Sabtu, 18 Februari 2017

BID'AH HASANAH DAN MASHLAHATUR MURSALAH



 BID'AH HASANAH DAN MASHLAHATUR MURSALAH

Perbedaannya terletak pada penamaanya. Menurut
wahabi, amalan yang tidak ada contohnya yang berada
dibawah naungan syari’at disebut maslahah mursalah
sedangkan aswaja menyebutnya sebagai bid’ah
hasanah. Sebagai contoh adalah masalah pembukuan
Qur’an. Wahabi dan aswaja sepakat bahwa pembukuan Al-
Quran tidaklah sesat. Wahabi menyebutnya sebagai
maslahah mursalah sedangkan aswaja menyebutnya
sebagai bid’ah hasanah.
Mungkin Wahabi akan berkata seperti yang biasa mereka
katakan: “Andatidak paham pengertian bid’ah. Bid’ah
itu hanya dalam masalah ibadah. Apa yanganda
contohkan itu bukan masalah ibadah. Jadi, semua
itu tidak bisa disebutbid’ah.”
Kepada mereka kita katakan: “Anda mengatakan bahwa
semua bid’ah sesat. Jika bid’ahhanya pada masalah
ibadah, maka bid’ah yang bukan masalah ibadah
tidak sesat. Jadimana yang benar, semua bid’ah
sesat ataukah tidak semua bid’ah sesat?”
Marikita perhatikan hadits yang selalu digunakan oleh
wahabi untuk menyesatkan amalan-amalan aswaja.
ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ
“Takutlah terhadap hal-hal baru, sebab semua hal baru
adalah bid’ah dan setiap bid’ahadalah sesat.”
Nabi jelas-jelas mengatakan bahwa semua hal yang baru
adalah bid’ah. Beliau samasekali tidak membatasinya
hanya dalam masalah ibadah. Kalimat mana
yangmenunjukan bahwa “kullu” tersebut husus hanya
pada masalah ibadah? Siapa yangmembatasinya
hanya dalam masalah ibadah?
Jawabannya adalah ulama wahabi seperti Sholih Bin Abdul
Aziz dalam kitab Assunah Walbid’ah Juz 1 hlm 3, Abdur
Rohman BinSa’d dalam kitab Assunan Walmubtadi’at Fil
A’yad, juz 1 hlm 2, Walid Bin Rosyiddalam kitab Nashru
Syari’ah Biqom’il Bid’ah, juz 1 hlm 8. Muhammad Bin
Husaindalam kitab Qowa’idu Ma’rifatil Bida’ Juz 1 hlm 6,
dan lain-lain.
Mungkin anda akan mengatakan bahwa yang
menghususkan adalah kalimat “Fi Amrinahadza” dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagai
berikut:

ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺴﻔﻴﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ


“Barang siapa membuat amalan baru dalam urusan kita ini
yang tidak termasuk didalamnya maka ia tertolak.”
Tanggapan saya pribadi:
Kalimat “dalam urusan kita, ini” menunjukan bahwa
yang dimaksud adalah urusan yang diajarkan oleh
Rosulluh SAW. Apakah Rosululloh hanya mengajarkan
masalah ibadah saja? Bagaimana menurut anda
mengenai cebok, jual beli, pernikahan, tolaq,hukum
kriminal, tata negara, perbudakan, menyingkirkan duri
dijalan, makan,tidur, adab dengan manusia, Apakah
Rosululloh SAW tidak mengajarkan bagaimana tatacara
melakukan semua itu?
Kita berharap semua tidak belajar menjadi orang bodoh
dengan menjawab bahwa Rosululloh tidak
mengajarkannya. Jadi, semua itu termasuk dalam kalimat
“Fi Amrina Hadza” urusan kita ini.
Dengan demikian kalimat kullu bid’ah dholalah tidak
terbatas dalam masalah ibadah saja melainkan semua hal
baru, baik itu ibadah ataupun bukan. Maka pembukuan al-
quran, pemberian harokat, pembangunan madrasah,
semua itu adalah bid’ah. Perbedaannya hanya dalam
penamaannya saja. wahabi menyebutnya maslahah
mursalah sedangkan aswaja menyebutnya
bid’ahhasanah.
Perbedaannya hanya pada label yang diberikan untuk
amalan tersebut. Wahabi tidak menamainya sebagai
bid’ah. Sedangkan aswaja menyebutnya sebagai
amalan bid’ah. Namun karena amalan tersebut berada
dalam naungansyariat atau memiliki asal dari syari’at maka
disebut bid’ah hasanah.
Mari kita lihat pengertian bid’ah hasanah menurut aswaja
sebagaimana yang dikatakan Al-Imam AbuAbdillah
Muhammad bin Idris al-Syafi’i berkata:

ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﺎﺕ ﺿﺮﺑﺎﻥ: ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎﺃﻭ ﺳﻨﺔ ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﻓﻬﻮ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﻀﻠﺎﻟﺔ
ﻭﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻴﺎﻟﺨﻴﺮ ﻟﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻏﻴﺮﻣﺬﻣﻮﻣﺔ.)ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ
ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ, ﻣﻨﺎﻗﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ, 1/469 )


“Bid’ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama, sesuatu
yang baru yang menyalahi al-Qur’anatau Sunnah atau
Ijma’, dan itu disebut bid’ah dlalalah (tersesat) .Kedua,
sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi
al-Qur’an, Sunnah,dan Ijma’ dan itu disebut bid’ah yang
tidak tercela”. (al-Baihaqi,Manaqib al-syafi’i, 1/469).
Jadi bid’ah hasanah adalah amalan baik yang tidak
bertentangan dengan kitab, sunahdan ijma’. Jika amalan
tersebut bertentangan dengan kitab, sunah dan ijma’
makaia disebut bid’ah madzmumah atau bid’ah sayyi’ah
atau bid’ah dholalah.
Selanjutnya mari kita perhatikan pengertian bid’ah
menurut IbnTaimiyah yang dinukil oleh wahabi, sebagai
berikut:
ﻭﺍﻟﺒﺪﻋﺔ: ﻣﺎ ﺧﺎﻟﻔﺖ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﺃﻭ ﺇﺟﻤﺎﻉ ﺳﻠﻒ ﺍﻟﺄﻣﺔ ﻣﻨﺎﻟﺎﻋﺘﻘﺎﺩﺍﺕ ﻭﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ
“Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang
menyelishi Al Kitab dan AsSunnah atau ijma’ (kesepakatan)
salaf.” (Majmu’ Al Fatawa, 18/346, AsySyamilah).
Mafhumnya, jika sesuatu tersebut tidak bertentangan
dengan kitab, sunah dan ijma’, maka iatidak disebut bid’ah.
Maka amalan yang seperti boleh dilakukan sekalipun
tidakada contoh sebelumnya. Amalan seperti ini disebut
bid’ah hasanah oleh aswaja. Disebut bid’ah karena tidak
ada contoh sebelumnya. Disebut hasanah karena tidakb
ertentangan dengan kitab, sunah dan ijma’.
Dalammajmu’ Fatawi Ibn Taimiyah menukil kalam Imam
Syafi’I tersebut kemudian menyatakan bahwa ada bid’ah
yang hasanah. Kata Ibn Taimiyah:
ﻭﻣﻦ ﻫﻨﺎ ﻳﻌﺮﻑ ﺿﻼﻝ ﻣﻦ ﺍﺑﺘﺪﻉ ﻃﺮﻳﻘﺎ ﺍﻭ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩﺍ ﺯﻋﻢ ﺃﻧﺎﻹﻳﻤﺎﻥ ﻻ ﻳﺘﻢ ﺇﻻ ﺑﻪ
ﻣﻊ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮﻩ ﻭﻣﺎ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﻟﻨﺼﻮﺹ ﻓﻬﻮ ﺑﺪﻋﺔﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
ﻭﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺧﺎﻟﻔﻬﺎ ﻓﻘﺪ ﻻ ﻳﺴﻤﻰ ﺑﺪﻋﺔ . ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔﺑﺪﻋﺎﺗﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ
ﺧﺎﻟﻔﺖ ﻛﺘﺎﺑﺎ ﻭﺳﻨﺔ ﻭﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﻭﺃﺛﺮﺍ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﺬﻩ
ﺑﺪﻋﺔﺿﻼﻟﺔ . ﻭﺑﺪﻋﺔ ﻟﻢ ﺗﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﻫﺬﻩ ﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ ﺣﺴﻨﺔ
Perhatikan kalimat: “ﻭﺑﺪﻋﺔ ﻟﻢ ﺗﺨﺎﻟﻒ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻜﻮﻫﺬﻩ ﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ
ﺣﺴﻨﺔ” (bid’ah yang tidak bertentangan dengan kitab, (Al-
Qur’an), sunah,ijma’ dan atsar, bid’ah tersebut adalah
bid’ah ﺣﺴﻨﺔ (hasanah). Jadi Ibn Taimiyah mengakui adanya
bid’ah hasanah.
Ketahuilah bahwa bid’ah hasanah dalam pandangan
aswaja adalah setiap amalan yang tidak pernah
dilakukan pada zaman Nabi, sahabat dan tabi’in
namun memiliki asal dari syari’at atau dengan kata
lain berada dalam naungan syari’at dan tidak
bertentangan dengan kitab, sunah, dan ijma’.
Dalam pemahaman wahabi amalan seperti itu dinamakan
bid’ah secara bahasa. Namun secara syara’ amalan itu
bukan bid’ah. Jadi pada dasarnya wahabi menerima
adanya bid’ah hasanah, hanya saja mereka tidak mau
menyebutnya sebagai bid’ah hasanah. Sebagai contoh
adalah amalan Ibn Taimiyah sebagaimana yang
diceritakan oleh salah satu muridnya, Umar Bin Ali
Albazzar dalam kitab Manaqib ibn Taimiyah, sebagai
berikut:
ﻓﺈﺫﺍ ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﺛﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰﻭﺟﻞ ﻫﻮ ﻭﻣﻦ ﺣﻀﺮ ﺑﻤﺎ ﻭﺭﺩ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻧﺘﺎﻟﺴﻼﻡ ﻭﻣﻨﻚ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺗﺒﺎﺭﻛﺖ ﻳﺎ ﺫﺍ ﺍﻟﺠﻼﻝ ﻭﺍﻹﻛﺮﺍﻣﺜﻢ ﻳﻘﺒﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ
ﺛﻢ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﺎﻟﺘﻬﻠﻴﻼﺗﺎﻟﻮﺍﺭﺩﺍﺕ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺛﻢ ﻳﺴﺒﺢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﺤﻤﺪﻩ ﻭﻳﻜﺒﺮﻫﺜﻼﺛﺎ ﻭﺛﻼﺛﻴﻦ
ﻭﻳﺨﺘﻢ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺑﺎﻟﺘﻬﻠﻴﻞ ﻛﻤﺎ ﻭﺭﺩ ﻭﻛﺬﺍﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺛﻢ ﻳﺪﻋﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻪ ﻭﻟﻬﻢ
ﻭﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ. ﻭﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﻋﺮﻓﺖ ﻋﺎﺩﺗﻪ؛ ﻻ ﻳﻜﻠﻤﻪ ﺃﺣﺪ ﺑﻐﻴﺮ ﺿﺮﻭﺭﺓﺑﻌﺪ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻔﺠﺮ
ﻓﻼ ﻳﺰﺍﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻳﺴﻤﻊ ﻧﻔﺴﻬﻮﺭﺑﻤﺎ ﻳﺴﻤﻊ ﺫﻛﺮﻩ ﻣﻦ ﺇﻟﻰ ﺟﺎﻧﺒﻪ، ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﻓﻲ
ﺧﻼﻟﺬﻟﻚ ﻳﻜﺜﺮ ﻓﻲ ﺗﻘﻠﻴﺐ ﺑﺼﺮﻩ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ. ﻫﻜﺬﺍ ﺩﺃﺑﻬﺤﺘﻰ ﺗﺮﺗﻔﻊ ﺍﻟﺸﻤﺲ
ﻭﻳﺰﻭﻝ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ. ﻭﻛﻨﺘﺄﺳﻤﻊ ﻣﺎ ﻳﺘﻠﻮ ﻭﻣﺎ ﻳﺬﻛﺮ ﺣﻴﻨﺌﺬ، ﻓﺮﺃﻳﺘﻪ
ﻳﻘﺮﺃﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻭﻳﻜﺮﺭﻫﺎ ﻭﻳﻘﻄﻊ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﻛﻠﻪ ـ ﺃﻋﻨﻲ ﻣﻨﺎﻟﻔﺠﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﺭﺗﻔﺎﻉ
ﺍﻟﺸﻤﺲ ـ ﻓﻲ ﺗﻜﺮﻳﺮ ﺗﻼﻭﺗﻬﺎ. ﺍﻫـ )ﻋﻤﺮﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺒﺰﺍﺭ، ﺍﻷﻋﻼﻡ ﺍﻟﻌﻠﻴﺔ ﻓﻲ
ﻣﻨﺎﻗﺐ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ، ﺹ39-37/ ).
Intidari kisah tersebut adalah setiap selesai sholat shubuh,
Ibn Taimiyah berdzikirsecara jama’ah. Kebiasaan Ibn
Taimiyyah telah maklum. Ia sulit diajak bicarasetelah
sholat subuh kecuali terpaksa.
Perhatikan kalimat:
ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﻓﻲ ﺧﻼﻝ ﺫﻟﻚ ﻳﻜﺜﺮ ﻓﻲ ﺗﻘﻠﻴﺒﺒﺼﺮﻩ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ
“Ditengah-tengah dzikir itu, Ibn Taimiyyah seringkali
menatapkan pandangannya kelangit.”
Apakahsaat berdzikir Rosululloh SAW menatapkan
pandangan beliau ke langit? Jika iya,silahkan tunjukan
dalilnya. Jika tidak berarti apa yang dilakukan oleh Ibnu
Taimiyyah adalah murni bid’ah yang dia ciptakan
Perhati kankalimat:
ﻫﻜﺬﺍ ﺩﺃﺑﻪ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﺗﻔﻊ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﻳﺰﻭﻟﻮﻗﺖ ﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ. ﻭﻛﻨﺖ ﺃﺳﻤﻊ ﻣﺎ ﻳﺘﻠﻮ
ﻭﻣﺎ ﻳﺬﻛﺮﺣﻴﻨﺌﺬ، ﻓﺮﺃﻳﺘﻪ ﻳﻘﺮﺃ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻭﻳﻜﺮﺭﻫﺎ ﻭﻳﻘﻄﻊ ﺫﻟﻜﺎﻟﻮﻗﺖ ﻛﻠﻪ ـ ﺃﻋﻨﻲ ﻣﻦ
ﺍﻟﻔﺠﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﺭﺗﻔﺎﻉ ﺍﻟﺸﻤﺲ ـ ﻓﻴﺘﻜﺮﻳﺮ ﺗﻼﻭﺗﻬﺎ
"Kebiasaan Ibnu Taimiyah adalah membaca Fatihah
dan mengulang-ulangnya dari fajar hingga matahari
naik. Apakah Rosululloh SAW pernah melakukan hal
itu? membaca fatihah secara berulang-ulang dari
setelah sholat shubuh hingga matahari naik? Jika
iya, silahkan tunjukan dalilnya. Jika tidak, berarti itu
merupakan bid’ah yang diciptakan oleh
IbnTaimiyyah".
Wahab itidak menyebutnya sebagai amalan bid’ah
sekalipun tidak pernah dilakukan oleh Nabi sahabat dan
ulama salaf. Atau menyebutnya bid’ah namun bid’ah
lughowi bukan bid’ah syar’i. Sementara ahlusunah
menyebutnya sebagai bid’ah. Namun karena berada dalam
naungan syari’at dan tidak bertentangan dengan kitab,
sunah dan ijma’, maka bid’ah Ibn Taimiyahdisebut
bid’ah hasanah.
Alhamdulillah Saya beserta kekurangan yang haus akan
ILMU telah mengadakan penelitian dengan melihat kitab-
kitab fiqih dari 4 madzhab. Dari penelitian saya
menghasilkan bahwa seluruh madzhab mengakui adanya
bid’ah hasanah kecuali madzhab Hanbali.
Dalam kitab-kitab fiqih madzhab hanbali, saya tidak
menemukan istilah bid’ah hasanah. Hanya saja mereka
mengakui bahwa tidak semua bid’ah itu sesat. Menurut
Imam Abdulloh Syamsudin Muhammad bin Abil Fath Al-
Hanbali, bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah huda dan
bid’ah dholalah. Ketika menerangkan sunah tholaq dan
kebid’ahannya ia mengatakan:
ﻭﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻣﻤﺎ ﻋﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻣﺜﺎﻝ ﺳﺎﺑﻖ ﻭﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺑﺪﻋﺘﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ ﻫﺪﻯ ﻭﺑﺪﻋﺔ
ﺿﻼﻟﺔ ﻭﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻣﻨﻘﺴﻤﺔ ﺑﺈﻧﻘﺴﺎﻡ ﺃﺣﻜﺎﻣﺎﻟﺘﻜﻠﻴﻒ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ )ﺍﻟﻤﻄﻠﻊ ﻋﻠﻰ ﺃﺑﻮﺍﺕ
ﺍﻟﻤﻘﻨﻊ ﺝ 1ﺹ 334 )
Artinya: "bid’ah adalah perbuatan yang tidak memiliki
contohterdahulu. Bid’ah dibagi menjadi dua, bid’ah huda
dan bid’ah dholalah. Bid’ahjuga terbagi sesuai dengan
pembagian hukum taklifi yang lima. (Al-Mutholi’
‘AlaAbwatil Muqni’ juz 1 hlm 334)" . (Al-Mutholi’ ‘AlaAbwatil
Muqni’ juz 1 hlm 334)
--------
link kitab online


 

Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada
kita semua sehingga dapat tercerahkan setiap pengetahuan
yang kita dapatkan. Aamiin :-)
https://www.facebook.com/groups/MTTM1/permalink/1840079546205597/?comment_id=1840266799520205&ref=notif&notif_t=group_comment&notif_id=1485865886322117

shalawat nariyah bukan syirik

Shalawat Nariyah Syirik, Pemahaman Keliru Atas Teks Terjemahan Bahasa Arab
----------------------
Popularitas shalawat Nariyah di kalangan umat Islam di Nusantara memang tak terbantahkan. Namun, apakah ia lantas bersih dari para penolaknya? Ternyata tidak. Sebuah fenomena yang sesungguhnya sangat lumrah dalam kehidupan beragama.

Lewat beragam sudut, beberapa orang melancarkan vonis bahwa pengamalan shalawat Nariyah termasuk melenceng dari ajaran Rasulullah alias bid’ah. Sebagian yang lain mengahakimi secara lebih ekstrem: syirik atau menyekutukan Allah.

Vonis bid’ah umumnya berangkat dari alasan tak ditemukannya hadits atau ayat spesifik tentang shalawat Nariyah. Sementara tuduhan syirik berasal dari analisa terjemahan atas redaksi shalawat yang dinilai mengandung unsur kemusyrikan. Yang terakhir ini menarik, karena tuduhan “sekejam” itu ternyata justru muncul hanya dari analisa kebahasaan. Benarkah demikian?

Kita simak dulu redaksi shalawat Nariyah secara lengkap sebagai berikut:
اَللّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Perhatian para penuduh shalat Nariyah mengandung kesyirikan umumnya tertuju pada empat kalimat berurutan di bawah ini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Kalimat-kalimat itu pun dirinci lalu diterjemahkan begini:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ
Artinya: “Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas karena Nabi Muhammad.”
وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Artinya: “Segala bencana bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad.”
وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Artinya: “Segala kebutuhan bisa terkabulkan karena Nabi Muhammad.”
وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Artinya: “Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad.”
Menurut para penuduh itu, empat kalimat tersebut sarat kesyirikan karena secara terjemahan mengandung pengakuan bahwa Nabi Muhammad memiliki kemampuan yang hanya dimiliki Allah, seperti bisa menghilangkan kesulitan, menghilangkan bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan serta doa hanyalah Allah.

Bantahan dari Ilmu Sharaf Dasar

Shalawat Nariyah atau disebut juga shalawat Tâziyah atau shalawat Tafrîjiyah berasal bukan dari Indonesia. Ia dikarang oleh ulama besar asal Maroko, Syekh Ahmad At-Tazi al-Maghribi (Maroko), dan diamalkan melalui sanad muttashil oleh ulama-ulama di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali Mufti Mesir Syekh Ali Jumah yang memperoleh sanad sempurna dari gurunya Syaikh Abdullah al-Ghummar, seorang ahli hadits dari Maroko.

Jika shalawat Nariyah dianggap syirik, ada beberapa kemungkinan.
Pertama, para ulama pengamal shalawat itu tak mengerti tentang prinsip-prinsip tauhid. Ini tentu mustahil karena mereka besar justru karena keteguhan dan keluasan ilmu mereka terhadap dasar-dasar ajaran Islam.
Kedua, pengarang shalawat Nariyah, termasuk para pengikutnya, ceroboh dalam mencermati redaksi tersebut sehingga terjerumus kepada kesyirikan. Kemungkinan ini juga sangat kecil karena persoalan bahasa adalah perkara teknis yang tentu sudah dikuasai oleh mereka yang sudah menyandang reputasi kelilmuan dan karya yang tak biasa.
Ketiga, para penuduhlah yang justru ceroboh dalam menghakimi, tanpa mencermati secara seksama dalil shalawat secara umum, termasuk juga aspek redaksional dari shalawat Nariyah.

Dilihat dari segi ilmu nahwu, empat kalimat di atas merupakan shilah dari kata sambung (isim maushul) الذي yang berposisi sebagai na‘at atau menyifati kata محمّد.
Untuk menjernihkan persoalan, mari kita cermati satu per satu kalimat tersebut.
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Pertama, تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ .
Dalam kacamata ilmu sharaf, kata تَنْحَلُّ merupakan fi’il mudlari‘ dari kata انْحَلَّ. Bentuk ini mengikuti wazan انْفَعَلَ yang memiliki fungsi/faedah لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ (dampak dari فَعَلَ). Demikian penjelasan yang kita dapatkan bila kita membuka kitab sharaf dasar, al-Amtsilah at-Tashrîfiyyah, karya Syekh Muhammad Ma’shum bin ‘Ali.
Contoh:
كَسَرْتُ الزُّجَاجَ فَانْكَسَرَ
“Saya memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu.” Dengan bahasa lain, kaca itu pecah (انْكَسَر) karena dampak dari tindakan subjek “saya” yang memecahkan.
Contoh lain:
حَلّ اللهُ العُقَدَ فَانْحَلَّ
“Allah telah melepas beberapa ikatan (kesulitan) maka lepaslah ikatan itu.” Dengan bahasan lain, ikatan-ikatan itu lepas karena Allahlah yang melepaskannya.

Di sini kita mencermati bahwa wazan انْفَعَلَ mengandaikan adanya “pelaku tersembunyi” karena ia sekadar ekspresi dampak atau kibat dari pekerjaan sebelumnya.
Kalau تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ dimaknai bahwa secara mutlak Nabi Muhammad melepas ikatan-ikatan itu tentu adalah kesimpulan yang keliru, karena tambahan bihi di sini menunjukkan pengertian perantara (wasilah). Pelaku tersembunyinya tetaplah Allah—sebagaimana faedah لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ.
al ini mengingatkan kita pada kalimat doa:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah ikatan/kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”
Kedua, تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Senada dengan penjelasan di atas, تَنْفَرِجُ merupakan fi’il mudlari‘ dari kata انْفَرَجَ, yang juga mengikuti wazan انْفَعَلَ. Faedahnya pun sama لمُطَاوَعَةِ فَعَلَ (dampak dari فَعَلَ).
Ketika dikatakan تَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ maka dapat diandaikan bahwa فَرَجَ اللهُ الكُرَبَ فَانْفَرَجَ. Dengan demikian, Allah-lah yang membuka atau menyingkap bencana/kesusahan, bukan Nabi Muhammad.
Ketiga, تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Kata تُقْضَى adalah fi’il mudlari‘ dalam bentuk pasif (mabni majhûl). Fi’il mabni majhul tak menyebutkan fa’il karena dianggap sudah diketahui atau sengaja disembunyikan. Kata الْحَوَائِجُ menjadi naibul fa’il (pengganti fa’il). Ini mirip ketika kita mengatakan “anjing dipukul” maka kita bisa mengandaikan adanya pelaku pemukulan yang sedang disamarkan.

Dengan demikian kita bisa mengandaikan kalimat lebih lengkap dari susunan tersebut.
تَقْضِي اللهُ الْحَوَائِجَ
“Allah akan mengabulkan kebutuhan-kebutuhan.”
Keempat, تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Penjelasan ini juga nyaris sama dengan kasus تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ. Singkatnya, Nabi Muhammad bukan secara mutlak memiliki kemampuan memberikan keinginan-keinginan karena Allah-lah yang melakukan hal itu yang dalam kalimat tersebut disembunyikan. Fa’il tidak disebutkan karena dianggap sudah diketahui.
Alhasil, dapat dipahami bahwa tuduhan syirik atas kalimat-kalimat itu sesungguhnya keliru. Sebab, kemampuan melepas kesulitan, menghilangkan bencana/ kesusahan, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan-keinginan secara mutlak hanya dimiliki Allah. Dan ini pula yang dimaksudkan pengarang shalawat Nariyah, dengan susunan redaksi shalawat yang tidak sembrono. Hanya saja, dalam redaksi shalawat Nariyah tersebut diimbuhkan kata bihi yang berarti melalui perantara Rasulullah, sebagai bentuk tawassul.
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia memang memiliki logika khas masing-masing. Karena itu analisa redaksi Arab tanpa meneliti struktur bakunya bisa menjerumuskan kepada pemahaman yang keliru. Lebih terjerumus lagi, bila seseorang membuat telaah, apalagi penilaian, hanya dengan modal teks terjemahan. Wallahu a’lam. (Mahbib Khoiron/ NU Online)

DALIL TAWASUL 01 : TAWASSUL ADALAH SUNNAH BUKAN BIDAH MAUPUN SYIRIK

DALIL TAWASUL 01 : TAWASSUL ADALAH SUNNAH BUKAN BIDAH MAUPUN SYIRIK

حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ مَالِكِ الدَّارِ , قَالَ : وَكَانَ خَازِنَ عُمَرَ عَلَى الطَّعَامِ , قَالَ : أَصَابَ النَّاسَ قَحْطٌ فِي زَمَنِ عُمَرَ , فَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى قَبْرِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم , فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ , اسْتَسْقِ لأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوا , فَأَتَى الرَّجُلَ فِي الْمَنَامِ فَقِيلَ لَهُ : ائْتِ عُمَرَ فَأَقْرِئْهُ السَّلامَ , وَأَخْبِرْهُ أَنَّكُمْ مُسْتَقِيمُونَ وَقُلْ لَهُ : عَلَيْك الْكَيْسُ , عَلَيْك الْكَيْسُ , فَأَتَى عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ فَبَكَى عُمَرُ , ثُمَّ قَالَ : يَا رَبِّ لاَ آلُو إلاَّ مَا عَجَزْت عَنْهُ.
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari ‘Amasy dari Abi Shalih dari Malik Ad Daar dan ia seorang bendahara gudang makanan pada pemerintahan Umar. Ia berkata “Orang-orang mengalami kemarau panjang saat pemerintahan Umar. Kemudian seorang laki-laki datang ke makam Nabi SAW dan berkata “Ya Rasulullah SAW mintakanlah hujan untuk umatmu karena mereka telah binasa”. Kemudian orang tersebut mimpi bertemu Rasulullah SAW dan dikatakan kepadanya “datanglah kepada Umar dan ucapkan salam untuknya beritahukan kepadanya mereka semua akan diturunkan hujan. Katakanlah kepadanya “bersikaplah bijaksana, bersikaplah bijaksana”. Maka laki-laki tersebut menemui Umar dan menceritakan kepadanya akan hal itu. Kemudian Umar berkata “Ya Tuhanku aku tidak melalaikan urusan umat ini kecuali apa yang aku tidak mampu melakukannya”.

hadist dari Malik ad Daar diriwayatkan dalam kitab Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 12/31 Kitab Fadhail bab Fadhail Umar bin Khattab RA hadis no 32665 dan juga terdapat dalam Musnad Umar Bin Khottob Juz 25/388.juga diriwayatkan oleh Al Hafiz Abu Bakar Baihaqi dalam Dalail An Nubuwah 7/47 hadis no 2974 dan Al Khalili dalam kitabnya Al Irsyad Fi Ma’rifah Ulama Al Hadits 1/313. Keduanya dengan sanad masing-masing yang bermuara pada ‘Amasy dari Abu Shalih dari Malik Ad Daar.
Hadist ini dishahihkan oleh Ibnu hajjar Al Asqolaniy dalam fathul Bari 3/441 Bab dan juga oleh Ibnu Katsir dalam An Nihayahnya 7/106.
Dengan demikian berdasarkan hadits tersebut, tawassul dengan Nabi Muhammad baik ketika beliau masih hidup maupun setelah wafatnya adalah boleh dan bukan perbuatan syirik.
Tawassul merupakan salah satu amalan yang sunnah dan tidak pernah diharamkan oleh Rasulullah saw, tak pula oleh ijma para Sahabat Radhiyallahu ’anhum, tak pula oleh para tabi’in dan bahkan oleh para ulama serta imam-imam besar Muhadditsin, bahkan Allah memerintahkannya, Rasul saw mengajarkannya, sahabat radhiyallahu’anhum mengamalkannya.

100 Mutiara Indah Bahasa Arab (Mahfudzat)


Pengantar
Berikut ini adalah sebagian  ‘Pepatah Kata Mutiara Bahasa Arab’ atau  juga biasa disebut dengan Mahfuzat, Muqtathafat, Syair dan lain-lain. Mahfudzat ini diambil dari Al Qur’an, Hadits, Atsar Shahabat Nabi dan Nasehat serta Irsyadat para ulama salaf dan kholaf. Kata-kata mutiara ini diajarkan di kelas 1 TMI/KMI yang setara dengan kelas VII MTs/SMP dan kelas intensif di semester awal.
Mahfudzat merupakan salah-satu pelajaran yang bertujuan memberikan motivasi untuk hidup sukses dan juga memperindah kemampuan Bahasa Arab santri di pesantren-pesantren yang berbasis kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur.
Mahfudzat ini adalah hasil dari pengolahan berasal dari http://sonjeykhan.blogspot.com/2008/03/kata-mutiara-arab.html

Semoga bermanfaat.

100 Mutiara Indah Bahasa Arab (Mahfudzat)
1.                       من سار على الدرب وصل  
Barang siapa berjalan pada jalannya, maka dia  akan sampai (pada tujuannya)
2.                       من جدّ وجد
Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan)
3.                       من صبر ظفر
Barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung
4.                       من قلّ صدقه قلّ صديقه
Barang siapa yang sedikit kejujurannya, sedikit pulalah temannya
5.                       جالس أهل الصدق والوفاء
Bergaulah dengan orang yang jujur dan menepati janji
6.                       مودّة الصديق تظهر وقت الضيق
Kecintaan seorang teman itu, akan tampak pada waktu kesempitan
7.                       ومااللذّة إلا بعد التعب
Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan
8.                       الصبر يعين على كلّ عمل
Kesabaran itu akan menolong segala pekerjaan
9.                       جرّب ولاحظ تكن عارفا
Cobalah dan perhatikanlah, niscaya kau jadi orang yang tahu
10.               اطلب العلم من المهد إلى اللحد
Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur
11.               بيضة اليوم خير من دجاجة الغد
Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari
12.               الوقت أثمن من الذّهب
Waktu itu lebih berharga daripada emas
13.               العقل السليم في الجسم السليم
Akal yang sehat itu terletak pada badan yang sehat
14.               خير جليس في الزمان كتاب
Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku
15.               من يزرع يحصد
Barang siapa yang menanam pasti akan memetik (mengetam)
16.               خير الأصحاب من يدلّك على الخير
Sebaik-baik teman itu ialah yang menunjukkan kamu kepada kebaikan
17.               لولا العلم لكان الناس كالبهائم
Kalaulah tidak karena ilmu niscaya manusia itu seperti binatang
18.               العلم في الصغر كالنقش على الحجر
Belajar diwaktu kecil itu, bagaikan mengukir di atas batu
19.               لن ترجع الأيّام التي مضت
Tidak akan pernah kembali lagi hari-hari yang telah berlalu
20.               تعلمنّ صغيرا واعمل به كبيرا
Belajarlah di waktu kecil dan beramalah dengannya di waktu besar
21.               العلم بلا عمل كشجر بلا ثمر
Ilmu tanpa amal/praktek bagaikan pohon yang tidak berbuah
22.               الاتّحاد أساس النجاح
Persatuan adalah pangkal keberhasilan
23.               لا تحتقر مسكينا وكن له معينا
Jangan engkau menghina orang miskin dan jadilah penolong baginya
24.               الشرف بالأدب لا بالنسب
Kemuliaan itu karena adab kesopanan (budi pekerti) bukan karena keturunan
25.               سلامة الإنسان في حفظ اللسان
Keselamatan manusia itu terdapat dalam penjagaan lidahnya (perkataannya)
26.               آداب المرء خير من ذهبه
Adab seseorang itu lebih baik (lebih berharga) daripada emasnya (kekayaannya)
27.               سوء الخلق يعدى
Budi pekerti/akhlaq yang buruk itu menular
28.                آفة العلم النسيان
Bencananya ilmu  adalah lupa
29.               إذا صدق العزم وضح السبيل
Jika ada kemauan yang sungguh-sungguh, pasti terbukalah jalannya
30.               لا تحتقر من دونك فلكلّ شيئ مزيّة
Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena setiap orang mempunyai kelebihan
31.               أصلح نفسك يصلح لك الناس
Perbaikilah dirimu sendiri, niscaya orang-orang lain akan baik padamu
32.               فكّر قبل أن تعزم
Berpikirlah dahulu sebelum kamu berbuat.
33.               من عرف بعد السفر استعدّ
Barang siapa yang tahu jauhnya sebuah perjalanan, hendaklah dia bersiap-siap
34.               من حفر حفرة وقع فيها
Barang siapa yang menggali lobang, maka akan terperosoklah ia di dalamnya
35.               عدوّ عاقل خير من صديق جاهل
Musuh yang pandai itu lebih baik daripada sahabat yang bodoh
36.                من كثر إحسانه كثر إخوانه
Barang siapa banyak perbuatan baiknya, maka banyak pulalah temannya
37.               اجهد ولا تكسل ولا تك غافلا فالندامة العقبى لمن يتكاسل
Bersungguh-sungguhlah, jangan bermalas-malasan dan jangan pula lengah, karena penyesalan itu resiko bagi orang yang bermalas-malasan
38.               لا تؤخّر عملك إلى الغد ما تقدر أن تعمله اليوم
Janganlah menunda pekerjaanmu hingga esok hari, sesuatu yang kamu dapat mengejakannya hari ini
39.               اترك الشرّ يتركك
Tinggalkanlah kejahatan, niscaya ia (kejahatan itu) akan meninggalkanmu
40.               خير الناس أحسنهم خلقا وأنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya
41.               في التأنّي السلامة وفي العجلة الندامة
Di dalam kehati-hatian itu terdapat keselamatan, dan di dalam ketergesa-gesaan itu terdapat penyesalan
42.               ثمرة التفريط الندامة وثمرة الحزم السلامة
Buah kelengahan adalah penyesalan dan buah kecermatan adalah keselamatan
43.               الرفق بالضعيف من خلق الشريف
Berlemah lembut kepada orang yang lemah itu termasuk perangai orang yang mulia (terhormat)
44.               فجزاء سيّئة سيّئة مثلها
Balasan suatu kejahatan  adalah kejahatan yang sama dengannya
45.               ترك الجواب على الجاهل جواب
Tidak menjawab  (pertanyaan) orang yang bodoh  adalah suatu jawaban
46.               من عذب لسانه كثر إخوانه
Barang siapa manis tutur katanya (perkataannya) maka banyaklah temannya
47.               إذا تمّ العقل قلّ الكلام
Apabila akal seseorang telah sempurna maka sedikitlah bicaranya
48.               من طلب أخا بلا عيب بقي بلا أخ
Barang siapa yang mencari teman tanpa bercela, maka ia akan selamanya tidak mempunyai teman
49.               قل الحقّ ولو كان مرّا
Katakanlah  kebenaran itu walaupun pahit
50.                خير مالك ما نفعك
Sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu
51.                خير الأمور أوسطها
Sebaik-baik perkara itu adalah pertengahanya (yang sedang-sedang saja)
52.               لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام
Setiap tempat mempunyai perkataan masing-masing, dan untuk setiap perkataan memiliki tempat masing-masing
53.               إذا لم تستحي فاصنع ما شئت
Apabila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu (apa yang engkau kehendaki)
54.               ليس العيب لمن كان فقيرا بل العيب لمن كان بخيلا
Bukanlah cela itu bagi orang yang miskin, tapi cela itu terletak pada orang yang kikir
55.               ليس اليتيم الذي قد مات والده بل اليتيم يتيم العلم والأدب
Bukanlah yang dinamakan anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tapi (sebenarnya) anak yatim itu adalah yang tidak memiliki ilmu dan budi pekerti
56.               لكلّ عمل ثواب ولكلّ كلام جواب
Setiap pekerjaan itu ada upahnya, dan setiap perkataan itu ada jawabannya
57.               وعامل الناس بما تحبّ منه دائما
Dan pergaulilah manusia itu dengan apa-apa yang engkau sukai daripada mereka semuanya
58.               هلك امرؤ لم يعرف قدره
Hancurlah seseorang yang tidak tahu kemampuan dirinya sendiri
59.               رأس الذنوب الكذب
Pokok dosa itu adalah kebohongan
60.               من ظَلم ظُلم
Barang siapa yang menganiaya niscaya akan dianiaya
61.                ليس الجمال بأثواب تزيّننا إنّ الجمال جمال العلم والأدب
Bukanlah kecindahan itu dengan pakaian yang menghiasi kita, sesungguhnya kecantikan itu ialah kecantikan dengan ilmu dan kesopanan
62.               لا تكن رطبا فتعصر ولا تكن يابسا فتُكسّر
Janganlah engkau bersikap lemah sehingga kamu akan ditindas, dan janganlah kamu bersikap keras sehingga kamu akan dipatahkan
63.                من أعانك على الشرّ ظلمك
Barang siapa menolongmu dalam kejahatan maka sungguh ia telah menyesatkanmu
64.               إخي لن تنال العلم إلا بستّة سأنبيك عن تفصيلها ببيان:
ذكاء وحرص واجتهاد ودرهم وصحبة أستاذ وطول زمان
Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas : Kecerdasan, Kethoma’an (terhadap ilmu),  Kesungguhan, Harta benda (bekal), Akrab, Dekat, Ta’at kepada guru serta Waktu yang panjang
65.               العمل يجعل الصعب سهلا
Bekerja itu membuat yang sukar menjadi mudah
66.               من تأنىّ نال ما تمنىّ
Barang siapa berhati-hati niscaya akan mendapatkan apa-apa yang  dicita-citakannya
67.               اطلب العلم ولو بالصين
Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina
68.               النظافة من الإيمان
Kebersihan adalah bagian dari iman
69.               إذا كثر المطلوب قل المساعد
Kalau banyak permintaannya maka sedikitlah penolongnya
70.               لا خير في لذّة تعقب ندما
Tidak ada kebaikan dari suatu kenikmatan yang menyebabkan penyesalan
71.               تنظيم العمل يوفّر نصف الوقت
Manajemen pekerjaan itu akan menghemat separuh waktu
72.               رُبّ أخ لم تلده أمّه
Betapa banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh satu ibu
73.               داووا الغضب بالصمت
Obatilah kemarahan itu dengan diam
74.               الكلام ينفذ مالا تنفذه الإبر
Perkataan itu dapat menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum
75.               ليس كلّ ما يلمع ذهبا
Bukanlah setiap sesuatu yang mengkilat itu emas
76.                سيرة المرء تنبئ عن سريرته
Gerak-gerik seseorang itu menunjukkan isi hatinya
77.                قيمة المرء بقدر ما يحسنه
Derajat seseorang itu sebesar  kebaikan yang telah diperbuatnya
78.               صديقك من أبكاك لا من أضحكك
Temannmu ialah orang yang membuatmu menangis bukan orang yang membuatmu tertawa
79.               عثرة القدم أسلم من عثرة اللسان
Tergelincirnya kaki itu lebih selamat daripada tergelincirnya lidah
80.               خير الكلام ما قلّ ودلّ
Sebaik-baik perkataan  ialah yang sedikit dan jelas
81.               كلّ شيئ إذا كثر رخص إلا الأدب
Segala sesuatu apabila banyak menjadi murah kecuali budi pekerti
82.               أوّل الغضب جنون وآخره ندم
Permulaan marah  adalah kegilaan dan akhirnya adalah penyesalan
83.               العبد يضرب بالعصا والحرّ يكفيه بالإشارة
Hamba sahaya itu harus dipukul dengan tongkat, dan orang yang merdeka  cukup dengan isyarat
84.               انظر ما قال ولا تنظر من قال
Perhatikanlah apa-apa yang diucapkan dan janganlah meperhatikan siapa orang yang mengatakannya
85.               الحسود لا يسود
Orang yang pendengki itu tidak akan menjadi mulia
86.               الأعمال بخواتمها
Tiap-tiap pekerjaan itu dengan penyelesaiannya
93.               في أيّ أرض تطأ فأنت مسؤول عن إسلامها
Di manapun anda berada, maka anda bertanggung jawab terhadap keislamannya
94.               المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
Melestarikan (nilai-nilai) lama yang relevan dan mengadopsi (metode) baru yang lebih relevan
95.               الدهر يومان : يوم لك و يوم عليك
Masa itu ada dua : saat kebahagiaan dan saat kesedihan
96.               من عرف لغة قوم سلم من مكرمهم
Barang siapa menguasai bahasa suatu kaum, maka ia akan selamat dari tipu daya mereka
97.               الحقّ يعرف بالدليل لا بالقليل ولا الكثير
Kebenaran itu harus berdasarkan wahyu dan bukti, bukan karena sendikit atau banyaknya (yang melakukan/mengikuti)
98.               ومن طلب العلى سهر الليالى
Barang siapa yang mencari ketinggian derajat, hendaklah ia qiyamullail (sholat malam)
99.               الإسلام يعلو ولا يعلا عليه
Islam itu agama tertinggi dan tidak ada yang bisa menandinginya
100.      ليس منّا من لم يرحم صغيرنا ولم يوقّر كبيرنا
Bukanlah termasuk golongan kami (umat Nabi Muhammad SAW), orang yang tidak menyanyangi yang yunior dan tidak menghormati senior.







http://jannahf.blogspot.com/2008/08/islam_4111.html

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ



مَـْن جَـدَّ وَجَـدَ
Rajinlah selalu tentu kau dapat

وَمَا اللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
“ Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan “


لَوْلاَ الْعِلْمِ لَكَانَ النَّاسُ كَالْبَهَائِمِ
“ Seandainya tiada berilmu niscaya manusia itu seperti binatang “

خَيْرُ َجَلِيْسٍ فِى الزَّمَانِ كِتَابٌ
“ Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku “


مَنْ عَرَفَ بَعْدَ السَّفَرِ اِسْتِعَدَّ
“ Barang siapa tahu jauhnya perjalanan, bersiap-siaplah ia “

عَشْرَةُ اْلقَدَمِ اَسْلَمُ مِنْ عَشْرَةِ اللِّسَانِ
“ Tergelincirnya kaki itu lebih selamat dari pada tergelincirnya lidah “


اَلْعَبْدُ يَضْرَبُ بِالْعَصَا وَالْحُرُّ تَكْفِيْهِ اْلإِشَارَةُ
“ Hamba sahaya itu harus dipukul dengan tongkat, dan orang yang merdeka (bukan budak) cukuplah dengan isyarat “


اَوَّلُ اْلغضبِ ُجنوْنٌ وَآخرُهُ ندَمٌ
“ Awal kemarahan itu adalah ketidakwarasan dan akhirnya adalah penyesalan ”

صَدِْيقُكَ َمَنْ اَبْكاَكَ لاََمَنْ اَضْحَكَكَ
“Temanmu ialah orang yang menangiskanmu (membuat menangis), bukan orang yang membuatmu tertawa”


لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْواَبٍ تُزَّيِّنُنَا إنَّ الجَمَالَ جَمَالُ العِلْمِ وَالأَدَبِ
“Bukanlah kegantengan itu dengan pakaian yang menghias kita, sesungguhnya kegantengan itu ialah kecantikan dengan ilmu dan kesopanan”


Dari kelas afliyah II 2009

جَمِّلِ الّدُّنْيَا بِعَيْشٍ غَيْرِ مُدْمِنٍ
Percantik dunia dengan hidup tanpa Narkoba


Jual beli online dan menyusui anak orang kafir

*SOAL* Bahsulmasail# 1_ *bagaimana hukum orang jual beli online, kalo di bolehkan bagaimana cara akadnya apakah sah hanya melewati telpon sa...