدُوْهُمْ.( رسالة أهل السنة والجماعة, ص 11)

Jual beli online dan menyusui anak orang kafir

*SOAL* Bahsulmasail# 1_ *bagaimana hukum orang jual beli online, kalo di bolehkan bagaimana cara akadnya apakah sah hanya melewati telpon sa...